Bab 1

69 15 30
                                    

Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu terlewati. Entah sudah berapa kali turun hujan malam itu, sampai musim berganti pun aku masih merindukannya berkali-kali. Sosoknya memang belum pernah ku kenali sebelumnya, tetapi senyumannya, bahkan tatapan matanya telah berhasil membuatku selalu ingin mengenalnya lebih dalam lagi.

Aku duduk termangu menyandarkan kedua siku tanganku di atas meja belajar. Udara di dalam kamarku cukup dingin malam itu, sehingga aku sengaja menghidupkan AC dengan suhu yang kecil. Baju tidur yang ku kenakan saat itu belum cukup untuk menghangatkan tubuhku.

Kemudian aku beranjak dari kursi lalu menempatkan tubuhku di atas tempat tidur. Aku masih membolak-balikkan tubuhku, mencoba mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Namun kantuk masih saja enggan menghampiri, ku ambil boneka yang tersandar di papan tempat tidurku. Aku memeluknya, berusaha menghangatkan tubuhku.

Karena kantuk tak kunjung datang, aku mencari kesibukan lainnya. Ku ambil handphone di atas meja kecil samping tempat tidurku, menghidupkan dan memainkannya. Ku buka akun instagram ku, aku mulai menelusuri beranda. Seperti biasa yang aku lakukan ketika tidak ada pekerjaan, atau bahkan saat bosan.

Pikiranku mulai berkelana padanya, memikirkan sosoknya. Mengingat-ingat bagaimana caranya tersenyum. Aku tersenyum simpul. Keinginanku untuk bisa mengenalnya kini semakin menggelora.

"Siapa sih kamu?"

"Kenapa aku nggak pernah melihatmu sebelumnya?"

"Apa kamu murid baru?"

"Atau kamu--adik kelas?"

"Whatt--adik kelas?!" Pekik ku dengan spontan setelah tersadar dari lamunan.

"Nggak, gamungkin--jangan sampe gue suka sama adik kelas!" Gumamku seraya memukul pelan kepalaku.

Aku semakin penasaran dengannya. Malam itu aku mulai memiliki niat untuk berusaha mencari tahu tentangnya. Mencari tahu darimana senyuman manis itu berasal, dan bagaimana caranya sampai bisa membuatku segila ini. Hehe, apapun itu, aku harus melakukannya sampai aku benar-benar tahu siapa dia sebenarnya.

Suhu kamarku malam itu mulai sangat dingin, karena lampu utamanya kumatikan. Dan kuhidupkan lampu kecil di samping tempat tidurku. Mataku mulai menyipit, kantuk mulai datang menghampiri.

Ku kembalikan handphone ku di tempat asalnya, ku tarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhku kecuali wajahku. Masih dengan boneka yang ku peluk saat itu, aku mengambil posisi tidur yang nyaman bagiku. Aku mulai terlelap.

°🍁°

Pagi pun tiba, mentari mulai nampak menggantikan tugas sang rembulan. Ku tarik tali gorden kamarku agar terbuka, sinar Sang surya menyoroti kamarku dengan cepat. Langsung ku bergegas mandi dan bersiap-siap untuk sarapan kemudian berangkat ke sekolah.

"Arraaaa--ayo sarapan dulu atuh. Ini teh sudah jam berapa?!"

Seketika suara Mama terdengar nyaring dan mengingang di telingaku. Aku yang sedari tadi masih asyik menyisir rambut, menata dan menguncirnya. Kini aku mulai bergegas mempercepatnya.

Aku meraih tas yang ada di atas tempat tidurku, ku pandangi sekeliling kamar memastikan kalau tidak ada barang yang tertinggal nantinya. Lalu aku melangkah meninggalkan kamar, dan berjalan menapaki satu persatu anak tangga.

"Arraa--cepet!" Pekik Mama.

"Yang sabar atuh, Ma--ini Arra lagi jalan." Sahutku seraya membenahi kuncirku yang belum terlihat rapi.

Usai DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang