A Problem - Part 34

999 84 110
                                    

Aku pernah beberapa kali menyukai seseorang sewaktu dulu, tapi tidak ada satupun moment indah yang aku dapatkan dari mereka.
-Keira-

***

"Keira~ yuhuuu." Terdengar suara Vela yang menggema di koridor lantai dua.

Aku menoleh dan menatap tajam dirinya lalu meletakkan jari telunjuk di depan bibirku. "Husshhh."

Vela mendekatiku lalu mencondongkan tubuhnya sedikit, "Lo ngapain di sini?" tanyanya dengan suara yang tidak pelan.

Lantas aku langsung menariknya untuk jongkok, "Jangan berisik, Vel!" ujarku serius lalu mengalihkan pandangan ke tempat asal.

Ku kira pemandanganku di pagi hari akan terlihat indah saat secara kebetulan aku melihat Ka Albyan sedang menaiki tangga pada waktu yang tidak biasa.

Ka Albyan? Kenapa dia dateng pagi banget? - pikirku tadi.

Aku terus mengikutinya dari belakang lalu berhenti di lantai dua, depan kelasku.

Dan segera mengerjapkan mata saat melihat emm ... Siapa ya? Aku lupa namanya. Aku hanya ingat dia waketos sinis bin kepo yang manggil Vela kemarin.

Dia sedang tersenyum sambil menatap kedatangan Ka Albyan ke arahnya.

Sekarang disinilah aku, mengumpat di balik dinding pembatas sembari melihat dua insan yang sedang mengobrol di lantai tiga sana.

"Ka Dela sama Ka Albyan?" ujar Vela.

Oh Ka Dela!

Aku langsung menoleh ke arahnya yang sedang menatapku penuh tanya, "Ngapain?"

Aku mengendikkan bahu lalu balik melihat mereka.

Mereka terlihat sedang berbicara serius, sesekali Ka Albyan mengerutkan dahinya lalu membuang wajah malas.

Sedangkan Ka Dela terus mencoba berbicara, seperti tengah meyakinkan sesuatu. Tapi, sesuatu itu apa?

"Serius banget kayaknya," ucap Vela yang ku balas anggukan tanpa melihatnya.

Aku melihat jam berwarna pastel yang melingkar di tangan kiriku, "Udah lebih dari sepuluh menit dan mereka belum selesai juga?!" Rasa penasaranku semakin menjadi karena sudah terlalu lama aku diam dan mengintip di sini.

"Jangan-jangan---" Vela menegangkan otot matanya sambil menatapku, "jangan-jangan Ka Dela lagi nembak!" ujarnya yakin.

"Hah? Nembak?" teriakku spontan.

Dengan cepat Vela membekap mulutku dan membuat kami terduduk di bawah.

"Ssttt, nanti ketauan, Kei." ujar Vela pelan.

Aku segera mengangguk paham lalu Vela melepaskan tangannya perlahan.

Kami sama-sama kembali melihat ke atas. Namun, objek yang di pandang sudah tidak ada. Oh shit.

"Yah, kemana?" Dengan cepat aku berdiri sambil mengedarkan pandangan ke atas sana.

"Lo sih, teriak! Jadi pergi kan, mereka." Vela memutar bola matanya malas.

Aku menoleh ke arahnya lalu mengerutkan dahiku, "Salah lo juga. Kenapa nakutin gue tadi?!" kataku tak mau kalah.

"Lah, gue bukan nakutin. Gue cuma men-du-ga, you know!" Jawabnya dengan tampang nyolot.

Only HopeWhere stories live. Discover now