Satu Kebahagiaan

13.1K 1.7K 225
                                    

Taeyong menyerit saat ia berada di tempat yang rasanya tidak asing. Ini mirip dengan halaman belakang rumahnya saat ia masih kanak-kanak.

"Taeyongie!!"

Taeyong menoleh saat ada yang meneriakkan namanya. Ia melihat sosok laki-laki dewasa.

"Ayah!!" Teriaknya.

Ayah Taeyong tersenyum hangat membuat Taeyong ikut tersenyum, namun senyum itu berubah menjadi raut kebingungan saat ada anak laki-laki berlari ke arah ayahnya.

"Ayah!!"

Hup!

Anak laki-laki itu melompat kedalam pelukan ayahnya.

"Ouhh!! Wolfie kecil ayah sudah pandai berlari tanpa terpeleset di rintangan."

Taeyong terdiam saat kenangan masa lalu terbayang di benaknya. Ia ingat, tujuh belas tahun yang lalu ia berlatih fisik bersama ayahnya di halaman belakang rumah.

"Papa.."

Deg.


Taeyong menoleh ke arah sebaliknya. Ia menatap anak laki-laki kecil seumuran dengan sosok dirinya sedang menatapnya dengan tatapan polos.

"K-kau?"

Taeyong terbata. Melihat manik hitam itu begitu persis dengan milik Ten namun tatapannya jelas setajam dirinya. Wajahnya tampan dan ia membuat Taeyong merasa terharu.

"Aku takut pada papa!"

"Papa ingin membunuh ku hiks!" Tatapan anak itu menajam. Taeyong seperti melihat dirinya.

Jadi inikah rasanya ditatap begitu tajam.

"Maaf.." Taeyong tak tahu kenapa kata 'maaf' keluar dari mulutnya begitu saja.

"Tapi aku mencintai papa!" Anak itu tersenyum.

Ia melompat kesenangan dan berlari cepat untuk memeluk kaki Taeyong.
"Aku mencintai papa! Papa!"

Taeyong menatap anak itu takjub. Hatinya berdesir hangat. Ia melihat sosok ayahnya dan sosok kecil dirinya yang tertawa bahagia dan saling mendekap.

"Yeah! Papa juga mencintai mu!" Balas Taeyong lalu memeluk anak itu erat. Erat sekali hingga Taeyong ingin menangis karena tidak dapat memeluknya lebih dari erat.



Taeyong terbangun dari tidurnya saat mimpi indahnya berakhir. Ia terdiam saat rasa hangat dari dekapan mungil itu masih terasa di tubuhnya.

"Hyung?"

Taeyong menatap Ten yang baru saja memasuki kamarnya. Omega tercintanya itu telah pulih dengan baik secara cepat.

"Ten. Kau baik-baik saja? Syukurlah kau pulih dengan cepat!"

Ten terkekeh pelan. "Cepat ya? Tiga hari itu cepat sekali."

"Tiga hari?"

"Hyung tidur tiga hari!"

Taeyong terdiam. Berpikir secara logis kenapa ia tertidur hingga tiga hari.

Ten tersenyum dan membuka tas berisik makanan yang ia bawa.
"Kata dokter hyung kehilangan begitu banyak darah dan energi hyung berada di titik nol. Regenerasi tubuh hyung juga gagal jadi, yaa seperti ini."

Taeyong tersenyum dan memeluk perut Ten dengan manja.
"Aku sangat merindukan mu."

Ten tersenyum dan mengusap helaian rambut Taeyong yang berubah menjadi dirty blonde saat kehilangan energinya.
"Aku juga sangat merindukan hyung."

Begin - TaeTenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang