[23]_Thorn Among the Roses_

12K 851 8
                                    

.

.

.

Kriieeetttt ....

Sebuah pintu raksasa berlapis emas perlahan terbuka lebar. Memperlihatkan ruangan yang begitu megah di dalamnya.

Ranjang berukuran super besar dengan tiang-tiang perak berukiran naga yang melingkar. Dindingnya sebiru lautan, berpadu dengan ukiran cantik dari batuan safir yang membentuk bunga mawar. Serta jendela besar di sudut ruangan dengan rangkaian mawar biru di setiap sisinya.

Keajaiban yang menakjubkan itu membuat Hime terpana. Ia tak mampu mengucap sepatah kata karena tak dapat melukiskan betapa indahnya pemandangan yang tersaji di depan matanya.

Semua itu bahkan jauh lebih indah dari apa yang ia bayangkan hanya untuk sebuah kamar. Mengingat permintaannya beberapa saat lalu ditolak mentah-mentah oleh pangeran iblis menyebalkan yang sangat dicintainya. Lalu apa-apaan semua ini? Benarkah ini kamar seorang Damarion Rensford? Seorang pangeran iblis?

"Emm ..., Calvert, apa kita tidak salah kamar?" Hime melirik Calvert yang berdiri dengan senyum lembut di sampingnya.

"Tidak, Nona. Ini adalah kamar utama di Kastil Timur. Pemiliknya tentulah sang pemilik kastil." Calvert menjawab seraya mengulurkan satu tangan, mempersilakan Hime masuk  sebelum pintu kembali tertutup.

Manik Hime masih membulat lebar, menatap setiap sisi kamar yang serba biru seperti kesukaannya. Sesaat ia berpikir, apa ini juga warna kesukaan Rion? Tapi menilik kepribadian dan taraf menyebalkannya, itu sangat tidak mungkin.

"Tidak. Ini tidak mungkin." Hime menggeleng kepala, membuat Calvert mengerutkan keningnya.

Calvert kembali mengulas senyum, ia berjalan ke arah jendela besar di sudut ruangan. Membukanya lebar dengan satu jentikan, membuat semilir angin melenggang masuk dan menerbangkan rambut coklat Hime yang menjuntai dengan indahnya.

Gadis itu menoleh, ikut mendekat dan mengarahkan maniknya mengikuti apa yang Calvert lihat. Dan betapa terkejutnya saat Hime melihat keluar jendela.

"Ca-Calvert, ini ... bagaimana bisa?"

Seolah belum cukup dikejutkan oleh kamar yang begitu memikatnya, kini Damarion kembali membuat gadis bermanik hazel itu tersenyum lebar penuh kekaguman hingga hampir menitikkan air mata saat melihat hamparan luas sebuah taman yang dipenuhi mawar biru.

Pikirannya melayang, Hime tak tahu lagi apa yang harus terucap dari bibir ranumnya. 'Bukankah aku sedang di dunia bawah? Lalu bagaimana mawar-mawar itu bisa tumbuh begitu indah? Dan kenapa Rion memelihara ribuan bunga mawar di belakang kastilnya?'

"Nona?"

Suara Calvert kembali menginterupsi, menyadarkan lamunan penuh tanya Hime hingga kembali terfokus padanya.

"Pangeran Damarion sendiri yang memberi perintah untuk membuat taman berisikan bunga mawar biru dan mengubah seluruh dekorasi kamar sebelum anda dan beliau sampai di sini."

Ucapan Calvert membuat Hime semakin tercengang, entah apa yang ada di dalam kepala tampan pangeran iblis itu, bahkan ia masih bertanya-tanya kenapa Rion melakukannya. Mengingat selama ini pria itu tak pernah mengungkapkan perasaannya.

"Tidakkah anda tahu alasannya?"

Hime tak langsung menjawab, ia kembali menatap hamparan luas mawar biru di luaran sana, lalu menggeleng pelan.

Hime hanya tak ingin terlalu berharap. Sesekali, ia memang merasa Damarion memiliki rasa yang sama. Tapi di lain kali, rentetan kalimat yang selalu diucapkan Rion seakan memberinya kepastian yang berbeda.

LILY & The DEMON PRINCE ✔️[diterbitkan]Where stories live. Discover now