Iya, packing

20.8K 2.9K 448
                                    














Bicara soal prioritas, definisi bagi Taehyung itu singkat.

Prioritas sama dengan Jungkook.

Sesingkat itu sebenarnya, dan untuk melepas prioritas utama diganti dengan prioritas yang lain, ya rasanya berat.





"Beres ya, akhirnya."

Gak ada jawaban, Jimin mendengus sekilas karena dapat kacang. Taehyung semacam mayat hidup, selotip kardus terakhir dan selesai.

Barangnya rampung, tinggal masuk ke dalam mobil untuk dibawa pindah.

"Galau bro?"

Jimin duduk sambil melipat kaki, terus terkekeh liat Taehyung hanya balasannya melirik. Lesu sekali, semacam mayat hidup beneran.


"Gak usah galau, lo pindah ke kota sebelah. Bukan luar negeri,"

"Tau kok,"

"Alah, manja lo,"

Jimin ambil kotak rokok didalam kantong, jepit dibibirnya sebatang dan nyalain dengan pematik. Taehyung beralih hela nafasnya, benerin posisi duduk dan senderan dengan tumpu tangan ke belakang.



"Semanja itu gue sama Jungkook?"

"Ya, rasanya ganti prioritas juga berat. Karena manja, jadi lebih berat." Jimin disini hembusin asap rokoknya santai,

"Jadi ragu gue mau ambil anak orang jadi pendamping,"


Jimin ketawa, nyaris ngakak. Taehyung ucapannya merana sekali. Tawa Jimin itu cerah dan ada tepukan di bahunya sedikit kasar,


"Jangan ragu, lo cowok kan?"

"Dia juga,"

"Oh, lo posisi memimpin kan?"

"Diranjang dia yang mau diatas, lebih dalam katanyaㅡ"

"Iya bangsat gak kesana omongannya,"

"Gak usah bilang bangsat juga, bangsat,"



Jimin menggeram kesal sekali, punya sohib idiot total. Taehyung beralih terkekeh, sedikit tangkis tangan Jimin yang hampir pukul kepalanya.

Lalu Jimin beralih benerin posisi enaknya, tiduran diatas lantai, kepala ditumpu bantal dari ranjang Taehyung.


"Disini tergantung lo berdua kok, lagian jarak kereta cuma dua jam kan kecil. Lo bisa kesini setiap akhir minggu. Dasar orang susah,"

"Gak ketemu setiap hari," Taehyung merengut, mainin selotipnya diatas lantai apartemennya.


"Iya nanti lo ereksi kan bisa solo,"

"Gaklah, gue harus kesini,"

"Hebat lo tahan ereksi empat jam,"

"Kan kereta cuma dua jam,"

"Gak malu berkeliaran di stasiun celananya kembung?"


Ya astaga omongannya. Mereka berdua berakhir ketawa lagi. Jimin sedikit naik kakinya tendang pundak sohibnya dari arah kanan.

"Otak selangkangan,"

"Lo juga sama, kaca sana. Tuh kaca besar."

Taehyung manggut dagunya kearah kaca, Jimin balasnya mendecih. Matahari pagi menyelip masuk daritadi, menyinari ruangan Taehyung yang sekarang total kosong.

Ya, mereka packing beneran dari tengah malam sampai pagi begini. Gak ada rasa ngantuk sedikitpun. Memang anaknya malam.

Pandangan Jimin berpendar ke seluruh ruangan,


"Rasanya gue tau kenapa lo gak biarin Jungkook bantu packing,"

"Tebak coba,"

"Gue jamin dia sedih liat ruangan lo biasa berdua jadi kosong begini,"


Taehyung sukses terkekeh, telak sekali Jimin tebakannya terlalu menohok hati. Jimin sadar tebakannya terlalu benar dan cuma menanggapi dengan berdecak,

"Gak usah sok sedih, Jungkook yang gue tau gak semanja itu minta lo bakal tetap disini dengan alasan kamarnya kasian kosong,"

"Ya, tau kok."

"Yasudah gak usah sok mellow,"

Jimin sedikit tendang lagi punggung sohibnya itu dari posisi dia tiduran. Taehyung mengalihkan pandangan kearah jam dinding,

"Kok masih pagi,"

"Sana kerumahnya. Gue mau tidur sebentar disini, pintu bisa kekunci sendiri kan?"

Gak ada jawaban, Taehyung langsung bangun dari posisi duduknya. Ambil hoodie hitam yang tergantung sembarang dipintu kamar, lalu melenggang pergi.

Sedikit buru-buru, Jimin gak memperhatikan, sibuk main handphonenya sambil jepit rokok dengan bibir.














ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Taehyung

23 missed calls
No answer
No answer
No answer
No answer
No answer

Bangun
Kebo
Bangun
P
P
P
P
P
P




















ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Ayo bobo lagi

Kone? (Katanya?) ㅡkth x jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang