part XIII

22K 819 33
                                    

Didedikasikan untuk all my beloved readers yang sudah berbaik hati ngasih vote dan terutama buat Gadhia_MerahFitriaArlianiViraTaleYoshidaCarllputdeeLuvhae, araaa991ImahJoongrubbie_miliadarbyjihanairamiss_piscesputriEndut, nuiicoco8944, riavena83, nialarukufietriealfiramankwixKarin_Sakurai, xixihana, laqifan21niluhratriagridita, ImahJoong, AyuAprilia19, AlyssaMesayu, elfishy93sriewww, galianugrahaely_siregar  buat komen2nya yang sukses ceriakan hari 'n biggest thanks for that....so enjoy this part for you 'n buat silent reader (pleaseee...pleaseee votenya)......

    

CLARIS menanti dengan jantung berdebar saat bibir Michael menyentuh bibirnya dan ia merasa dunia meledak di sekitarnya, ia menutup matanya dan larut dalam belaian bibir Michael. Dengan lembut Michael memagut dan menuntunnya untuk membalas pagutannya, lidah Michael menyeruak masuk dan menjelajahi mulutnya seakan ingin merasakan tekstur dan rasa.

Ia merasakan berjuta kupu-kupu kembali berterbangan di perutnya dan dunia di sekitarnya seakan menghilang, bibir Michael semakin melumat dan mengirimkan gelenyar aneh di sekujur tubuhnya hingga menggelitik sampai ke antara pahanya.

Michael mengecup bibirnya lalu menarik wajahnya, mata lelaki itu nampak berat dan sayu.

"Kurasa kita harus kembali sekarang," ujarnya dengan suara serak dan ia hanya bisa mengangguk setuju.

Ia tidak sanggup untuk mengatakan apa-apa, benaknya kosong dan hanya menyisakan ciuman paling panas yang pernah ia rasakan. Ia merasakan wajahnya kembali menghangat dan ia mengalihkan wajahnya untuk menyembunyikannya dari lelaki itu, ia merasa seperti gadis remaja yang baru saja merasakan ciuman pertamanya.

"Kau tidak perlu malu, Clare. Aku juga merasakannya." bisik Michael dengan nada rendah membuat Claris semakin menggelenyar, jantungnya berdetak semakin kencang hingga ia khawatir lelaki itu mendengarnya dan yang semakin membuatnya salah tingkah ia merasakan puncak payudaranya menegak.

"Aku menginginkanmu, sweety. Aku menginginkan keseluruhan dirimu, aku ingin bercinta denganmu." ungkap Michael lalu mencium ringan lehernya. "Aku ingin kau tahu hal ini agar saat tiba waktunya kau sudah siap untukku."

Claris tersentak dan menoleh untuk memastikan pendengarannya tidak salah dan kata-kata yang didengarnya itu ditujukan untuknya, Michael menatapnya dengan penuh hasrat dan pancaran mata hijaunya sudah mewakili apa yang ingin ditegaskan hatinya.

"Tidak perlu terlalu serius memikirkannya, rasakan saja. Aku tidak akan memaksamu tapi aku bukan orang yang sabaran." Michael tersenyum menenangkan dan mengecup keningnya dengan lembut.

Claris tidak dapat berkata-kata, apa yang baru saja terjadi terlalu berat baginya untuk menguraikan apa yang sedang terjadi antara mereka. Ia juga tidak mengerti akan keinginannya yang kuat untuk menerima apapun tawaran yang diajukan lelaki itu dan tidak memperdulikan resiko yang akan terjadi didepannya.

Rasa itu mengikutinya bahkan hingga ia terbaring gelisah di atas ranjang, ingatan akan ciuman panas yang dilakukannya dengan Michael begitu kuat melekat dalam pikirannya. Ia menggigit bibirnya saat kembali mengingat bagaimana bibir lelaki itu berpadu sempurna dibibirnya, lumatan dan pagutan lelaki itu membuatnya melayang hingga ia mulai menginginkan lebih.

Aku ingin bercinta denganmu.

Claris mendesah begitu ucapan itu menggema kembali di benaknya sejak dua hari lewat, efek yang ditimbulkan dari ucapan penuh hasrat lelaki itu masih mampu mempengaruhinya seperti saat lelaki itu mengucapnya langsung ditelinganya.

Dan dua hari lewat sudah ia belum bertemu dengan Michael, begitu mereka kembali ke rumah ada telepon penting untuk Michael dan dengan pamit seadanya lelaki itu bergegas membawa mobilnya keluar dari peternakan dan pergi entah ke penjuru dunia mana karena lelaki itu hanya mengatakan ada pekerjaan penting yang membutuhkannya.

Awalnya ia merasa ada sesuatu yang hilang saat ia harus duduk sendiri di meja makan dan tidak bisa menikmati duduk di beranda untuk mengobrol apa saja seperti yang biasa mereka lakukan, ia tidak lagi menemukan semangat untuk meneruskan kegiatannya sehari-hari dan bahkan ia tidak punya energi untuk bangun dari tidurnya karena hanya akan mendapati rumah begitu kosong tanpa kehadiran lelaki itu.

Perasaan itu begitu hebat menghantam dirinya hingga ia merasa kepergian lelaki itu mungkin yang ia butuhkan untuk memikirkan segalanya kembali, memikirkan apa yang sedang terjadi terlebih apa yang ia rasakan.

Matanya melirik cincin yang tersemat di jarinya, cincin yang membuatnya kembali kepada kenyataan yang tidak bisa ia tepiskan begitu saja. Ia menutup matanya untuk menyiapkan diri akan terjangan rasa bersalah namun tidak ada yang terjadi, ia merasa hatinya begitu kosong dan ia bahkan tidak bisa menemukan setitik rasa akan sosok yang menyematkan cincin indah di jarinya.

'Apa yang terjadi padaku?' erangnya dengan berat, ia ingin merasa bersalah namun tidak dapat merasakannya dan hal itu semakin membuatnya bingung akan perasaannya sendiri. Yang paling ia inginkan hanya memikirkan lelaki maskulin yang selalu memenuhi mimpinya dan ciuman panas yang mampu membakar tubuhnya.

Ia berharap dan sangat berharap ia akan menemukan jalan keluar dari perasaan yang menderanya.

Claris melangkah malas ke beranda dan rutinitas biasa kembali hadir di depan matanya, ia memandang asal-asalan saat melihat kesibukan para pekerja dalam menangani setiap ternak. Ia ingin melakukan sesuatu yang dapat membuatnya mengalihkan pikirannya dari dilema hati.

Mengikuti nalurinya, ia melangkah memutari rumah menuju ke kandang kuda.

"Maaf Miss, ada yang bisa saya bantu?" sebuah suara menyentaknya dan ia menoleh. Penjaga kandang kuda nampak terburu-buru mendekati, ada takut membayangi wajahnya.

"Aku...aku ingin melihat-lihat dan mungkin...." ia menggigit bibirnya dan menatap ragu ke arah kandang kuda apalagi saat salah seorang pekerja keluar dengan mengendarai kuda.

"Mungkin apa Miss?" ada antusias di matanya, sepertinya lelaki itu bersemangat untuk memenuhi apapun keinginan Claris.

"Aku ingin sekali menunggangi kuda." ia tersenyum gugup dan berharap ia bisa yakin dengan apa yang akan ia lakukan.

Pekerja itu mengangguk dan mulai melangkahmenuju ke kandang dan Claris mengikutinya dengan jantung berdegub, iamemanjatkan doa tanpa henti agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan danbisa selamat melaluinya.

--------> to next part ^.^

Vote....Komen....Share....ingin direpost part selanjutnya? still vote 'n komen yaaa

Maaf, cerita ini dalam pengeditan untuk dicetak. Akan ada penambahan part, semoga my beloved readers bisa bersabar.

Be With You (rewriten)Where stories live. Discover now