Part 1 : Vancouver and Him

4.7K 54 6
                                    

Udara di Vancouver memang lebih dingin dibanding di Indonesia and of course itu karena Indonesia adalah negara tropis. Itulah yang di rasakan Stefanie setelah 28 jam flight dari Indonesia. And finally, dia sampai di Vancouver International Airport.

Fani, I'm so so sorry. I can't come right on time! Wait for 15 minute!

Laffyyuu <3 xoxo

From : Cindy

Gosh! Nunggu 15 menit lagi? Nunggu 28 jam aja dah bikin tersiksa banget. Emang sih niatnya mau naik taksi tapi, I don't know anything about Vancouver. Sekilas teringat alasan kenapa dia harus ke Vancouver.

Yes, my parents got divorced 5 years ago. Aku nggak bisa terima kenyataan ini. dan sampai sekarang pun, aku nggak tahu alasan kenapa mereka cerai. Sebagai anak tunggal, aku bingung harus ikut mommy atau daddy. Dad memutuskan untuk pindah Vancouver, sementara Mom milih stay di Indonesia, and me? Well, dad juga merasa kalau aku belum bisa menerima perceraian mereka, and yes sampai sekarang pun aku belum bisa terima, jadi dia milih supaya aku tinggal sama Mom di Indonesia.

Suatu ketika Mom bilang kalau dia mau nikah lagi. What the hell she was thinking?! Sebagai anak tunggal, aku merasa nggak ada yang bisa menggantikan dad. Dad itu ayah pertama dan nggak ada yang bisa gantiin dia. Ya memang di sisi lain aku nggak bisa nyalahin mom karena pasti berat kan jadi single parent? Waktu itu aku marah banget dan mutusin untuk tinggal sama Dad di Vancouver. Hey I'm eighteen, aku sudah dewasa dan bisa nentuin sendiri pilihan aku, aku memilih untuk tinggal sama dad untuk sementara waktu.

Mom pun mengerti sama keputusan aku dan dia dengan sukarela bantuin aku untuk urus semua keperluan di Vancouver, dari kepindahan sekolah sampai packing semua barang. Sebenarnya sekarang aku merasa bersalah sama mom, ninggalin dia di Indonesia, tapi memang semua penyesalan datang terlambat kan? And the good news, aku bisa ketemu sama dad. Sudah lama aku nggak lihat dia, contact aja jarang. Karena dia Business Consultant di salah satu perusahaan konsultasi di Vancouver, so pasti dia sibuk banget sampai-sampai dia nggak bisa jemput aku sekarang. Untung ada Cindy, best friend aku waktu di Indo. Cindy itu pindah 2 tahun lalu ke Vancouver, memang untuk tujuan studi di luar negeri.

Aku memutuskan untuk menunggu Cindy di Starbuck sambil memesan Java Chip. Gila, Cindy memang lama banget. Sampai selesai bayar aja, dia belum dateng. Huu capek tau nunggunya. Setelah menerima kembalian, aku memilih duduk di pojok dekat kaca, biar nanti kalo Cindy dateng, aku bisa langsung pulang.

Hey! Lama banget nggak sampe2. Btw, aku di Starbuck, klo deket telpon aja.

To: Cindy

Tiba-tiba HP-ku bunyi da nada nama Cindy di sana. "Hello?"

"Eh cepetan keluar, aku udah di depan. Di drop-off area. Cepetan, aku nggak bisa lama-lama, ntar di tilang," kata Cindy.

"Drop-off area? Itu kan rada jauh dari Starbuck, emang nggak bisa apa stop di depannya Starbuck?"

"Heh, it's Vancouver baby, not Indonesia. Nggak bisa sembarang main stop aja. By the way, hurry up." Cindy nutup telponnya. Aku cepet-cepet ngeberesin semua barang aku. Sial nih Cindy, nggak bilang-bilang dulu kalo udah sampe. Sambil sedikit berlari, aku melewati orang-orang yang ada di Starbuck.

"Oh my God! I'm so sorry. I didn't mean to do that." Aku memang nggak sengaja nabrak laki-laki di depan aku. And now, bajunya kotor kena Java Chip yang baru aku minum seperempat.

"Gosh! what are you doing?! It's a new one, you know?!" Laki-laki itu emang kelihatan marah banget dan sebaliknya aku kelihatan takut banget. Duh, itu baju Fred Perry lagi, I know it's expensive.

"I can buy you a new one., okay? Maybe next time. Sorry I'm in hurry," aku berlari ninggalin dia. Hah... Fan-fan, kamu emang bakal ketemu dia lagi apa buat gantiin bajunya? janji-janji peyang! Ya habis mau gimana lagi, ntar kalo Cindy di tilang, aku di salahin lagi.

When Everything Goes Right (COMPLETED)Onde histórias criam vida. Descubra agora