Bukan Danel namanya jika tidak bisa membuat lawan bicaranya mati kata. Bukannya merasa terhina, cowok itu justru mendekati Andy dengan masih setengah tertawa dan menatap cowok di hadapannya dengan senyum mengembang.

"Lo tanya gue punya apa kan? gue punya hati yang bisa bikin dia bahagia, gue punya raga yang bisa jagain dia, dan gue punya restu dari orang tua buat dapetin dia. Tambah satu lagi, gue juga udah punya restu dari calon mertua buat mertahanin dia. Sekarang gue yang gantian tanya, lo punya yang gue punya? uang? uang udah nggak guna kalau nyangkut cinta."

Andy yang mendengar jawaban Danel hanya bisa terdiam dan mengeraskan rahangnya menahan emosi. Melihat hal itu, Danel tersenyum miring dan menggandeng tangan Cassie menjauh dari tempat itu.

"Ca, tu.."

"Heh, ahli kicep diem aja disitu, gue mau pulang sama cewek gue, jangan ganggu. Kalau lo mau gue anter, nanti gue rela deh balik kesini buat lo, nggak usah iri gitu." ucap Danel berbalik dan menunjuk Andy yang saat ini sudah memandang Danel dengan tatapan sebal.

"Galak amat." ucap Cassie terkekeh membuat Danel melirik sekilas ke arahnya.

"Siapa suruh cemburuan, gue tau gue ganteng, tapi ya nggak harus bikin dia jadi suka sama gue juga kan?"

"Heh, siapa yang suka sama lo sih?"

"Lah, lo lihat nggak dia tadi ngajak lo pulang? itu tandanya dia ngajak lo biar gue pulang sendirian dan nggak bikin dia cemburu."

"Serah lo Nel." ucap Cassie menggelengkan kepala sambil berjalan meninggalkan Danel yang mengedikkan bahu.

"Susahnya jadi cowok ganteng tuh gini."

Di tengah perjalanan, mereka tidak banyak bicara. Danel fokus dengan jalanan, sedangkan Cassie sibuk memandangi lampu-lampu kota yang masih terlihat samar karena langit belum terlalu gelap.

"Udah nyampek Key."

Gadis itu menoleh ke arah supermarket dan mengangguk sebelum turun dari motor. Sebelum berangkat, ia memang menyuruh Danel untuk mengantarnya terlebih dahulu ke supermarket depan perumahan. Tadi Meta memang sempat menyuruh anaknya untuk membeli beberapa bahan kulkas dan cemilan, katanya sih kalau musim hujan begini paling enak kalau dibuat ngemil.

"Sini gue bawain." ucap Danel dan mengambil keranjang yang dibawa Cassie.

Melihat barang yang dia beli sudah sesuai dengan catatan yang dikirim Meta, gadis itu mengajak Danel ke kasir untuk segera membayar. Namun baru saja mereka berdua keluar dari pintu masuk, rintik hujan mulai mengguyur Kota Jakarta sedikit demi sedikit.

"Yah, hujann."

"Ya udah nunggu reda dulu aja Key."

"Nanti lo pulangnya kemaleman."

"Yaelah, palingan juga papa gue seneng malah kalau gue nggak pulang, nggak ada yang gangguin dia."

"Bandel banget jadi anak." ucap Cassie memilih duduk di kursi yang ada di teras supermarket.

"Ngaca neng, lo nggak ada bedanya dari gue." jawab Danel mengikuti Cassie duduk di tempat yang sama.

Kedua orang itu terdiam dan menatap rintik hujan yang masih setia berjatuhan hingga menimbulkan suara dan percikan. Suara gemuruh dan hembusan angin membuat mereka semakin terhanyut dalam lamunan masing-masing.

"Nel."

Danel menoleh dan menatap Cassie yang masih memandang lurus percikan hujan.

"Sebentar lagi gue akan ngerasain hal yang sama kayak lo."

"Maksutnya?"

"Gue bakal ngerasain gimana keluarga gue balik kayak dulu lagi. Bisa ngerasain gimana gue curhat ke orang tua gue, makan bareng, dibangunin, dan bahkan dimarahin kalau gue bandel. Sesuatu yang gue rinduin dari dulu udah balik Nel."

DANEL'sWhere stories live. Discover now