University of Limoges

103 22 9
                                    


'Oh astaga, ini benar-benar hari yang buruk' cerca seorang gadis dalam benaknya. Ia tengah sibuk memperbaiki tas selempang yang sedari tadi merosot dari bahunya. Belum lagi suara langkah kakinya yang terdengar di koridor kampus University of Limoges.

"Excuse me, Sir"

Suasana kelas yang semula hening dan perhatian mahasiswa pada penjelasan dosen yang mengisi setiap sudut ruangan kini beralih ke seorang mahasiswi dengan nafas terengah-engah berada di ambang pintu kelas.

'Terlambat' itulah kata yang mungkin ada di dalam pikiran setiap mahasiswa yang melihat keadaan mahasiswi berwajah oriental tersebut sekarang.

'Hari pertama masuk kuliah yang sangat buruk' cerca gadis tersebut untuk yang kedua kalinya.

Gadis tersebut mencoba untuk tidak memperdulikan banyak pasang mata yang kini melihatnya. Ia hanya mulai memberanikan diri melangkah maju ke depan dosen dan mencoba untuk menjelaskan semuanya.

"I'm sorry, Sir. Je suis en retard"

"No problem. Tapi lain kali jangan mengulangi keterlambatanmu lagi. Sekarang perkenalkan dirimu kepada teman yang lain."

"Bonjour, introduce mon nom Zoya Queensa Mehra. Je viens d'Indonesie." terang gadis tersebut pada seluruh mahasiswa yang duduk didepannya dengan aksen bahasa Prancis yang sedikit kaku.

Jelas saja, gadis yang memperkenalkan diri barusan dan diketahui bernama Zoya adalah gadis Indonesia yang hanya mengetahui seperempat bahasa Prancis, baginya memperkenalkan diri dalam bahasa Prancis bukanlah hal sulit, karena sedari ia masih menginjak bangku sekolah menengah pertama di Indonesia ia telah belajar banyak tentang beberapa kosakata umum dalam bahasa Prancis. Namun yang menjadi permasalahannya kini yaitu kekakuannya saat mencoba untuk menyamai aksen bahasa Prancis yang baginya amatlah sulit.

"Baiklah sekarang silahkan duduk di kursi kosong yang tersedia di sana."

Dosen yang diketahui Zoya melalui nametag bernama Mr. Miquel itu langsung menunjuk kursi kosong yang terletak di tengah posisi kursi lain. Dan disebelah kiri kursi kosong tersebut juga duduk seorang gadis berwajah oriental sama seperti Zoya. Wajah oriental merupakan wajah minoritas di negara Barat, jadi jelas saja mereka yang memiliki jenis wajah tersebut akan menjadi sedikit pusat perhatian di tengah kesibukan masyarakat Eropa.

"Baiklah, thank you Mr. Miquel."

Zoya tersenyum sekilas kepada Mr. Miquel dan segera beranjak dari tempatnya berdiri. Sekarang tujuannya hanya melewati beberapa mahasiswa yang sedari tadi melihatnya dengan sedikit bisikan dan segera duduk di kursi kosong yang ditunjuk oleh Mr. Miquel barusan.

'Awas saja kau Qiosa' umpat Zoya dalam hati dengan mengepalkan kedua tangannya. Sedari tadi ia memang tidak terlalu memperhatikan wajah sahabatnya, Azalia Qiosa yang duduk di sebelah kiri kursi kosong saat ia memperkenalkan diri karena kini ia tengah kesal pada sahabatnya itu. Ia tahu bahwa Qiosa lah yang telah menyiapkan tempat duduk strategis itu, namun tetap saja kekesalannya tak bisa ditutupi.

Zoya meletakkan tas selempangnya dengan kasar di atas meja. Segera mengambil buku dan memperhatikan penjelasan Mr. Miquel di depan. Sementara Qiosa yang ada di samping Zoya juga tengah serius mendengarkan penjelasan dari Mr. Miquel. Ia tak berusaha memberikan penjelasan tentang apa yang telah ia perbuat kepada Zoya.

"Oke, baiklah." ujar Zoya memberi kesimpulan dengan suara pelan. Ia bertambah kesal dengan tidak adanya respon dari Qiosa dan memutuskan untuk kembali menyimak penjelasan dari Mr. Miquel.

Bel istirahat berbunyi...

"Zoya, tunggu" cegah Qiosa pada Zoya yang kini berada di ambang pintu kelas ingin bergegas mencari udara segar untuk menghindari kehadiran Qiosa didekatnya.

Namun Zoya hanya berhenti dan tak menoleh sedikitpun ke arah Qiosa. Ia hanya menghela nafas berat, ia terlalu kesal dan kecewa pada Qiosa yang mungkin bisa disalahkan dalam kasus 'keterlambatan Zoya'.

"Ya' dengar aku dulu" Qiosa mulai tak sabar untuk menjelaskan semua yang sekarang Zoya ingin dengar. Ia bergegas menyusul dan langsung berhadapan dengan Zoya.

"Oke, maafin aku" Qiosa mulai membuka suara dengan meminta maaf.

"Lalu?" tanya Zoya dengan malas untuk mendengar penjelasan lanjutan dari Qiosa.

"Aku akui kalau aku yang bersalah dalam hal ini, namun aku tidak bersalah sepenuhnya karena aku sudah berusaha. Tapi entah kenapa, kau tak menunjukkan tanda-tanda ingin beranjak dari kasur. Ehm.... istilah yang cocok saat melihatmu tidur itu 'hibernasi'. Aku pengen nanya, semalam kamu tidur larut?" Qiosa mulai mengintimidasi sahabatnya dengan pertanyaan yang memang sering menjadi kebiasaan dari Zoya. Dirinya juga tak mau sepenuhnya disalahkan dan dipojokkan dalam masalah ini.

"Jangan mengintimidasiku seperti itu. Dan jangan mengatakan kalau aku berhibernasi saat tidur. Hm..." jeda Zoya di akhir kalimat.

"Aku akui kau tak sepenuhnya salah dalam hal ini. Aku juga patut disalahkan karena semalam tidur larut, padahal kau sudah sering mengingatkanku." Zoya sadar bahwa ia harusnya tak berlaku kekanakan dengan menyalahkan Qiosa yang jelas bukan hanya kesalahan dari sahabatnya namun juga bersumber dari dirinya.

Zoya menghela nafas pelan dan kembali membuka suara dengan menatap Qiosa lembut.

"Aku juga minta maaf karena sudah bersikap kekanakan dengan melimpahkan semua kesalahan kepadamu, Sa"

"Baiklah, berarti di sini kita berdua salah, ya kan?" ujar Qiosa mencoba mencari kesimpulan dari permasalahan ini.

Zoya tersenyum, "Iya kita berdua salah" kata Zoya pada akhirnya.

"Oh ya, daripada kita berdiri di ambang pintu dan menghalangi jalan. Lebih baik kita ke kantin kampus cari makan."

"Eh, emang kamu tau tempatnya dimana, lagian tadi aku mau cari udara segar buat menjernihkan pikiranku yang panas."

"Ayo, walaupun aku gak tau tempatnya tapi kita berdua bisa cari sendiri, kalau perlu sekalian aja kita kelilingin kampus ini. Cari udara segar itu gampang lagian sekarang pikiranmu sudah jernih dari sebelumnya kan."

"Hah, yang benar aja kita berdua mau kelilingin kampus ini." Zoya melongo tak percaya dengan ucapan Qiosa barusan. Mengelilingi kampus University of Limoges hanya untuk mencari kantin kampus adalah hal gila yang tak pernah Zoya pikirkan sebelumnya.

"Temenin aku makan aja, ayo!" Qiosa menarik lengan Zoya dan bergegas mencari kantin kampus.

******

Hai Reader, ini cerita pertamaku di wp yang udah banyak direvisi.

Maka dari itu langsung dua part ya

Please vote, comment, and share!!!
Next...

.❤️

like a PrincessWhere stories live. Discover now