Chapter 4

11 0 0
                                    

Dipojok taman rumah ini terdapat sekop yang biasa dipake Ms.Redpy untuk menanam beberapa buah. Aku mengambilnya dan mulai menggali lubang tersebut hingga tubuhku muat untuk melewati pagar tinggi ini. Selama sekitar 15 menit awal aku takut karena Ms.Redpy akan cepat pulang, aku berusaha untuk mempercepat gerakanku.
Akhirnya, lubang itu muat dengan badanku yang mungil ini. Aku buru-buru masuk dan melewati pagar tinggi tersebut. Rasa penasaranku terus membawaku sampai ke tempat yang tidak pernah ku ketahui. Aku sudah sampai di luar pagar itu, tetapi aku malah terdiam dan menatap sekelilingku dengan kecewa.
Tanah yang kering berwarna abu-abu gelap, banyak retakan-retakan hancur ditempat aku berpijak. Tidak ada pohon berdaun biru berkilauan yang ku lihat. Semuanya hampa.
Kenapa malah hal mengerikan yang ku dapat di luar pagar ini? Padahal aku melihat harapan pada lubang kecil di pagar itu.

Aku menoleh ke belakang melihat tingginya pagar itu membuatku kembali penasaran dan penuh tanya.
"Pasti ada sesuatu hal yang indah dan tidak mengecewakan seperti disini, aku akan kembali bukan saatnya aku menelusuri lebih lagi" aku berkata dalam hati dan membulatkan tekad bahwa akan merencanakan semuanya supaya aku dapat pergi dari kesengsaraanku di rumah aneh ini.
Aku bergegas kembali ke rumah dan merapikan semuanya dengan sempurna agar Ms.Redpy tidak curiga. Aku mengganti pakaianku dengan yang baru dan tentu saja dengan tambahan pewangi alami pada pakaianku agar tidak tercium aroma tanah.

Aku bergegas membuka pintu kamarku untuk mencari tahu jejak-jejak kedatangan Ms.Redpy. Ternyata dia belum juga kembali. Tidak bisa dipercaya, langit sudah berganti warna menjadi jingga. Dengan perlahan aku mempersiapkan berbagai hidangan untuknya. Setiap hari aku selalu memasak untuknya, pada saat makan pagi, siang hingga hidangan malam.

Aku teringat sewaktu pertama kali belajar memasak bersama Ms.Redpy pada umurku yang genap 7 tahun. Sebelum aku belajar memasak, dia yang selalu memanjakanku dengan hidangan-hidangan lezat yang ia buat sendiri. Jika dipikirkan, aku menyesal belajar memasak karena semenjak itu dia selalu memanfaatkanku memasak makanan untuk dirinya. Ibarat aku seorang babu yang harus menjaga dan mengurus rumah ini entah sampai kapanpun itu. Aku sudah cukup muak untuk menahannya, makanya aku ingin cepat-cepat tahu lebih banyak dunia luar supaya aku dapat bebas seperti burung yang terbang melayang tinggi.

Tak!...Tak!...Tak!
Suara sepatunya begitu terdengar dari bawah lantai rumah ini, tandanya sebentar lagi dia akan sampai dirumah. Hati ini berdegup begitu kencang karena takut dia mengetahui apa yang telahku perbuat tadi siang.
"Carlyyyyy~" panggilnya dengan intonasi nada seperti bernyanyi.
"Ya Ms. aku berada di dapur" balasku menyahuti panggilan itu.
Dengan membawa keranjang rajut yang tertutup oleh kain gelap di lengannya, dia menatapku dengan tersenyum lebar "Manisnya dirimu Carly. Terimakasih telah menyediakan semuanya, aku sayang padamu"
Aku sangat mengingat kata-kata palsu itu setiap kali aku menyediakan sesuatu untuknya. "Ini adalah kewajibanku Ms, nikmatilah hidanganmu. Oh Ms.Redpy kenapa anda pulang terlambat hari ini?"
Ia menatapku sambil meneguk teh dicangkir putih yang menawan "Tidak ada apa-apa, hanya saja hari ini aku membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencari apa yang ku mau"

Hmm..? Mencurigakan sekali.
Aku meminta izin padanya untuk pergi membersihkan ruang tamu, dia hanya menganggukkan kepalanya sambil menikmati daging sapi yang dibaluri saus kental. Ketika aku mulai melangkah tak sengaja bunyi gelas pecah terdengar ditelingaku.

PRANG!

To be continued

The Magic FeatherWhere stories live. Discover now