Part 15 : Please

1.4K 37 5
                                    

Sorry fo any typo!

Kevin melemparkan amplop putih dan dengan reflek aku menangkapnya.

"Apa ini?" tanyaku.

"Buka."

Aku membuka amplop itu dan menemukan 2 tiket pesawat. Oh my god, tiket ke Taipei lalu ke Surabaya. Wait a minute, it's Indonesia! Besok lusa!

"Kenapa?" 

"Dari daddy kamu. Dia telah menitipkanku seminggu yang lalu. Aku tahu ini hal yang buruk," jawab Kevin sambil mendekatiku dan duduk di sebelahku.

Hari Minggu siang ini bagaikan hari yang sangat tidak masuk akal bagiku. Aku kembali ke Indonesia? Aku tidak bisa.

"Aku tidak mau," jawabku singkat. Apa Daddy gila? Dia benar-benar sudah gila. Aku tidak bisa kembali ke Indonesia dan bertemu dengan Mom. Dan kenapa Daddy merencanakan ini semua?

"Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran dia. Apa dia sudah gila? Kenapa dia tidak mengabariku?" lalu sebuah pertanyaan muncul di kepalaku. "Kenapa hanya kamu yang tahu? Kenapa seakan-akan hanya kamu yang diberi tahu?"

Aku merasa sangat kesal. I can't believe this!

"Aku merasa ini waktu yang tepat untuk memberimu ini semua," katanya pelan.

"Oh gitu? Seterlambat ini kamu memberitahuku dan kamu bilang in iwaktu yang tepat? Lalu apa yang akan kita lakukan di sana? Apa?" tanyaku tidak sabar.

"Kita akan menemui daddy kamu," jawab Kevin setenang mungkin.

Dad? Bukannya dia tugas?

"Oh great, sekarang dia telah berbohong padaku. It's all bullshit! The shittiest things that ever happened in my life!"

Aku melempar bantal ke lantai dan berjalan kesal menuju kamar atas. Kevin langsung mengejarku.

"Dia tidak berbohong padamu. Hanya aku saja yang terlambat memberitahumu."

Kekesalan seakan-akan mengalir dari dalam darahku. "Oh gitu? Terlambat kamu bilang? Oh, sekarang dia lebih percaya sama kamu? Emang kamu siapa? Oh wait, dia menganggap aku anaknya atau bukan sih?"

Dia mendekat dan memelukku untuk menenangkanku. "Stop being nice to me!" bentakku kesal. 

Aku mendorongnya dan dia malah memelukku erat. 

"Fan, jangan pernah kamu membenci daddy kamu. Dia hanya ingin yang terbaik."

Bullshit!!!

Kevin melepas pelukannya. "Oke kalau ini yang dia mau. Aku akan menerima ajakannya untuk pulang."

Aku berlari menuju kamar dan melemparkan diriku ke atas ranjang. Semua ini bikin pusing. Bikin aku muak. Aku seakan-akan hidup dalam kebohongan. Aku tidak tahu apa-apa. Dan tiba-tiba Kevin yang datang dan tahu segalanya. Segala tentang hidupku. Aku tahu dia hanya bermaksud melindungiku, tapi tidak begini caranya.

Aku mengambil koper dan mulai menata bajuku. Selain karena aku tidak punya kegiatan lain hari ini, aku tidak punya pilihan. Aku harus ikut dalam permainan ini kalau aku mau tahu apa yang akan terjadi dalam hidupku.

Kevin mengetuk pintu kamarku dan aku membiarkan dia masuk. Dia sangat heran melihatku semangat menata baju. Bukan semangat, aku hanya kesal saja. Dia duduk di atas ranjangku sambil melihatku heran.

"Apa?" tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku dari lemari.

"Nggak. AKu hanya heran saja. 3 menit yang lalu kamu marah-marah dan sekarang kamu terlihat semangat sekali untuk pulang ke Indonesia," katanya.

When Everything Goes Right (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang