part VII

29.1K 752 27
                                    

Didedikasikan untuk semua readers yang sudah meluangkan waktu untuk mampir dan udah vote juga terutama untuk fietrie3lovelyViraTaleFitriaArlianimiss_pisces, cencenrismaAlysaMesayuanastasialioraYullyNuraelfishy93, galianugraha, ely_siregar, Bluevirda, Karin_Sakurai yg sedang UN 'fighting yaa dear, semoga lancar 'n sukses' juga buat new readers DeerYun, serlianaaputri, ayouesafar, reswari, ervidiah.... to all readers, semoga gak bosan ngasih vote 'n komen yang dijamin bikin writer happy berat.....biggest thanks to you all readers ^.^

   

CLARIS melangkah cepat keluar dari rumah sakit, dadanya terasa sesak dan ia ingin sekali berteriak keras dan menumpahkan kekesalan yang memenuhi dirinya. Amarah meledak-ledak yang selalu ia hindari kembali hadir, berada dekat dengan lelaki itu selalu berhasil menimbulkan perasaan-perasaan negatif yang tidak ingin ia rasakan.

Ia berhenti melangkah dan mencoba untuk mengatur nafasnya dan mengembalikan ketenangan dirinya, sekuat mungkin ia melupakan kata-kata menyakitkan yang diucapkan lelaki arogan itu. Ia melirik tangan kanannya yang terasa berat, ia tidak menyangka akan menyakiti orang lain apalagi sampai menampar lelaki itu.

Belum pernah selama hidupnya ia melakukan apa yang telah ia lakukan tadi, tapi lelaki itu selalu membuatnya tidak dapat mengendalikan dirinya terlebih emosinya. Bersama lelaki itu, ia seakan dapat meluapkan segala apa yang dirasakannya tanpa khawatir akan resiko apapun, ia dapat dengan bebas mengutarakan apa yang mengganjal dalam dirinya.

Kesadaran itu terasa menyenangkan baginya namun juga menakutkan karena keberadaan lelaki itu mampu membebaskannya dari belenggu perasaan yang sering mengekang sikap dan tindakannya, ia merasa tidak perlu takut lagi menghadapi apapun saat ia bersikap buruk seperti yang ia lakukan tadi. Ia tidak boleh dekat dengan lelaki itu lagi, tekadnya dalam hati.

Begitu perasaan kesalnya mulai mereda, ia melangkah menjauhi rumah sakit dan menuju arah toko bunganya berada. Ia memilih berjalan kaki menuju tokonya berharap dapat menjernihkan pikirannya, ia tidak mengerti kenapa lelaki itu begitu antipati padanya dan memilih menarik kesimpulan salah tentangnya tanpa mengenalnya terlebih dahulu.

Apa yang sudah aku lakukan padanya? batinnya menggema tanpa henti saat memikirkan sikap Michael yang selalu kesal dan antipati padanya. Claris mendesah sedih, segalanya terasa menjadi semakin kacau. Tunangannya terbaring koma dan kini sahabat tunangannya selalu menudingnya sebagai wanita serakah dan mata duitan.

Padahal selama ia bersama Leon, tidak pernah sekalipun ia meminta apapun dari tunangannya itu. Ia mampu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, ia bahkan menolak dengan keras saat Leon menawarkan modal untuk memperbesar usahanya.

Ia bahkan sangat terpaksa menerima pemberian hadiah-hadiah mahal tunangannya itu walau sudah berulang kali ia tegaskan tidak membutuhkan apapun namun Leon begitu keras kepala dan tetap saja menghadiahkan barang-barang yang menurutnya begitu mahal untuknya.

Bunyi sirine pemadam kebakaran terdengar begitu bising dan membahana di antara keramaian jalan dan mengusik lamunan Claris, ia menengok saat mobil tersebut melewatinya dan berbelok di tikungan ke arah yang akan ia tuju. Terlihat asap hitam mengepul di antara bangunan tinggi di depannya, terlihat begitu dekat.

Ada perasaan aneh yang timbul dalam dadanya, namun ia mencoba untuk mengusirnya dan meyakinkan dirinya segalanya baik-baik saja. Namun tanpa ia sadari ia sudah melangkah cepat dan saat mendekati tikungan, telinganya menangkap kebisingan yang tidak seperti hari biasanya, aroma bekas pembakaran tertangkap di hidungnya.

Jantung Claris berdetak cepat dan firasat aneh semakin menguat membuatnya lebih mempercepat langkahnya hingga ia berbelok di tikungan dan langkahnya terhenti. Ia tidak dapat mempercayai pandangannya namun apa yang ada dihadapannya semakin buruk di tiap menitnya hingga ia akhirnya terduduk dengan lemas di trotoar jalan dengan mata masih melekat ke sisa-sisa puing mencoba meyakinkan matanya jika ia hanya salah melihat dan bekas sisa kebakaran itu bukan toko bunga miliknya namun bagaimanapun ia menyangkalnya, kenyataan tepat berada didepannya.

Ia seketika merasa kosong dan hampa, tidak ada lagi yang tersisa darinya. Ia sudah kalah dan tidak ada apa-apa lagi yang tersisa untuknya. Matanya terus melekat ke puing-puing bangunan yang hampir rata dengan jalanan, tubuhnya begitu lemas hingga ia tidak sanggup untuk bangkit dari trotoar.

Salah seorang petugas pemadam melangkah mendekat seakan bisa menebak apa yang terjadi padanya, wajah lelaki itu diselimuti keprihatinan hingga Claris ingin membentaknya karena lelaki itu tidak berhak untuk ikut merasakan kehilangan seperti yang ia rasakan.

"Apa anda pemiliknya?" Claris hanya termangu tanpa melepaskan pandangannya dan tidak memperdulikan pertanyaan lelaki berseragam orange tersebut.

"Saya ikut prihatin, Miss. Apa ada kerabat yang bisa dihubungi?" lelaki itu ikut berjongkok di depannya, nada suaranya terdengar berhati-hati hingga Claris merasa seperti anak kecil yang tersesat.

Ia membuka mulutnya untuk berbicara namun tidak ada suara yang keluar, ia mencoba untuk membasahi tenggorokannya namun lidahnya tetap terasa kelu.

"Miss,apa anda baik-baik saja?" suara petugas kebakaran itu semakin lembut danmulai terasa jauh hingga Claris mencoba untuk meraih lelaki itu namun tenaganyasudah terkuras habis dan kegelapan menyelimutinya.

--------> to next part ^.^

Vote....Komen....Share

part selengkapnya ada di versi cetak. Akan ada penambahan part, semoga my beloved readers bisa bersabar.

Be With You (rewriten)Where stories live. Discover now