Dead Love Or Growing Love

52K 1.6K 18
                                    

Gilbert bisa melihat betapa tersiksanya hatinya dari tatapan matanya, rapuhnya perasaan ketika bola matanya berkaca-kaca , wanita itu hanya diam tatkala ia menindihnya dengan memandangnya penuh haru .

Bibirnya hendak menciumnya lagi namun suara bel berbunyi kembali , lelaki itu pun berdiri mengepalkan tangannya kuat-kuat membuka pintu dan langsung memberikan tonjokan kasar "pergilah sudah kubilang pergilah "

"Apa kau gila memukul bodyguard mu sendiri " Farro memegang bekas tonjokan yang diberikan Gilbert.

Gilbert memijat keningnya sendiri merasa bersalah "astaga aku tidak tahu jika itu kau ..ayo masuklah"

Teringat sesuatu bahwa wanita itu belum memakai baju , hanya memakai kaos miliknya yang tak senada dengan tubuhnya ditambah boxernya.

Gilbert menahan pergelangan tangannya untuk menahan Farro yang ingin masuk "tunggulah sini , ayok cepat mana bajunya "

Farro pun menuruti nya memberikan hasil belanjaan nya , Gilbert juga memerintah agar tidak masuk terlebih dahulu dan menunggu di luar .

Diberikan satu kotak entah apa isinya dengan terbungkus sebuah tas "baiklah pakailah ini "

Lengan-lengan kekarnya ingin mengendong nya kembali namun ditahan oleh Inzel "tidak ..aku bisa berjalan "

"Kau yakin ? Tanya Gilbert.

Inzel pun berdiri dari sofa sedangkan Gilbert hanya tertawa melihat tubuh kecilnya memakai kaosnya dengan boxer miliknya , sungguh wanita ini seperti anak hilang 100 tahun lampau .

Wanita itu berjalan membelakangi nya "emm tunggu " membuatnya berbalik badan dan memasang wajah datarnya.

"Ya " balasnya dengan lembut.

"Siapa namamu ?"

"Rinziel Finty ..tapi kau bisa memanggilku Inzel " ucapnya lalu melanjutkan langkah kakinya.

Gilbert mengangguk kepalanya berulang kali dan terus memanggil nama Inzel , Inzel , Inzel dari bibirnya.

Suara bel dari luar memecah lamunannya , oh ia dia hampir lupa bahwa Farro di depan menunggu nya .

Membukakan pintunya disusul Farro yang masuk dan langsung mengambil  peralatan obat untuk pereda nyeri di wajahnya.

"Kau semakin kuat setelah bercinta ya kawan " dengan menempelkan beberapa cairan dingin di hidungnya.

Gilbert pun yang mendengar nya tertawa terbahak-bahak "hanya reflek "

Niatnya adalah memberitahu siapa wanita bernama Inzel itu tapi Gilbert memikirkan kembali rencananya, lebih baik waktu lain saja lebih mendalam dan tentu empat mata.

Seorang wanita berkulit putih tanpa alas kaki berjalan keluar dari kamar dengan wajah polosnya , tak ada riasan di wajahnya namun wajah khas imutnya itu sungguh menggemaskan.

Gilbert yang asal mula melihat Farro mengobati lukanya sendiri menjadi diam tak berkedip ketika harus beradu pandang dengan wanita itu .

Bagaimana tidak tertegun , ia memakai dress maroon yang mengingatkan dirinya dengan Khansa mantan kekasihnya, terlebih itu adalah warna favorit nya .

"Aku tahu kau mengingat Khansa ..tapi ayoklah Gilbert kawanmu ini sudah berusaha membuatmu lupa , aku sengaja membelikan warna merah agar bayangan mu berpindah pada wanita itu " Farro yang sedikit melirik dan berbicara dalam batinya.

Farro selalu mencoba ingin melihat Gilbert melupakan Khansa , bahkan segala apapun cara itu tapi apakah ia mengerti bahwa ulahnya benar atau tidak ?

STAINED PURITY | Sudah DiterbitkanWhere stories live. Discover now