30

9K 393 14
                                    





***

Ken pulang ke kosan dengan walah lesu. Ken sudah berusaha membujuk Dara untuk nggak membahas masalah perceraian lagi, tapi Dara keukeuh kalau dia mau tetap bercerai dengan Ken. Saat Ken menyatakan nggak akan menandatangani surat cerai sampai kapan pun, Dara langsung saja pergi dari restoran begitu saja.

Ken masuk ke dalam kosan dan terdiam di depan pintu saat melihat Gio berdiri di depat tv hanya dengan singlet dan boxer, sambil membawa satu cup es krim warna pink di tangannya.

"Ngapain lo?" tanya Ken pada Gio.

Gio menoleh dengan sendok es krim di mulutnya. "Makan ... es krim," jawabnya polos.

Ken berdecak. "Iya tau, kenapa lo pake singlet doang?"

Gio mengedikkan bahunya cuek lantas kembali menonton tv. Masalahnya di luar hujan deras, dan Ken saja kedinginan dengan baju panjang. Bagaimana Gio yang hanya memakai singlet dan boxer terlihat santai saja begitu.

Ken menggelengkan kepalanya nggak peduli. Dia beranjak menuju lemari pakaian bersih. Dia hanya ingin mandi lalu berkutat lagi dengan beberapa jurnal dan laporan kuliahnya. Sementara waktu Ken akan pura-pura nggak peduli dengan permintaan Dara, walau kenyataannya hal itulah yang terus dipikirkan oleh Ken.

Baru saja Ken ingin keluar untuk mandi saat Gio memanggilnya.

"Ken tunggu bentar!"

Ken menoleh dengan sebelah alis terangkat. "Kenapa?"

"Itu, gue pinjem sempak dong. Punya gue gak ada yang kering, padahal udah dua hari yang lalu gue nyucinya. Mau beli uang bulanan belum turun. Pinjem satu aja, boleh ya."

Ken tertawa pelan. "Nggak! Enak aja. Pinjem yang lain sana!" Ken mana mau berbagi sempak. Ya kali sama saja Ken memakai bekas dong kalau dia meminjamkan sempaknya pada Gio.

"Yah gimana dong. Pada nggak ada juga, pada masih basah. Masak iya gue pake boxer doang tiap hari."

"Lo ngutang dulu kan bisa," balas Ken. "Lagian itu beli es krim bisa masak beli sempak nggak bisa," tambah Ken.

"Es krim ini mah di kasih sama pacar lo. Tadi dateng buat ngasih es krim, tapi karena lo pergi yaudah gue yang makan."

Ken mengernyit mendengar ucapan Gio barusan. Masalahnya Ken nggak punya pacar, punyanya istri, dan sekarang hubungan mereka sedang nggak baik. Nggak mungkin kan itu Dara?

"Pacar?"

"Iya, pacar lo. Yang waktu itu dateng sama lo, terus ngambilin sempak lo. Gue kasih yang warna putih, masak lo lupa. Btw Ken, lo udah tidur sama dia ya? Kok dia biasa aja pegang-pegang sempak lo. Kalo cewek perawan kan pegang kaya gitu rada ngeri, lah ini malah senyum-senyum-"

Kernyitan di kening Ken semakin dalam. "Gue nggak punya pacar."

"Hah?! Sumpah lo?! Terus itu cewek siapa?"

Ken menggeram marah saat tau bahwa kemungkinan besar cewek yang dimaksud Gio itu adalah Reta. Ya pasti cewek itu. Siapa lagi kalau bukan Reta. Ken nggak habis pikir kenapa cewek itu sampai melakukan hal sejauh itu.

***

Pagi ini Ken buru-buru ke kampus. Bukan karena ada jadwal kuliah pagi, tapi karena dia ingin mencari Reta. Ken benar-benar ingin tau apa sebenarnya keinginan cewek itu.

Tapi sialnya, pagi ini nggak ada sosok Reta dimana pun. Ken juga mencoba bertanya pada beberapa orang jurusan arsitektur tentang Reta, tapi ternyata nggak ada yang kenal Reta. Tiba-tiba saja sosok Reta menghilang bagai ditelan bumi. Padahal kemarin cewek itu masih terus membuntuti Ken seperti benalu.

Hari berlalu dengan cepat, tapi Ken masih belum menemukan sosok Reta. Ken malah mendapat kabar buruk kalau beberapa waktu yang lalu Dara masuk rumah sakit karena pendarahan ringan. Beruntungnya sekarang Dara dan calon anaknya baik-baik saja dalam pengawasan dokter dan juga Reihan. Ken tau pasti itu karena dia, atau mungkin karena memikirkan hubungan mereka yang bisa dikatakan diujung tanduk.

Sepulang kuliah sore ini Ken mampir ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan. Tinggal satu kos dengan Gio memang harus keluar uang ekstra. Gio bukan orang kaya, dan mau nggak mau selama Ken tinggal di kosan Gio, Ken harus membiayai makan mereka berdua.

Ken mengambil beberapa mie instan, sosis, telur dan bakso. Ken juga mengambil beberapa buah segar dan sayuran yang sekiranya mudah dimasak. Saat Ken berniat mengambil beberapa keperluan mandinya, seseorang tiba-tiba menepuk pudaknya.

"Ken!"

Ken menoleh dan sedikit terkejut saat melihat Kenya berdiri di belakangnya.

"Oh hai! Lagi belanja juga?"

"Iya. Belanja bulanan sih."

Ken mengangguk singkat.
"Sendirian?"

"Ohhh tentu nggak. Aku sama suami dong."

Ken memaksakan senyumnya setulus mungkin. Dulu saat hubungannya dengan Dara dalam keadaan baik, mereka selalu belanja bulanan bersama setiap bulan.

"Terus, suami kamu mana?" tanya Ken cepat.

Kenya terlihat memindai sekitar, lalu matanya berhenti di sebuah tempat beberapa meter di depan sana. Ken mengikuti arah pandang Kenya dan seketikan itu juga Ken mendelik.

Reta ada di sana, tepat berada di depan Gill yang terlihat mengulurkan tangannya untuk mengambil sesuatu di rak teratas. Jelas Kenya langsung diam saja, karena Ken melihat dengan jelas bagaimana seorang Reta curi-curi pandang pada Gill sementara tangannya menempel pada paha Gill. Posisi yang teramat intim kalau menurut Ken.

"Itu siapa sih?! Kok ganjen gitu!" dumel Kenya.

Ken menghela napas. Mungkin ini saat yang tepat untuk mengakhiri semuanya.

***

Kenya berhasil menarik suaminya pergi, sedangkan Ken dengan geram mencengkeram kedua tangan Reta dan membawanya pada gang yang sepi.

"Apa yang lo lakuin?!" bentak Ken marah. "Kenapa lo ngerusak rumah tangga gue? Apa salah gue sama lo?!"

Reta tergugu di tempat. Wajahnya terus menunduk dan tubuhnya gemetar ketakutan.

"Apa yang lo mau sebenernya? Uang?"

Reta mendongak dengan pipi yang basah karena air mata. "Gue minta maaf," lirihnya. "Gue janji, gue nggak akan ganggu lo lagi."

Ken tertawa miris. "Segampang itu? Setelah apa yang lo lakuin ke gue dan istri gue?!"

"Gue taruhan."

Ken mengerutkan keningnya.

"Siapa yang berhasil naklukin lo, bakal dapet mobil."

Ken menggeram lantas menyentak tangan Reta hingga cewek itu terdorong ke belakang dan kepalanya membentur tembok. Reta meringis kesakitan, tapi Ken nggak peduli.

"Apa lo kira harga rumah tangga gue sepadan sama mobil yang jadi taruhan lo itu? Gue sama istri gue mau cerai." Ken terisak pelan. "Dan rumah tangga gue nggak akan sama seperti kemarin-kemarin. Susah untuk diselamatkan. Lo puas udah menghancurkan rumah tangga orang? Lo bikin seorang anak dalam kandungan ibunya merasa ditelantarkan karena lo. Karena lo istri gue bahkan nggak sudi untuk melihat gue lagi. Karena lo juga, istri gue masuk rumah sakit, dan gue nggak bisa berbuat apa-apa. Apa lo pernah sedikit aja mikir kalau apa yang lo lakuin itu salah?"

Reta tertunduk sambil terisak. "Gue minta maaf," lirih Reta lagi.

Ken memukul tembok di dekatnya dengan keras untuk melampiaskan amarahnya. "Pergi!" desis Ken pada Reta.

"Ken, maaf-"

"Pergi!" geram Ken dengan mata melotot pada Reta. Setelah Reta pergi dari sana, Ken menyandarkan kepalanya pada tembok dengan lelas. Entah karena apa Ken merasa sangat lelah

Tbc...

***

Vin~

Freak AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang