Prolog

52.2K 1.8K 311
                                    

GEMA suara azan subuh yang terdengar dari masjid di ujung jalan sana terdengar seperti suara alarm yang indah bagi seorang remaja yang bernama lengkap Azmi Khalil Muazzam.

Seorang remaja yang tampan, saleh, sopan, rajin mengaji, dan senang melantunkan selawat itu memang selalu terbangun saat suara azan subuh berkumandang. Hal itu tentu saja berkat gemblengan keras dari ibunya sejak kecil.

Selain itu, Azmi dikenal dengan anak yang sangat mandiri. Bagaimana tidak, di usianya yang masih sangat muda, dia sudah rela membantu orang tuanya yang tinggal sebelah itu untuk mengais rezeki ke sana-kemari demi mencukupi biaya sekolah dan kebutuhan sehari-harinya.

Azmi bangkit dari ranjang tempat tidurnya. Perlahan ia berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya. Setelah itu, ia mengganti pakaian kemudian bergegas menuju masjid.

Selawat nabi yang keluar dari mulutnya pun terlihat senada dan seirama dengan langkah kakinya itu.
Merdu, syahdu, serta dapat memberikan ketenangan adalah tanggapan yang sangat pas untuk mengomentari suara Azmi saat melantunkan selawat.

Kemerduan suara yang dimilikinya itu sendiri merupakan sebuah anugerah dari Allah yang tak ternilai harganya. Karena berkat suaranya yang merdu itu, Azmi di daulat menjadi vokalis hadrah ekstrakurikuler rohani islam di sekolahnya. Dan, berkat suaranya itu juga, tak sedikit dari kaum hawa yang mengaguminya.

Dikagumi banyak kaum hawa lantas tidak membuat Azmi senang karena ia bisa dengan bebas memilih pacar, justru ia harus berusaha sekuat tenaga untuk tetap mempertahankan prinsip hidupnya kalau dia hanya akan pacaran setelah menikah saja.

•••

Walaupun jam masih menunjukkan pukul enam lebih dua menit saja, tetapi Azmi sudah terlihat rapi dengan seragam putih abu-abunya.

Wajahnya terlihat sangat berseri-seri dan tentunya di bumbui dengan rasa semangat untuk menuntut ilmu yang menggebu-gebu. Mungkin itu semua karena ia mengawali harinya dengan cara beribadah kepada Allah.

“Bu, Azmi pergi sekolah dulu, ya?” ucap Azmi sembari menggendong tas ranselnya.

“Iya, Nak, hati-hati. Kamu hari ini puasa aja dulu, ya, Nak? Jahitan ibu lagi sepi pelanggan soalnya,” ucap ibunya sembari batuk-batuk.

“Iya, Bu. Nggak apa-apa, kok. Ya udah Azmi berangkat dulu ya. Assalamualaikum?” Azmi mencium tangan ibunya.

“Waalaikumussalam." Ibunya tersenyum tipis. Ia terlihat seperti sedang menyembunyikan sebuah kesedihan yang begitu mendalam.

“Maafin ibu, ya, Nak. Sampai sekarang, ibu belum bisa ngebahagiain kamu,” batin ibunya Azmi sembari meneteskan air mata.

•••

Kehidupan yang penuh rasa syukur meski hidup dalam kesederhanaan seperti Azmi itu rupanya tidak dialami oleh semua orang. Salah satu bukti nyatanya ialah gadis tomboi yang mempunyai nama lengkap Gita Aviana Hilya.

Wanita tomboi yang nakal dan gemar berulah itu tidak pernah merasa bersyukur meskipun hidup dalam kondisi yang berkecukupan.

Kehidupannya saja benar-benar tidak teratur. Kegiatannya sehari-hari hanya bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman serta gadgetnya saja. Sepertinya gadis itu tidak pernah punya pemikiran untuk membahagiakan kedua orang tuanya sama sekali. Bahkan, saat hendak pergi ke sekolahnya pun ia tidak mengucapkan salam kepada orang tuanya.

“Padahal usia Gita sudah menginjak usia remaja, ya, Yah? Tapi kenapa dari dulu sampai sekarang kita tidak bisa mendidiknya dengan benar. Dan lihat sekarang, Gita malah tumbuh menjadi sosok remaja yang kurang baik dan sosok remaja yang nggak mengenal ilmu agama sama sekali. Bunda ngerasa gagal jadi orang tua yang baik, Yah.” Bundanya Gita seperti mengeluarkan semua unek-unek yang tertanam di hati kepada suaminya yang kala itu sedang menyeruput secangkir kopi hangat.

“Kamu nggak boleh ngomong kaya gitu ah, Bun. Mungkin aja Allah belum memberikan hidayah pada Gita. Ayah yakin, suatu saat nanti Gita pasti bisa berubah, kok. Entah seperti apa dan bagaimana caranya, kita serahkan saja sepenuhnya pada Allah,” ujar Suaminya sembari menaruh kembali secangkir kopi yang baru diminumnya itu di atas meja.

Tak Kenal Maka Taaruf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang