"Jihoon—" Seungcheol menarik lengannya dari belakang. Dengan sekali tarikan, badan jihoon sudah berputar menghadap kearahnya.

Jihoon bisa saja marah. Ia bisa saja memekik seperti tadi pada leadernya ini. Namun melihat ekspresi wajah seungcheol, ia hanya terdiam sambil menatap lantai.

"Ada apa?" Seungcheol mendekat. Ia meraih pundaknya. "Kenapa berteriak seperti tadi pada mereka, hm? Itu bukan dirimu."

"Maaf," Jihoon hanya bisa menggumam pelan. Meskipun kesal, ia tidak ingin mencari ribut pada leadernya itu.

Tangannya kemudian meraba saku celananya. Mengeluarkan ponsel hitam milik seungcheol darisana, kemudian mengulurkan tangannya pada seungcheol.

"Kau yang menyimpannya?" Seungcheol melebarkan matanya. "Aku mencarinya ke segala tempat, ji. Kupikir itu hilang."

Jihoon hanya diam tanpa merespon. Leadernya itu kemudian menyalakan ponselnya, dan mengecek. "Itu tertinggal,"

Seungcheol segera membukanya begitu ia melihat dua pesan dan panggilan tidak terjawab. Nama Hoonie tertera disana.

Hyung dimana?

Seungcheol hyung

Seungcheol menggigit bibir bawahnya. Ia menghela nafas dan menatap jihoon yang juga balas menatapnya.

"Kau mengatakan itu untukku, bukan untuk mereka."

Itu pernyataan. Dan jihoon tidak membantahnya. Ia hanya diam dan menundukkan kepalanya.

"Lee jihoon,"

Seungcheol menariknya dan mengangkat dagunya sehingga pandangan mereka bertemu.

Selang beberapa detik, jihoon memalingkan wajahnya dan menghempas tangan seungcheol yang menyentuh pundaknya.

"Biarkan aku sendiri," Ia berbalik lalu beranjak menjauh dari sana. Meninggalkan seungcheol dengan senyuman kecil di bibirnya.

-

"Kau bertengkar dengannya?"

Seungcheol menatap jisoo sekilas, sebelum ia kembali sibuk dengan ponselnya. "Entahlah,"

Jisoo hanya menatapnya khawatir. Ia memalingkan wajahnya pada jihoon yang duduk di meja makan, dengan ekspresi yang sama.

"Ia tidak kelihatan baik sejak tadi."

Seungcheol hanya menatap jihoon lewat ekor matanya. Ia tahu meskipun terbilang cuek, adiknya itu terkadang mencuri pandang kearahnya.

"Aku sudah coba bicara padanya tadi. Ia bilang ia ingin sendiri."

"Memberinya sedikit ruang dan waktu mungkin baik." Jisoo mengangguk pelan. "Tapi kau akan tetap mengawasinya, kan? Kau tahu, aku tidak ingin kejadiannya seperti kalian terakhir kali bertengkar."

Seungcheol hanya mengangguk pelan. Ia kemudian beranjak menuju kamarnya, tanpa menoleh pada jihoon sedikitpun.

Raut kesal jelas terpampang pada wajah jihoon. Ia yang marah pada seungcheol. Kenapa sekarang leadernya itu yang mendiamkannya?

Tidak ada sapaan, raut khawatir, dan sikap overprotektif khas leadernya itu. Jihoon pernah mengatakan ia membencinya, tapi— ia tidak bisa membantah ia merindukan seungcheol yang seperti itu.

Jihoon tidak mengerti ia kenapa. Saat sedang bertengkar dengan seungcheol, rasa kekanakannya muncul kembali. Jadi dengan segera ia bangun dari kursi, dan beranjak menuju kamar untuk mengambil jaket dan dompetnya.

Ia melihat seungcheol yang tertidur di ranjang, dan dengan sengaja ia membuat berantakan saat mengambil jaket. Cukup puas melihat leadernya terbangun, ia keluar dari kamar.

"Mau kemana?"Jisoo menghampirinya dengan cokelat panas di tangannya.

"Keluar,"

Jisoo menekuk alisnya bingung. Ia menatap jihoon penuh selidik. "Terakhir kali kau keluar sendirian, kau pulang dengan keadaan mabuk, ji. Dan aku tidak mau hal itu—"

"Aku tidak akan mabuk kali ini." Jihoon menghembuskan nafasnya kesal. "Aku tahu bagaimana cara menjaga image."

"Apa keperluannya mendesak?" Jisoo melirik jam di depannya. "Ini sudah terlalu malam dan aku tidak ingin kau pergi—"

"Tidak ada yang keluar malam ini."

Keduanya melihat kearah belakang. Leader mereka itu bersandar di samping kulkas sambil memandangnya datar.

"Tidak ada yang boleh keluar." Ulangnya sekali lagi.

Jihoon menatapnya jengah. Ia langsung mengalihkan perhatiannya ke lain arah. Seolah mengerti, jisoo langsung beranjak dari tempatnya. Mungkin jihoon dan leadernya ini butuh sedikit privasi.

"Tidurlah," Seungcheol mendekat kearahnya. Tangannya terulur meraih jaket yang dipegang jihoon. "Ini sudah malam."

"Aku hanya ingin keluar sebentar,"

Tatapan seungcheol melembut. Namun ia masih tetap mempertahankan ekspresi datarnya. "Kau bisa keluar besok, ji."

"Aku ingin sekarang." Jihoon bersikeras.

"Akan aku antar besok, oke? Sekarang masuk ke kamar dan tidur. Aku tidak ingin sesuatu terjadi dan—"

"Aku bukan anak kecil yang selalu kau atur, leader-nim." Jihoon menghela nafas kesal dan menatap seungcheol tajam.

"Kau memberku, ji. Aku yang bertanggung jawab atas apapun yang terjadi pada kalian. Aku leadernya. Dan kau—"

"Meskipun kau leadernya kau tidak memiliki hak sepenuhnya atas diriku." Jihoon tidak tahu kapan suaranya meninggi.

"Meskipun aku memperlakukanmu berbeda, bukan berarti kau bisa menentangku seenaknya. Kau harus tau kapan kau memandangku sebagai leader."

Jihoon mengepalkan tangannya.

Spesial apanya?

Pikirannya dari beberapa bulan lalu kembali terputar. Rasa kesal pada seungcheol itu muncul lagi.

"Kau tahu bagaimana perasaanku dan kau tidak bisa mengambil kesempatan dari itu. Aku masih leadermu."

Jika jihoon berpikir seungcheol akan membiarkannya melakukan apapun yang ia mau, ia salah besar. Seungcheol memang mencintainya. Ia memang memperlakukannya berbeda dengan yang lain. Namun itu lah yang membuat seungcheol merasa bersalah, dan berusaha berlaku adil. Jihoon terlalu banyak melanggar. Ia terlalu banyak marah, terlalu banyak keluar malam, dan terlalu sering membantah omongannya.

Jika biasanya seungcheol akan mengerti dengan alasan yang jihoon buat, kali ini ia tidak. Jihoon marah pada hal hal kecil. Itu sifat posesifnya, seungcheol tahu itu. Tapi ia juga harus tahu batasannya. Seungcheol bukan hanya miliknya. Dalam konteks ini, seungcheol milik semuanya. Leader mereka semuanya. Dan ia tidak boleh egois terhadapnya.

Jihoon menatap seungcheol dengan tajam sekali lagi. Matanya sudah memanas dan memerah. Ia mengempaskan dompet dan jaketnya ke lantai dengan kasar, sebelum meranjak masuk ke kamarnya, tanpa melihat bagaimana ekspresi seungcheol.

"Aku membencimu, hyung."






- TBC -

*hopefully there are some ppl who keep waiting for this story ehehe. I'm so sick of exam and write this in my short weeked jadi ide yg keluar adalah konflik konflik gini hehehe. Dan ss itu beberapa menit sebelum itu di pub wkwkwk. Kebetulan authornya lagi pake wallpaper itu😅😅

[✔️] Dear, Woozi ; JicheolWhere stories live. Discover now