Aku memandangnya dengan pasrah, lalu memperlambat lariku. Rasanya tulang-tulangku ingin patah karena aku berlari sekuat tenaga sejak awal tadi.

Daripada jatuh pingsan jika aku terus berlari, akupun memilih duduk tergeletak di aspal tanpa memikirkan stopwatch yang terus berputar disana.

*

"Vel, Vel, mau itu...,"

"Ih, ini punya gue."

"Tapi gue mau yang itu. Vel, cepet rasanya gue kayak mau mati, nih!"

"Nggak mau!"

"Velll."

"Ish! Yaudah nih."

Aku menenggak segelas jus jeruk yang baru saja kurampas dari Vela. Dengan sekali tegukan aku menghabiskan jus itu tanpa memperdulikan wajah Vela yang mulai memerah.

"Eh anjir! Kok diabisin, sih! Gue minum apa jadinya?" keluhnya saat melihat gelas yang kupegang sudah kosong.

Aku meringis ke arahnya, "Sorry, abisnya jus jeruk lebih seger, hehe."

"Yaudah, sekarang lo cepet pesenin jus jeruk lagi buat gue!"

"Yaelah Vel, lo tega banget sama gue. Tulang gue ini rasanya udah remuk semua tau, gue udah nggak kuat jalan." jawabku dengan menatapnya sedih.

"Lebay. Semua orang juga lari tau!" cetusnya lalu mengabaikanku.

"Itu minum aja jus alpukat gue sebagai gantinya."

"Gue nggak like!"

"Ih, yaudah gue minum juga yang ini."

Aku pun bergegas ingin mengambil gelas yang sedari awal tepat di depanku, tetapi dengan cepat Vela menahan tanganku.

Disitu kami saling melotot dengan tangan yang berebut untuk mencapai gagang gelas.

Tapi akhirnya Vela berhasil mengalahkanku dan meneguk habis jus alpukatku.

"Gue juga haus kali!" katanya sembari membersihkan sisa cairan di sekitar bibirnya.

Aku hanya mendecak geleng-geleng melihatnya.

Waktu pun terus berlalu, olahraga pagi ini memang cukup menguras tenaga sehingga aku dan Vela tetap berada di kantin sampai hampir satu jam.

Bergurau dan terus melahap makanan ringan sambil sesekali bergaya seperti Kakak kelas penguasa kantin lah yang kami lakukan, hehe.

"Vel, itu ade kelas imut banget anjir," ujarku sembari menyenggol lengan Vela.

"Mana, mana?" saut Vela yang langsung sigap melihat.

"Itu di bakso Bang Acung."

Vela menyipitkan matanya, "Aish merinding gue,"

"Lah kenapa?"

"Cantik banget anjir, kulitnya mulus, hidungnya mancung, matanya berkilau. Ngerasa gagal gue jadi cewek,"

Tawaku membeludak melihat Vela yang tengah meraba seluruh wajahnya, kini dia terlihat sangat frustasi.

"Cowok aja cantik gitu, apalagi yang ceweknya?" ujarnya, "status jomblo gue kayaknya jadi semakin abadi elah!" lanjutnya lagi.

Aku tidak bisa menahan tawaku lagi, sekarang seluruh kantin pun melihat ke arah kami.

Vela membekap mulutku, lalu perlahan tawaku pun mulai mereda.

"Tenang, gue juga jomblo, jangan frustasi sendiri dong." ucapku sembari menaik turunkan alisku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 07, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Only HopeWhere stories live. Discover now