part XII

21.8K 818 31
                                    

Didedikasikan buat all my beloved readers (old 'n new readers)....thanks masih stay in Be With You 'n udah ngasih vote juga buat rubbie_miliadarbyImahJoong, miss_pisces, araaa991deeLuvhaefietrieriavena83ayurinixixihanaAlyssaMesayu, Karin_Sakurailaqifan21purtiEndutelfishy93, galianugraha, ely_siregar....big thanks buat komen2nya yang bikin semangat 45 hehehe.....tak lupa buat silent readers (pleaseeee votenya....)


MICHAEL tidak pernah menyangka akan menikmati perbincangan ringan dan hangat dengan Clarissa, ia bahkan tidak pernah melakukan pembicaraan santai dengan seorang wanita. Biasanya ia dan teman kencannya akan saling menggoda dan melancarkan rayuan-rayuan sensual hingga mempersingkat makan malam mereka dan berakhir di atas ranjang.

Ia tidak berniat untuk membuang waktu dengan hal-hal sepele dengan mencari tahu siapa sebenarnya teman kencannya karena baginya wanita yang menjadi teman kencannya hanyalah tubuh hangat yang akan menemaninya bergelung di antara tubuh polos mereka yang berkeringat.

Namun saat ia duduk berhadapan dengan Clarissa, ia merasa begitu penting untuk mengetahui apapun mengenai wanita itu. Ia ingin tahu apa yang dipikirkan wanita itu, apa yang dirasakannya. Ia juga mendapati betapa ia menyukai rona merah di wajah Clarissa, wanita itu begitu polos dan menggemaskan.

Seringkali Michael berusaha mengekang kendali diri agar tidak menerkam wanita itu, hanya memandangi wajah cantiknya dan mata hazelnya yang berubah hangat membuat aliran darahnya mengalir deras dan jantungnya berpacu begitu cepat. Semakin parah dengan memandangi bibir ranum wanita itu yang kadang memperlihatkan ujung lidahnya saat membasahi bibirnya, ia harus meminta diri sejenak untuk menenangkan gejolaknya di kamar kecil.

Meski wanita itu berusaha untuk tenang dan santai namun dari matanya, Michael bisa merasakan wanita itu juga sedang menahan gejolaknya. Namun ia berusaha untuk memberikan waktu kepada Clarissa untuk membiasakan diri dengan kehadirannya, ia ingin wanita itu menginginkannya seperti ia menginginkan wanita itu.

Clare, desahnya mengeja nama yang ia sematkan untuk memanggil wanita itu. Ia merasa nama itu lebih cocok bagi wanita itu dan ia bisa membayangkan tubuh lembut itu di atas ranjang yang kusut dengan rambut hitamnya yang tergerai di atas bantal dan mengerang memanggil namanya.

Ia tersenyum kecil dan menggeleng, ia seperti orang sesat karena ia selalu membayangkan adegan ranjang yang liar saat ia memikirkan Clarissa. Ia lebih memilih mengakui gairah nafsunya kepada wanita itu dibanding dengan perasaan hangat aneh yang dirasakannya pada Clarissa.

"Sir, Beast sudah siap." Michael tersentak pulih dari lamunannya, ia menoleh dan meraih tali kekang kuda hitam kesayangannya. Ia berencana untuk mengajak Clarissa berkuda, ia ingin memberikan pengalaman baru untuk wanita itu yang terbiasa hidup dalam rutinitas yang baginya begitu membosankan.

Ia yakin wanita itu akan menolak namun dengan bujukan yang tepat akan membuat wanita itu bersedia, banyak hal yang ingin ia tunjukan sekaligus mengajari Clarissa untuk lebih menikmati hidupnya dan tidak terbebani dengan resiko dan konsekuensinya dalam setiap tindakan wanita itu. Salah satu cara adalah dengan berkuda, memacu kudanya dengan kecepatan penuh dan membiarkan adrenalin mengambil alih.

Ia membelokan kudanya ke samping rumah, tempat yang ia tahu akan menemukan Clarissa sedang berkutat dengan tanah. Wanita itu benar-benar selalu membuatnya menggelengkan kepala, semakin lama ia semakin dikejutkan dengan apa yang dilakukan wanita itu yang begitu berbeda dengan wanita-wanita yang dikenalnya.

Menyipitkan mata, ia memperhatikan dengan seksama bagaimana seriusnya Clarissa mengaduk tanah di depannya. Keringat mengaliri wajahnya dan mata Michael mengikuti jalur keringatnya yang melewati pipi mulus wanita itu lalu turun ke lehernya dan terus ke dadanya yang tertutupi kemeja katun tanpa lengan.

Rambut wanita itu lagi-lagi digelung seadanya dan beberapa helainya jatuh membingkai wajahnya, beberapa kali ia mengusap keringatnya dengan lengan tangan dan membuat helai nakal rambutnya menempel dikulitnya yang basah. Clarissa menengadah seakan menyadari ada yang memperhatikannya dan tersenyum begitu wanita itu melihatnya.

Sejak makan malam mereka seminggu yang lalu, wanita itu sudah lebih santai dan bersahabat. Apalagi sekarang mereka mempunyai rutinitas baru setelah makan malam, mereka akan duduk di teras samping rumah untuk mengobrol apa saja dan memandangi taman bunga yang sedang dikerjakan wanita itu.

Ia menderap kudanya untuk lebih dekat dan Clarissa berdiri menyambutnya, wajahnya begitu ceria seakan udara panas tidak berpengaruh padanya.

"Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" sapanya sambil memperbaiki kemejanya yang nampak basah.

Michael mengerutkan kening, "Tidak, kenapa?"

Clarissa tersenyum gugup, "Kupikir kau berkuda saat pikiranmu sedang resah."

"Aku senang berkuda bagaimanapun kondisinya, kenapa kau menyimpulkannya seperti itu?"

"Kamu pernah bilang, berkuda membuat perasaanmu membaik." sahutnya dengan kening berkerut seakan berusaha mengingat sesuatu.

Michael tertawa menanggapi, "Well, berkuda memang terbukti membuat perasaanku membaik entah itu disaat bad mood atau good mood."

"Sepertinya menyenangkan." mata Clarissa menjelajahi sosok kuda hitam yang Michael tunggangi, ada kekaguman bercampur rasa penasaran.

"Aku ingin menawarimu tumpangan," Michael menepuk lembut area kosong di depannya.

Mata Clarissa membesar saat pengertian melandanya, ia mundur selangkah seakan sosok di depannya berubah menjadi raksasa. "A-apa?!"

"Aku yakin kamu tidak bisa berkuda karena itu aku ingin mengajarimu sehingga nanti kamu bisa mengendarainya sendiri, ini pasti menyenangkan." bujuknya melihat keraguan tergambar di wajah Clarissa.

Wanita itu kembali meneliti kuda yang ditunggangi Michael, ia seakan sedang mencoba memperkirakan apa yang akan terjadi dan Michael bersumpah demi neraka ia tidak akan melepaskan kesempatan untuk bisa memeluk wanita itu.

"Tidak akan terjadi sesuatu yang berbahaya, aku akan melindungimu. Trust me." pintanya lalu mengulurkan tangan.

--------> To next part ^.^

Vote....Komen....Share

Maaf, cerita ini dalam pengeditan untuk dicetak. Akan ada penambahan part, semoga my beloved readers bisa bersabar.

Be With You (rewriten)Kde žijí příběhy. Začni objevovat