Bab 48; pantai, aku dan kamu (1)

Start from the beginning
                                    

Ranu geleng-geleng. 

* * * 

Pembicaraan dengan pemilik penginapan berjalan lancar. Berkat kemampuan komunikasi verbal luar biasa yang dimiliki Galang dan gesitnya Ferina dalam melobi harga dan fasilitas, keempat mahasiswa tersebut keluar dari halaman penginapan dengan wajah puas dan lega. Galang menyenggol Ferina. "Bakat nawar lo gila banget. Boleh lah next time kalau ada acara UKM olah raga lo gue pinjem buat nawar harga sewa GOR."

"Maklum, kebiasaan nawar dagangan di pasar." Ferina tertawa.

"Gue heran lo sih, Lang. Kenapa lo nggak masuk Hukum sih? Kayaknya lo tuh ada talenta pengacara yang terpendam," komentar Nada, menyahuti dari belakang. Galang langsung tertawa. "Nggak deh, gue nggak pengin jadi pengacara. Takut."

"Takut ngebelain orang jahat?" tebak Ferina. Langsung dibenarkan oleh Galang. "Pengacara kan ngebelain siapa yang ngebayar mereka. Ya, gue tau gue nggak boleh ngehakimi sebuah pekerjaan dari apa yang gue denger doang tapi ya gimana sih, gue mah antisipasi aja dari pada dari pada. Haha."

"Iya sih," Nada setuju.

"Lo, Nu?" tanya Ferina. "Lo kenapa pindah ke kampus kita? Yang gue denger lo harusnya masuk kayak semacam akademi perenang gitu, akademi atlet atau apalah. Eh, itu gosip doang apa beneran sih?"

Ranu hanya nyengir.

"Nu, lo jangan irit-irit ngomong kek," protes Galang.

Nada menyiku Ranu, tapi karena perbedaan tinggi badan, siku Nada justru mencolek perut samping Ranu. Laki-laki itu menoleh reaktif. Nada nyengir, "Iya, Nu. Kenapa sih lo pindah ke kampus kita?"

Ranu sebenarnya tidak mau menjawab, tapi Nada menatapnya lekat-lekat seolah sungguh ingin tahu jawabannya. Ia menarik napas. "Gue sempat ambil pre-training time, semacam ospek gitu tapi di akademi renang. Tapi terus gue ada masalah dan gue bingung. Akhirnya gue keluar dan pindah ke kampus kalian."

"Kok bisa sih?" tanya Galang.
"Apanya?"
"Langsung masuk dan langsung lompat ke semester tiga."

Ranu menjawab seadanya. "Gue juga kuliah kok. Jurusannya juga sama. Tapi ambil kampus online. Gue nggak bisa kalau harus masuk kelas pagi atau siang, karena tabrakan sama jadwal training."

"Oooooh." bibir Galang membulat. "Terus karena lo keluar dari akademi itu, jadi lo memutuskan untuk masuk kampus yang sebenarnya?"

"Iya."
"Oooooooh."

"Eh, iya, Nad," panggil Ferina.

"Apa?" sahut Nada cepat.

"Lo sama Ibraham tuh pacaran ya?"
"HAH? Nggak kok."
"Abisnya foto cewek di instagramnya dia cuma lo dan kalau dia nulis caption gitu suka sendu-sendu, ngomongin cewek insial N."

Nada tertawa sumbang. "N itu inisial kakak gue."

"Oh, Ibraham pacaran sama kakak lo? Tapi kok nggak ada foto kakak lo?" kejar Ferina. Nada membubuhi. "Kakak gue udah meninggal."

Hening.

"Sori, Nad."
"Nggak papa. Banyak yang salah paham kok, bukan cuma lo. Ya gimana lagi, Ibraham sama gue udah temenan deket dari SMP. Rumah kita juga sebelahan. Kita udah kayak sodara."

Galang berseloroh asal. "Jadi lo jomlo, Nad?"

"Nggak," jawab Ranu cepat. Bahkan sebelum Nada sempat menjawab pertanyaan yang ditujukan Galang untuknya tersebut.

"Buset kenapa lo yang jawab, Nu. Tadi aja ditanya diem mulu, giliran ini malah nyamber," Ferina tertawa. Nada melirik Ranu. "Mewakili gue ya, Nu, hehe."

BIANGLALA UNTUKMU [fin]Where stories live. Discover now