Bagian 11 - Where Am I?

28 3 0
                                    

BRUK!

Tubuhku terlempar dari dalam sebuah cahaya berbentuk kotak, hingga terpental enam kaki jauhnya. Itu sungguh perlakuan yang tidak sopan, apalagi kepada seorang wanita.

Geram, diriku memutuskan untuk mendekati cahaya itu, memasang sebuah ancang-ancang lalu menendangnya sekuat tenaga. Sebelum akhirnya cahaya itu lenyap dari penglihatanku sekarang.

"Hilang? Dasar cahaya aneh." ujarku bermonolog seorang diri.

Melihat beberapa bagian pakaianku yang kotor berpoleskan debu, langsung saja kumenyekanya secara bergantian. Sampai pada akhirnya, aku tersadar akan suatu hal.

Ah! Ternyata tempatku berdiri saat ini sama persis seperti tempat sebelum diriku tertarik oleh energi aneh yang memasukkanku ke dalam cahaya kotak yang sama sebelumnya. Sungguh apa yang kulihat ini semua sama. Lihat, pepohonan, rumput-rumput liar dan masih banyak lagi. Kalau begitu, apa aku tidak jadi terjebak di dunia peri? Atau mungkin ada kesilapan teknis?

Syukurlah, Tuhan telah mengabulkan semua doa-doaku. Kini, yang harus kulakukan adalah siap-siap untuk kembali ke tenda. Mereka pasti sangat mencemaskanku.

Satu, dua langkah kulewati. Tiga, empat langkah kulalui. Namun terhenti di langkah ke lima. Yang barusan ada disampingku itu apa? Sebuah pohon jamur setinggi tubuhku tumbuh dengan pangkal merah dan bintik-bintik putih di setiap bagiannya, tumbuhan macam apa itu? Sontak diriku langsung menengadahakan kepala ke atas, melihat langit.

Terkejut, diriku menepuk dahi. "Siang? Seingatku waktu itu adalah malam hari? Kenapa sekarang malah siang?"

Sejurus setelah itu, mataku melirik tajam sekeliling. Ada yang aneh, banyak vegetasi tidak lazim tumbuh disekitarku, awan dilangit juga tampak lebih mengembang. Dan yang lebih parahnya lagi, tinggi badanku setara dengan rumput ilalang.

Aku mengacak-acak rambut frustrasi.

"Aku ada di mana!!!"

Kini aku mulai melangkahkan kaki dengan cepat, mungkin lebih tepatnya berlari, ya, karena amat panik dan takut. Aku berlari terengah-engah, sampai membuat helaan napasku menjadi kembang kempis. Berlari, terus berlari, kaki ini lihai membawaku berlari yang tak menentu akan ke mana arahnya.

Rasa panik dan takutku semakin bergejolak, aku masih terus berlari berusaha mencari subjek keramaian. Bersamaan dengan itu pula, aku melihat sendiri bahkan menyentuh langsung berbagai macam tumbuhan aneh. Mulai dari bunga berbentuk bulat sempurna, warna oranye tidak berdaun mirip seperti Bunga Bangkai alias Amorphophallus dan bunga itu tumbuh berderet di padang rumput.

Kalian ingin tahu fakta mengejutkan lainnya? Bunga itu tampak seperti raksasa, dan aku bagaikan seekor semut.

Tubuhku lemas dan ambruk, diriku membungkuk dalam keadaan berlutut seraya mengepal tangan. Ternyata aku benar-benar masuk ke dunia Peri, dan sekarang aku berada di dalamnya. Seketika semua harapanku lenyap, aku tidak akan mungkin bisa kembali ke dunia asalku, kalaupun bisa, bagaimanalah caranya? Itu mustahil.

Karena hal sepele saja dapat berujung fatal. Ya, sekarang aku mengerti arti dari kata tersebut.

Tanpa sadar air mataku mengucur setetes demi setetes. Kalau sudah seperti ini, aku tidak tahu apa yang harus di lakukan. Pikiranku teringat akan mereka, ya, Alenna, Kathe dan Mikha. Sekarang hal buruk telah terjadi menimpaku, apakah mereka mencemaskanku? Apa mereka terjaga sepanjang malam karena memikirkan keberadaanku?

Entahlah.

Kuhapus air mata, kumantapkan mental, aku tidak akan menyerah semudah itu. Walau nasi sudah menjadi bubur, aku akan tetap bertahan dan mencari solusi untuk jalan keluar dari permasalahan ini, dengan begitu aku bisa keluar dari dunia aneh ini.

Vacation On Raa (Fight For The Truth)Where stories live. Discover now