Part 9 : Date -part1-

Mulai dari awal
                                    

            Setelah mandi aku memutuskan untuk mengerjakan anatomy project. Aku udah nggak pedulu kevin mau kerja ato nggak, yang penting kerjaanku bagus, nilai nggak merah.

            “Udah selesai kerjanya?” tanya Kevin mengagetkanku.

            “Loh kamu kok bisa disini?” tanyaku kaget dan oh ya.. “Hah, aku lupa kalo kamu punya kunci duplikat.”

            “Jadi artinya yang mengerjakan semua kerjaan ini, kamu dong?”

            “Nggak apa-apa, yang penting selesai. Kalo nunggu kamu, ntar malah kayak kemarin. Nggak selesai.” Aku membereskan buku-buku ku dan mengembalikannya ke kamar. Aku keluar kamar dan melihat Kevin sedang menatapku.

            “Ngapain kamu lihat-lihat?”

            Kevin mengalihkan pandangannya , “nothing.”

            Aku menuju dapur dan memutuskan untuk memasak mie instan. “Kamu nggak masakin buat aku?”       

            “Nggak.” jawabku dingin.

            “Come on, masakin dong.” Aku mematikan panciku dan berbalik ke arahnya.

            “Kamu itu sebenernya ada apa sih? Kamu aneh hari ini.”         

            “Aneh gimana?”

            “Semua! Kadang baik, kadang jahat, cuek, perhatian, kamu mau apa?”

            “Aku mau kamu nggak jalan sama si Mono itu.”

            “Kenapa? Kamu nggak suka? Kamu ada hak apa emangnya? Dia itu baik, Vin. Jangan merasa diri paling baik padahal aslinya nggak,” kataku berusaha menghandle emosiku.

            “Karena aku nggak suka lihatnya,” kata Kevin terus terang.

            “Terus peduliku apa?”

            Kevin hanya diam saja. “Lagipula, besok aku udah janjian buat ke party-nya Winny bareng KM. Dia mengajakku dan kamu nggak ada hak untuk ikut campur.”

            “Kamu besok ke Winny bareng KM? I was about to ask you too.”

            “Hah, ask me to become your date? Sorry ya, kalo kamu ngajak pun aku bakal nolak. Satu hal lagi, semakin kamu nggak seneng lihat aku jalan sama dia, itu bagus soalnya kamu bakal ninggalin aku dan aku akhirnya hidup bahagia.”

            Kevin tampak ingin membalas perkataanku tapi dia menahannya. Bagus, nggak ada perdebatan. “I’m just trying to protect you,”katanya akhirnya.

            “Protect me? From what? From him? Bullshit.” Aku berlari masuk, mengunci kamar dan melempar diriku ke atas tempat tidur. Is he crazy? Dia gila ato apa sih? Dia itu yang berbahaya bukan KM. Seenaknya nuduh. Aku memutuskan untuk tidur dan melupakan apa yang dikatakan Kevin.

            “Fani!” teriak Kevin dari luar kamar. Aku  hanya diam. “Fan!” Nggak peduli dia mau teriak sampai gimana, tetep aja aku nggak peduli.

            “Fan! Mungkin kamu udah tidur ato pura-pura tidur. Aku nggak peduli kamu inget aku ato nggak karena aku selalu ingat sama kamu. Kita sahabatan dari kecil dan akhirnya aku bisa ketemu kamu, itu sudah membuatku senang.”

            Sahabatan? Dari kecil? Bohong banget. “Aku nggak ingin kamu jalan sama dia, dia itu berbahaya.” Setelah itu tidak ada suaranya lagi. Dasar cowok gila.

***

            Cindy membantuku berdandan malam ini. Dia udah kayak pakar kecantikan. Dia me make-up I ku dan sekarang dia mulai menata rambutku.

            “Gimana kalo digerai aja, biar lebih kelihatan keren, and sexy?”goda Cindy.

            “Apa sih Cin? Kamu bisa aja deh.”

            “Biar KM suka sama kamu.” Cindy mengambil catok kluntung dan mulai mengkluntung rambutku.

            “Dia itu cuma temen Cin.”

            “Bakalnya nggak. Kamu kan partner dancenya dia, pasti ada chemistry lain dong.”

            “Nggak, suer!”

            Aku menatap diriku di kaca danaku terlihat berbeda. “Kayak bukan aku.” Cindy menatap diriku di kaca dan berkata, “kamu kelihatan cantik, Fan.”

            “Kamu juga kok Cin.” Aku melihat Cindy mengenakan baju merah dengan rambut di bun diatas. Kayak 80’s, dia kelihatan vintage dan itu keren.

            Bel rumahku berbunyi, aku meninggalkan Cindy di kamar dan melihat layar CCTV. James? Ngapain dia disini? Ooopss, dia datenya Cindy?

            “May I help you ,sir?” tanyaku.

            “Is Cindy here?” tanyanya. Nah betul kan mau jemput Cindy.

            “Wait.”

            Aku berlari menuju kamar dan melihat Cindy membereskan perlengkapan. “Who?”

            “Your date, Cindy.”

            “James?”

            “Ya siapa lagi?” Cindy tersenyum dan berjalan turun menuju keluar. James tampak senang melihat Cindy malam ini.

            “Perelngakapannya-“

            “Don’t worry, aku beresin nanti. Sana pergi, bye.”

            “Thanks.”

            James menggandeng tangan Cindy dan mereka pergi. Aku berjalan ke atas dan membereskan sisa-sia perlengkapan yang ada. Beberapa menit kemudian aku mendengar suara bel. Aku kembali turun dan membuka pintu. KM dengan jas hitamnya dan itu membuatnya semakin keren+ganteng.

            “You look beautiful, Fan.”

            “Thanks.”

            “Ini buat kamu.” Kevin handle me a bouquet of flowers. “Wow, thank you so much. And you look amazing too ,Vin.”

            Kita pun sama-sama diam dan itu awkward banget. “Hmm… shall we go now?” tanyanya akhirnya.

            “Okay.”

            Dia menggandeng tanganku dan membukakan pintu mobil untukku. What a gentleman. Dia pun masuk dan kita pun berkendara menuju rumah Winny.

AUTHOR’S NOTE:

Hei, so far so good? I hope you guys enjoy it. Hmm… voting nih, aku berpikir untuk membuat novel cerita lain nih. Menurut kalian enaknya tentang masa depan atau fantasy?

When Everything Goes Right (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang