[35]_Take your revenge, Lily.._

5.8K 390 19
                                    

.

.

.

Langit gelap di dunia bawah kian berubah warna. Benerang layaknya dikala senja menjelang, dengan guratan-guratan panjang yang mulai memerah di atas sana, dan itu membuat sang penguasa kegelapan semakin melekatkan tatapannya.

Danta masih menatap dari jendela kastil utama, memperhatikan dengan saksama bagaimana langit yang biasanya gelap gulita dengan guntur menggelegar dan petir  menyambar kini berubah kemerahan, meski belum sepenuhnya berwana merah--mungkin beberapa hari lagi langit itu akan berwana semerah darah.

Ya. Lima atau enam hari lagi, takhta Lucifer akan kembali diperebutkan. Akan kembali menumpahkan darah dari sosok-sosok yang tak dapat diremehkan. Hanya saja, kali ini bukan dirinya, melainkan Damarionlah yang mengambil alih peran penting dalam peperangan.

Sang raja yang sudah berkuasa selama lebih dari lima ratus tahun itu menarik napas panjang, memejamkan manik rubinya beberapa saat, guna mencari setitik kedamaian disela-sela kerumitan yang bagai benang kusut di dalam kepala tampannya.

'Apakah sejak awal ini memang salahnya?'

Jika saja Danta tidak pergi ke dunia manusia untuk menantang Damarion saat itu. Ia tidak akan bertemu dan jatuh cinta pada Azzuri hingga harus berperang dengan Kerajaan Behemoth hingga sang raja sebelumnya harus tidur untuk selamanya.

Jua mungkin tidak akan ada dendam yang tertoreh pada ketiga Pangeran Behemoth itu hingga kini.

Hanya sesaat, kini manik rubi itu kembali terbuka. Berkedip beberapa kali sebelum sang pemilik berbalik dan melangkahkan kakinya. Menyusuri lorong-lorong dengan gemerlap cahaya dalam sebuah kesunyian.

Hanya terdengar bunyi langkah Danta yang menggema. Berpadu dengan semilir angin dan samar gerakan para penjaga yang menundukkan kepala begitu sang raja lewat.

Tak lama berselang, suara langkah itu berhenti. Menampilkan sang pemilik langkah keagungan yang berdiri tegap di depan sebuah pintu yang menjulang tinggi dengan naga sewarna perak yang mengitari kristal merah raksasa bak sulur-sulur memanjang.

Danta kembali menghela napas, berat, layaknya tengah mempersiapkan diri menghadapi hukum kematian.

Ia mengangkat tangan kanannya--mengisyaratkan empat penjaga di kanan-kirinya untuk menunduk dan membukakan pintu raksasa di depannya.

Sang raja masuk ke dalam ruangan, dan tak lama kemudian suara pintu kembali ditutup menimbulkan suara gema sesaat.

Di dalam sana, hanya satu cahaya terang yang memfokuskan kedua manik rubi sang penguasa kegelapan. Cahaya keemasan yang menyinari sebuah kotak persegi panjang dengan butiran permata menghiasi setiap sisisnya. Terdapat di ujung tangga yang menjulang tingginya.

Setelah berdiri mematung menatap kotak kecil itu, Danta mulai melangkah. Menaiki satu-persatu anak tangga di depannya.

Meski langkahnya tampak berwibawa dan gagah, namun kakinya gemetar semakin tinggi ia menapak. Ada gurat yang tak terbaca di wajah tampan pria itu.

Berkali-kali Danta menarik napas dalam dan menelan saliva. Seolah berusaha menyembunyikan sebuah perasaan di balik mimik tegasnya.

Hingga sampai di ujung tangga, raut wajah Danta tak kunjung berubah. Ada kesedihan, penyesalan, rasa bersalah, dan tekat yang kuat berkecamuk di dalam dadanya.

Manik rubi itu tak lepas memandang kotak persegi empat di depannya untuk yang kesekian kalinya. Terfokus di sana tanpa peduli kegelapan yang mengelilinginya.

Danta mematung di ujung tangga. Bibirnya bergetar, seolah dipaksa berucap oleh sang pengatur indra.

"Ayah ...."

LILY & The DEMON PRINCE ✔️[diterbitkan]Where stories live. Discover now