20. Berantakan!

10.2K 463 12
                                    

=> 20. Berantakan! <=





***

Sejak Ken pergi dari apartment, hampir dua minggu dia nggak kembali ke apartment bahkan untuk sekedar menjenguk Dara dan anaknya. Sejak Ken pergi Dara sudah masa bodoh dengan kehidupannya. Setiap pagi muntah-muntah, lalu malamnya menangis karena Ken nggak ada di sampingnya.

Di hari ke lima belas kepergian Ken, Reihan yang sudah nggak tahan akhirnya pergi ke apartment Dara. Dia nggak mengindahkan peringatan orang tuanya, Reihan hanya nggak rela kalau pada akhirnya adik kandung yang sangat disayanginya itu menderita seperti sekarang.

Reihan berhasil masuk ke apartment Dara setelah berkali-kali memencet bel. Dara membukakan pintu dengan wajah pucat dan berat badan yang berkurang banyak. Dara terlihat sangat kurus saat Reihan datang.

"Hai Kak," sapa Dara berusaha tersenyum.

Reihan menggeram, matanya memerah karena marah. "Mana Hana?" tanya Reihan. Melihat keadaan Dara yang kacau, sebenarnya Reihan lebih khawatir dengan anak Dara yang masih kecil.

"Oh, Hana baru aja tidur kak. Tadi rewel banget, susunya abis aku belum sempet beli," jelas Dara.

"Nggak sempet apa nggak punya uang?!" tanya Reihan dengan nada gemetar.

Dara langsung menatap mata Reihan, dan detik itu juga air matanya langsung menetes. Tanpa suara Dara menangis. "Nggak ada uang," lirihnya sambil menunduk.

Reihan memejamkan matanya sambil mengatur napasnya yang sudah berantakan. Saat membuka matanya, Reihan langsung menarik Dara dalam pelukannya. Wajar kalau Reihan sangat menyayangi Dara, Dara adalah satu-satunya saudara perempuan Reihan.

Dara terus terisak sedangkan Reihan terus berusaha menenangkan Dara. Dia nggak habis pikir kenapa dulu nggak langsung menghajar Ken saat pertama kali melihat cowok itu. Reihan dari awal memang sudah nggak suka pada tingkah Ken, dia mencoba berdamai dengan rasa bencinya karena dia tau Dara mencintai Ken, tapi kalau tau pada akhirnya jadi seperti ini lebih baik Reihan menjotos wajah Ken waktu itu sampai mampus.

Reihan menjauhkan tubuhnya, lantas mencengkeram kedua pundak Dara. "Dengerin kakak!" Dara langsung mendongak menatap Reihan. Air matanya masih terus meluncur tanpa bisa Dara cegah. "Pulang ke rumah kakak, ya!" bujuk Reihan dengan nada memerintah.

"Ta-tapi, kalau Ken pulang gimana?"

Reihan mendesis, "kamu masih mikirin dia?"

"Mungkin Ken emang lagi ada urusan di kampus kak," Dara mencoba bertahan dengan pikiran positifnya.

"Ra! Kalau dia beneran sayang sama kamu, seenggaknya dia bakal kasih kabar, atau kalau nggak kasih nafkah buat kamu. Jarak sini ke kampus nggak sejauh Indonesia ke Amerika kan? Dia memang sengaja nggak mau ketemu kamu! Seenggaknya kalau kamu tinggal di rumah kakak, ada Syifa yang bisa bantu-bantu kamu. Ada kakak kalau sewaktu-waktu kamu ngidam."

"Kamu udah ngidam apa aja?" lanjut Reihan kali ini dengan nada lembut. "Gimana kamu menuhin ngidam kamu itu kalau nggak ada uang, dan nggak ada orang di sini? Kalau mama dan papa sampai tau, kakak yakin kamu langsung dibawa ke Kanada."

Dara menunduk lagi. "Aku pengen pizza yang topingnya banyak baso sama sosisnya," lirih Dara. "Tapi, nggak papa kok aku nggak makan pizza, aku masih tahan. Dulu sewaktu aku hamil Hana, aku nggak pernah peduliin ngidam apa. Aku nggak apa-apa Kak."

Rasanya Reihan ingin menonjok orang saat ini. Kenapa adiknya bisa sampai menderita seperti ini, sedangkan dia sejak kecil hidup berkecukupan?

"Kakak beliin pizza sesuai keinginan kamu, tapi kamu ikut kakak ke rumah gimana? Mau?"
Dara pada akhirnya mengangguk mengiyakan permintaan Reihan. Dia nggak punya pilihan, mungkin Dara memang nggak apa-apa nggak makan, tapi dia tengah mengandung bayi dan Dara nggak sebodoh itu sampai mau menunggu Ken dan membiarkan anak-anaknya kelaparan.

***

Dara tengah memakan pizza yang baru saja dibelikan oleh Reihan dengan lahap. Hana tengah tertidur di kamar barunya di rumah Reihan. Di depannya Syifa menemani sambil sesekali tersenyum melihat Dara yang tampak sangat menikmati pizza miliknya.

Reihan sendiri dengan dibantu beberapa pekerja suruhannya memindahkan barang-barang Dara dan Hana dari apartment Ken ke rumahnya. Dara sudah sepakat, sampai nanti Ken mencarinya Dara akan tinggal bersama dengan Reihan dan Syifa.

"Mbak Dara yang sabar ya," ucap Syifa tiba-tiba.

Dara yang tadinya asik memakan makanannya langsung mendongak dan menatap Syifa bingung. "Allah memberi cobaan sesuai dengan kemampuan umatnya, nggak mungkin mbak Dara nggak bisa melewati semua ini."

Dara menghela napas masih dengan mulutnya yang tersumpal potongan pizza. Perlahan sebuah senyum terbentuk dari bibirnya.

Syifa ikut tersenyum. "Mungkin Kak Ken lagi bermasalah dengan dirinya sendiri, kadang kala seseorang perlu waktu untuk berpikir mana yang benar dan mana yang salah. Kak Ken cuma butuh waktu untuk sadar kalau apa yang dia lakukan itu salah. Mbak Dara di sini harus sabar ya, dan jangan kemakan omongannya Mas Reihan." Syifa terkikik sendiri saat mengatakan tentang Reihan. "Dia itu, memang protektif banget sama orang yang dia sayang. Awalnya Syifa cemburu loh sama Mbak Dara, tapi setelah dia kasih tau, dia cerita semuanya pelan-pelan Syifa jadi ngerti."

Dara menalan pizzanya dengan susah payah mendengar ucapan Syifa yang terakhir. "Kamu cemburu sama aku?" tanya Dara dengan mata mendelik, kaget.

"Iya, sejak awal kita ketemu di bandara waktu itu, terus Mas Reihan jadi tanya-tanya tentang Mbak Dara. Syifa cemburu, tapi nggak berani bilang. Pada akhirnya Mas Reihan sadar sendiri terus pas mau tidur jelasin ke Syifa."

Dara tersenyum miris, mana mungkin Ken bisa seperti Reihan. Syifa terus saja bercerita sementara Dara melanjutkan memakan pizzanya. Dara memang sudah nggak bernapsu untuk makan lagi, tapi dia masih lapar. Jadi daripada mubadzir lebih baik pizza itu dia habiskan.

Di tempat lain, Reihan tengah mengambil sekotak besar mainan Hana dan membawanya keluar kamar. Itu barang terakhir yang harus Reihan pindahkan ke rumahnya. Setelah memastikan semua lampu dimatikan, Reihan lantas meninggalkan apartment Dara dan Ken itu.

Tepat setelah Reihan dan rombongan pembawa barangnya pergi meninggalkan pelataran apartment, saat itu Ken tiba. Dengan rambut kusut, mata cekung dan tambilan berantakan Ken masuk ke alam apartmentnnya.

Dia mau minta maaf pada Dara. Terkadang Ken merasa di suatu waktu dia itu teralalu kekanakan dan nggak bisa menahan perasaan emosinya. Padahal Ken sadar itu bukan sepenuhnya salah Dara. Ya Dara memang ceroboh, tapi bukannya kalau bukan karena kecebong Ken, Dara juga nggak bakal hamil? Jadi salah siapa? Ken saja yang terlalu mesum, dan Ken mengakui itu.

Saat Ken menghidupkan lampu utama, ruangan terlihat lebih luas dari biasanya. Ken mengernyit, hanya perasaannya saja atau memang beberapa photonya dan Dara yang tergantung di dinding hilang?

"Ra! Sayang!"

Saat Ken memasuki kamarnya, semuanya terjawab. Semua barang-barang Dara sudah nggak ada di tempatnya. Nggak ada satu pun barang Dara yang tertinggal, bahkan kunciran rambut yang biasanya Dara geletakan asal di meja rias raib entah ke mana.

Ken dengan kalang kabut masuk ke kamar anaknya, berharap Dara hanya memindahkan barang-barangnya ke kamar Hana, tapi ternyata di kamar Hana semua barang-barang juga hampir ludes.

Ken mengedipkan matanya cepat, menahan tubuhnya yang lemas pada tembok. Lantas menatap sekelilingnya dengan nanar.

"Ra ..., kamu ke mana?"

Tbc...






***

Ada yang nunggu gak sih?

Aku update susah bgt masa, ini entah hpnya apa kuotanya abis gak tau.

Lovin

Freak AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang