-PENGANTIN BARU-

5.8K 223 6
                                    

Sampai di rumah Mei, mereka duduk di kursi panjang yang diletakkan di teras.

Keduanya menunduk, pipinya merona. Momen ini sangat awkward. Kali ini Mei merasakan dunia milik berdua, bukan karena sedang kasmaran, tapi karena dia harus menganggap orang2 di sekitarnya tunggul pohon. Kalau tidak, dia bisa mati karena malu.

Mei tak berani memandang Rasyid, begitupun sebaliknya. Tautan tangan mereka sudah lepas dari tadi.

"Boleh lihat tangannya?" Tanya Mei ke Rasyid, tetap menunduk.

"Boleh"

Mei meraih tangan itu. Digenggamnya, dielusnya, diamatinya tiap senti.
Basah karena keringat, lembab dan halus. Sedangkan tangan Mei sendiri kering dan kasar.
Bentuk kuku Rasyid juga rapi dan bagus, memanjang, mirip kuku perempuan, cantik. Padahal kuku Mei yang perempuan, bulat-bulat tidak rapi.

"Hmmmmhhh" Mei mendengus. Dia simpan lagi tangan suaminya ke samping. Lalu dia teringat sesuatu.

"Pergi yuk?" Ajaknya

"Kemana?" Tanya Rasyid.

"Udah, ikut aja" Mei menarik tangan suaminya, turun dari teras, meninggalkan tamu-tamu yang sedang makan.

Dia melangkah keluar pagar menuju sebuah rumah dari bilik bambu.

Setelah salam dia masuk, lalu mencium tangan penghuni rumah satu persatu, mengenalkan pria mungil di sampingnya sebagai suaminya.

Mei memperkenalkan Saudara-saudaranya dari pihak ayah pada Rasyid. Termasuk neneknya dari pihak ibu yang kebetulan sedang ada di situ.
Selesai di situ, mereka kembali ke rumah Mei. Duduk di karpet di dalam rumah, menyambut tamu-tamu dan bersalaman.

Saat adzan duhur berkumandang, bukan main senangnya Mei. Dia akhirnya bisa melepas semua riasan yang membuatnya tidak nyaman ini. Saat suaminya berjamaah di masjid. Mei minta tolong perias untuk mencopot semua riasan. Sang perias protes, gapapa katanya ga sholat duhur sekali doang mah, kan bisa diqodho.

"Klo dosanya teteh doang yang nanggung sih, gapapa. Tapi kan nanti saya juga dosa" balas Mei.

Sang perias tersenyum kecut.

"Gapapa ga usah dirias lagi" kata Mei.

Selesai sholat Mei dan Rasyid duduk di karpet, menyambut tamu sambil makan siang.

Saat Mei sibuk ngobrol dengan tamu, Rasyid menelepon ponsel Mei lalu melihat layarnya. Dia tersenyum saat melihat nama yang muncul di layar ponsel Mei.

"Apa?" Tanya Mei sambil melihat ponselnya.

"Gapapa" jawab Rasyid.

*******

Selesai sholat ashar, Rasyid mengajak Mei ke kamar mereka.
Sampai di kamar mereka duduk di lantai beralas karpet. Mei tahu Rasyid mau pamitan pulang. Malam ini Rasyid harus berangkat ke Jakarta karena besok seninnya dia harus mengikuti tugas diklat dari kantor.

Mereka duduk berhadapan. Saling menatap. Jujur saja, perasaan mereka berdua sulit dideskripsikan. Mereka tidak pernah mengobrol tentang apapun, meski hanya lewat ponsel tapi kini mereka saling menatap dengan status yang sangat dekat.

"Boleh minta sesuatu?" Tanya Rasyid tiba-tiba

"HAH?" Mei ternganga.

"Mm-mm-minta apa?" Tanya Mei dengan ngeri. Dia takut membayangkan apa yang diminta lelaki ini.

"Cium" jawab Rasyid

Mei terpaku. Kurang ajar nih bocah, baru kenal udah minta cium, pikirnya.

"Oh, boleh" jawabnya, mengkhianati isi kepalanya.

Rasyid maju beberapa senti dan mengecup kening Mei. Sesaat Mei merasa lega. Untungnya hanya kecup kening, pikirnya.

Jodoh Di Bulan RamadhanWhere stories live. Discover now