Gavin memutar bola matanya malas. Apa cewek harus punya kebiasaan bertanya balik terlebih dahulu sebelum menjawab? Menyebalkan. Gavin tidak suka dengan hal itu. Apa lagi kalau Cia yang melakukannya.

Kalau bukan untuk membuat Ciko sakit hati sebagai balas dendam, Gavin sebenarnya malas berpacaran dengan Cia. Cewek aneh yang beberapa kali terlibat masalah di sekolah. Terutama tiap mata pelajaran seni lukis. Cewek itu selalu kabur dan sering memanjat dinding sekolah demi melarikan diri.

Semua orang tahu Cia itu cewek aneh. Hanya tertutup saja oleh wajahnya yang manis. Tapi tidak bagi Gavin. Menurutnya cewek manis, cantik, yang memiliki wajah bagai bidadari hanya Binta. Jangan lupakan, sampai saat ini, Gavin masih mencintai Binta.

Berpacaran dengan Cia juga merupakan salah satu rencananya membuat Binta cemburu.

"Gavin!" Cia menggoyang tangan Gavin. "Kamu mau pesen apa?"

"Kan aku yang nanya kamu."

Cia mengetuk-ngetuk dagunya. "Es jeruk aja deh."

"Yaudah." Dengan malas Gavin berjalan ke warung Mbak Sisi yang menjual berbagai minuman hangat, mau pun dingin. Mbak Sisi ini terkenal dengan jualannya es manohara yang sangat segar. Minuman primadona sekolah.

Tidak lama Gavin kembali ke meja di mana Cia duduk. Membawa satu gelas es jeruk Cia dengan es kopi miliknya.

"Makasih sayang," ucap Cia pelan lalu cekikikan sendiri dan salah tingkah. Jika saja Gavin boleh jujur pemandangan ini sangat menjijikan.

Mereka berdua asik mengobrol sekarang. Meski sebenarnya obrolan itu lebih didominasi oleh Cia yang asik bercerita apa saja dan Gavin yang harus mendengarkan secara paksa. Dari kejauhan Ciko melihat minuman pesanan Cia. Cowok itu menggeleng.

Ia turut memesan minuman jeruk seperti milik Cia, tapi yang hangat. Ciko berjalan menuju meja Cia tanpa menyapa Gavin sama sekali. Di mata Ciko, Gavin seperti tidak ada.

"Eh Ciko? Kok tadi gak masuk jam pertama sih?"

Ciko tersenyum sekilas. "Tadi dipanggil Pak Dewo untuk nyerahin format pertandingan minggu depan."

Cia beroh ria. Tangannya mengambil sedotan es jeruk dan menyeruputnya. Tapi baru seruputan pertama, es jeruk Cia ditarik paksa Ciko.

"Buat gue aja yang ini," kata Ciko menyesap es jeruk Cia tanpa persetujuan lebih dahulu dari pemilik esnya. "Ini buat gantiin es lo. Sama-sama jeruk."

Setelah itu Ciko pergi dengan es jeruk hasil dari menukar jeruk hangat miliknya. Ciko duduk di pinggir lapangan sambil menyeruput es jeruknya. Menonton anak-anak kelas sepuluh yang sedang asik bermain bola lalu tiba-tiba seseorang duduk di sampingnya. Itu Ayla.

"Harusnya dia peka ya," ucap Ayla tiba-tiba. Burung gereja yang tengah diam mungkin juga akan turut terkejut dengan kehadiran Ayla dengan ucapannya yang begitu aneh.

"Maksudnya?"

Ayla menggoyang-goyangkan kaki sambil tersenyum melihat anak-anak laki berebutan bola di lapangan. "Iya, Cia maksud gue."

Ciko menoleh ke arah kantin di mana Cia masih asik ngobrol dengan Gavin. "Gak ngerti." Ciko kembali berusaha mengabaikan Ayla lagi

"Harusnya dia peka sama sikap lo yang barusan. Gue tau Cia lagi kurang sehat hari ini. Itu kenapa lo tuker es dia sama jeruk hangat tadi, kan?"

Ciko mengabaikan Ayla lagi. Memilih menyeruput es jeruk miliknya hingga tandas.

"Lo harus berusaha lebih keras biar Cia bisa ngeliat lo," ucap Ayla kemudian.

Realize Where stories live. Discover now