Chapter 10

10 0 0
                                    

Bluey

Aku berlari kencang pada lorong yang panjang itu, aku takut jika Nyonya Lafftie menyadari keberadaanku yang hilang pada rumah itu. Jantungku berdegup kencang tidak karuan, rasa takut, senang, sedih, kecewa, bebas bercampur menjadi satu.

Cahaya terang di ujung lorong ini menyambutku dengan hangat. Ah! Aku benar-benar rindu pada angin yang sejuk dan pemandangan yang memuaskan mata batinku. Senangnya kembali kesini, walaupun aku tahu bahwa tidak akan ada lagi perlakuan baik dari seorangpun padaku seperti Nyonya Lafftie dan Tuan Froz.

Burung-burung berkicauan berlalu lalang dari pohon satu ke pohon yang lainnya. Tempat ini sedikit berbeda dari biasanya, bunga-bunga yang ditanam oleh Nyonya Lafftie dan Tuan Froz tumbuh dengan sangat indah. Bunga-bunga itu menjadi sorotan di sekitar sini, berbeda dari yang lain warna bunga itu cerah dan cahaya kelap-kelip banyak sekali terlihat di bunga-bunga itu. Rerumputan disekitarnya juga bukan lagi berwarna hijau melainkan putih ke-emasan. Apakah ini pertanda suatu hal yang baik?

Selama seratus tujuh puluh hari, aku kembali hidup sendirian bersama dengan alam. Bermain bersama tupai di atas pohon, menari-nari dengan kupu-kupu yang indah. Suatu pagi, entah dari mana ada seorang gadis mendatangi diriku rambutnya pendek berwarna pirang dan matanya mirip sekali dengan Tuan Froz warnanya kehijauan. Aku bertanya padanya, apakah dia Chloe? Rupanya dia sama seperti diriku, salah satu anak angkat Tuan Froz dan Nyonya Lafftie. Dia adalah hadiah kecil dari Tuan Froz untuk Nyonya Lafftie karena selalu bersedih mengingat aku pergi dari rumahnya dan anaknya yang sudah tiada. Sungguh malang Nyonya Lafftie, hati kecilku sedikit tergerak untuk kembali pada mereka tapi mungkin mereka tidak akan melepaskanku lagi.

Anak itu bernama Villiet, nama yang cukup unik. Kami memustuskan untuk hidup bersama dan saling berdampingan. Dia menceritakan semua tentang hidupnya yang dulu sampai bertemu keluarga Tuan Froz. Dia juga memberi tahu bahwa tidak lama setelah kepergianku, Tuan Froz meninggal dunia. Hatiku sedikit hancur, dia adalah sosok pria yang sangat baik di mataku. Tak pernah sedikitpun dia memperlakukanku dengan cara yang kasar, di matanya aku sama seperti Chloe terkecuali Nyonya Lafftie. Villiet juga memberi tahuku bahwa setelah kepergian suami Nyonya Lafftie, dia menutup jalur tempat asalku dan mencari jalur lain untuk mencari kebutuhan hidupnya. Villiet bilang, aku adalah satu-satunya anak yang dapat membuat Nyonya Lafftie berubah drastis, dia menjadi tidak karuan saat kepergianku. Bahkan, Villiet sering menjadi tempat pelampiasannya. Sungguh kasihan Villiet, tubuhnya mungil dan kulitnya sangat pucat seperti tidak penah terurus.

Aku tinggal bersama Villiet beberapa bulan hingga dia pergi menemukan kehidupannya yang baru, dia menemukan dengan caranya yang jenius. Beberapa kali dia mencoba tetapi gagal hingga yang terakhir adalah suatu keberhasilan yang sangat membuatnya senang, dia mengajakku untuk ikut dengannya. Aku menolaknya karena aku tahu dimana tempatku berada seharusnya.

Hidupku begitu membosankan sampai aku bermimpi di bawan pohon yang ku panggil pohon impian. Ada seorang gadis yang sangat mirip denganku, dia sama-sama mengalami separuh kejadian yang pernah ku dapatkan di rumah berpagar tinggi itu. Tetapi dia juga hidup dengan separuh kejadian seperti Villiet. Entah, anak ini merasa bahagia atau sedih. Dia tinggal dengan Nyonya Lafftie lebih lama dari padaku, tapi hatiny terus memberontak sama sepertiku. Dia ingin bebas dan hidup seperti masa lalunya, hingga aku tau namanya Carol.

To be continued

The Magic FeatherМесто, где живут истории. Откройте их для себя