19. Hamil beneran?

11.8K 450 7
                                    

=> 19. Hamil beneran? <=








***

Dara berharap dia pingsan saat ini, tapi sayangnya keberuntungan sedang nggak berpihak padanya. Ken duduk di sebelahnya dengan tangan mencengkeram tangannya. Sangat erat sampai Dara bisa merasakan sakitnya, tapi Dara memilih bungkam karena takut Ken marah.

“Maksud dokter apa?” tanya Ken pada akhirnya.

Dara memejamkan matanya, takut-takut melirik ke arah dokter perempuan di depannya yang tampak bingung dengan pertanyaan Ken.

“Istri anda hamil,” ucap sang dokter perempuan masih dengan raut kebingungan.

“Tapi dok,” Ken mengusak rambutnya kasar, lantas melirik pada Dara yang sejak tadi memang masih memilih diam. “Istri saya minum pil penunda kehamilan. Dan semua tanda-tanda itu, moody, suka marah nggak jelas, manja, itu sudah ada semenjak dia sebelum mens dok.” Ken berucap lirih.

“Dari apa yang bapak ucapkan jelas Bu Dara sudah tidak mengonsumsi pil lagi semenjak menstruasi terakhirnya. Perubahan mood adalah salah satu efek samping penggunaan pil penunda kehamilan. Memang, nggak semua orang merasakan efek samping seperti yang dirasakan oleh Bu Dara, tapi mendengar penjelasan bapak barusan bisa disimpulkan sikap moody Bu Dara karena dia berhenti mengkonsumsi pilnya.” Sang dokter perempuan mengerutkan keningnya. “Memang Bu Dara masih minum pilnya?” tanya sang dokter pada Dara.

Tiba-tiba saja Dara menggigil ketakutan di tempatnya. Ken menatap Dara tajam, curiga jika sebenarnya ini semua memang disengaja oleh Dara.

“A-anu-“

“Ra!” bentak Ken dengan marah. “Kamu bilang kamu minum pil, kamu gimana sih?!”

“Aku baru sadar tadi pagi,” cicit Dara tanpa berani menoleh pada Ken.

Ken mendelik, “maksud kamu, kamu baru sadar kalo kamu hamil tadi pagi?!” tanya Ken dengan tangan terkepal menahan emosi. Matanya berkilat marah, dan wajahnya memerah karena menahan emosi.

“Enggak!” bantah Dara. “Aku baru sadar udah dari semenjak aku mens terakhir aku nggak minum pilnya lagi. Waktu itu pilnya habis, terus aku lupa beli.” Suara Dara makin mengecil di akhir kalimat. “Aku kira aku nggak bakal hamil,” cicit Dara makin menundukkan kepalanya.

“Ceroboh banget kamu, Ra! Hana bahkan belum ada genap setahun dan kamu hamil lagi!” Ken mendesis.

“Ya, itu kan salah kamu yang mesum!” ucap Dara terpancing emosi. Ken dan Dara saling bertatapan tajam, sepertinya nggak ada yang mau mengalah dari keduanya.

Dokter perempuan yang masih ada di sana terbelalak, nggak habis pikir dengan pasangan di depannya. Kebanyakan orang datang padanya untuk konsultasi mendapatkan anak, tapi orang di depannya itu malah kelihatan nggak menginginkan anak yang tengah di kandung oleh sang istri.

“Maaf, bisa kalian nggak ribut di sini?” tanya sang dokter memecah keheningan di antara keduanya.

Ken menghela napas, lantas menarik lengan Dara dengan kasar. “Makasih dokter,” ucapnya pada sang dokter sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan itu sambil menggeret Dara. Ken bahkan nggak memperdulikan rengekan Dara karena tangan Ken tarlalu mencengkeram tangan Dara hingga sakit.

Tepat saat Ken dan Dara keluar dari ruangan sang dokter, para orang tua datang. Ken masih mencengkeram tangan Dara, sedangkan Dara hanya bisa menunduk dalam.

“Nak Ken, Dara kenapa?” tanya mama Dara lembut.
Ken diam.

Dara melirik Ken, saat melihat Ken seperti nggak akan memberi jawaban akhirnya Dara bersuara. “Dara hamil ma,” cicit Dara sambil menangis.

Freak AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang