Part 22

80.9K 5.3K 91
                                    

Emilia menutup buku yang sudah selesai dia baca itu. Buku setebal 3 cm bersampul emas itu pun ia letakkan di atas meja. Kedua tangannya ia angkat, sembari merenggangkan tubuh rampingnya. Iris kecokelatannya pun menoleh pada gadis yang tengah terlelap di ranjang. Senyuman kembali menghiasi wajah wanita berparas cantik itu. Emilia beranjak dari sofa yang ia duduki itu. Ia berjalan mendekat ke arah ranjang empuk itu. Senyum masih terekah di wajahnya, memandang sosok yang tengah terlelap di ranjang. Oh, sungguh membuatnya gemas! Wanita itu menarik selimut untuk menutupi tubuh gadis yang terlelap memunggunginya itu. Tapi...

Emilia mengerutkan keningnya. Aura Eve terasa berbeda. Yah, Emilia memang bisa dikatakan buruk dalam hal melacak, atau merasakan aura seseorang. Baru sekarang ia sadar kalau ada yang aneh dengan sosok Eve yang tengah terlelap di ranjang. Matanya pun memicing, merasakan aura lain yang menyerupai aura Eve, namun lebih kuat. Aura itu berasal dari radius 10 km. Wanita itu menggertakkan giginya kesal, kemudian segera menyibak selimut dan membalikkan tubuh gadis di hadapannha. Dan benar saja! Itu bukan Eve,  melainkan patung menyerupai gadis itu bahkan auranya saja sama. Emilia tak percaya ini. Dengan mudahnya ia dibodohi oleh lelucon semacam ini. Ia pun berjalan ke arah balkon kamar Eve, berdiri disana dan menutup mata. Indra pelacaknya ia kerahkan semuanya. Berusaha mencari kemana perginya majikannya itu. Matanya pun kembali terbuka, dan menampilkan iris cokelatnya yang berwarna agak kemerahan.   Wajahnya sudah memanas menahan emosi. Dengan cepat, ia pun meraih jubahnya yang masih tergeletak di sofa dan berjalan keluar kamar. Sesampainya di luar kamar, Emilia kemudian menatap serius 3 orang bodyguard yang memandangnya heran.

"Kalian ikut denganku. Nona Evelyn telah diculik. " ucapnya tajam membuat ketiga pengawal itu terkejut, namun segera menutupi keterkejutannya dan berseru, "Baik, nona Emilia! "

"Hm pertama-tama aku harus bicara dulu pada raja Cleine. Ayo. " dengan langkah tergesa-gesa, wanita berperawakan bak lelaki itu berjalan secepat kilat menuju ruangan raja Cleine. Sesampainya disana, tanpa menunggu aba-aba dari para pengawal yang menjaga diluar, wanita itu langsung menerobos masuk bersama tiga pengawal yang mengikutinya, membuat pengawal raja Cleine menatap mereka heran.

"Salam yang mulia. " Emilia menunduk memberi hormat, diikuti ketiga pria dibelakangnya. Raja Cleine yang sedang duduk di meja kerjanya menatap mereka heran kemudian berdiri, "Emilia? Ada apa mencariku? "

"Sesuatu yang buruk telah terjadi, yang mulia. Nona Evelyn diculik." ucap gadis itu tanpa berpikir panjang namun sukses membuat raja Cleine membelalakkan matanya kemudian berjalan ke arah Emilia.

"Apa? Kenapa itu bisa terjadi? Siapa yang menculiknya? " tanya Raja Cleine tak percaya.

"Maaf, yang mulia. Saya tertipu dengan patung nona Eve yang terlelap di ranjang. Mereka berhasil membuat aura nona Eve melekat pada patung itu. Setelah saya menyadari hal itu, nona Eve sudah menghilang. Saya masih bisa merasakan auranya yang mulai menjauh. Saya akan segera mengejarnya. " balas Emilia sedikit merasa bersalah.

"Kau akan mengejarnya? Apa kau sendirian? Biar aku ikut bersamamu. " ucap raja Cleine agak cemas, baik kepada menantunya maupun Putri orang kepercayaannya itu.

"Tidak yang mulia. Saya akan pergi bersama mereka. " Emilia melirik ketiga pengawal di belakangnya, kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada raja Cleine, "Anda tetaplah disini sampai yang mulia William kembali. Jika ia sudah disini, tolong sampaikan permintaan maafku. Saya janji akan membawa pulang nona Eve dengan selamat apa pun yang terjadi. " ujar Emilia mantap. Raja Cleine menatap Emilia dengan sedikit sarkastis, namun ia tersenyum kecil, "Baiklah. Aku percaya padamu, Emilia. Tolong bawa pulang menantuku dengan selamat. "

Emilia membalas senyuman itu seraya mengangguk mantap, "Tentu yang mulia! " ia pun berbalik, "Saya pergi dulu. Permisi. " ia pun segera keluar dari ruangan itu diikuti tiga pengawalnya. Raja Cleine mengulas senyumannya meskipun raut kekhawatiran masih terukir jelas di wajahnya, "Semoga kalian baik-baik saja. "

Royal Blood Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang