(1) Murid Baru

137K 6.4K 429
                                    

Jangan cuek gitu dong, kalau gue kepo terus jadi sayang ke lo gimana? -Rey

Pagi itu cahaya matahari bersinar terang seperti biasa. Akhir-akhir ini Jakarta memang sedang musim kemarau, alhasil meski jam masih menunjukkan pukul 6, cahaya kuning tersebut sudah menyebar sampai ke kamar seorang cowok keren yang masih setia bergelung di balik selimutnya tanpa memperdulikan teriakan Liona.

"Danelllll bangunnnnnnnnnnnnn."

"Besok."

"Danellllll, ini udah jam segini, sekolah kamu masuk jam setengah 7."

"Udah tau."

"Danelllll!!!!"

"Apa sih tan?" teriak Danel balik yang saat ini sudah menyibakkan selimutnya dan berjalan gontai menuju lantai bawah.

"Kamu belum mandi?" tanya Liona yang menahan emosi melihat Danel dengan santainya duduk di meja makan dalam keadaan hanya menggunakan kaus tanpa lengan dan celana pendek.

"Kakak nggak sekolah?" tanya Marcelleo, anak Liona dan Devano.

"Udah pernah."

"Danellll!!! cepetan siap-siap atau tante potong uang saku titipan pa..."

"Eitss, ya ampun iya lupa kalau hari ini sekolah, bentar ya te." ucap Danel memotong pembicaraan Liona lalu segera berlari menaiki tangga untuk bersiap-siap.

Dengan senyum mengembang, ia masuk ke dalam kamar mandi dan segera melaksanakan ritual mandinya yang selalu ia lakukan hanya dalam waktu 5 menit. Baru saja Liona kembali berteriak memanggil Danel, cowok itu sudah turun dari tangga dengan menggunakan seragam beserta sepatu sambil menggendong tas di bahu kirinya.

"Udah turun nih." ucap cowok itu yang saat ini sedang menyambar roti untuk sarapan.

"Oh ya tan, mama sama papa pulangnya kapan?"

"Seminggu lagi deh kayaknya. Udah elah, berangkat Danellll!!!!"

"Yaelah, iye iye, berangkat dulu tan. Marcell, jangan kangen kakak ya." pamit Danel dan segera menaiki motor ninja hitamnya untuk berangkat ke sekolah.

***

Langkah gadis itu berhenti tepat di depan gerbang besar sekolah mewah bertuliskan 'Sentra' yang sudah dipenuhi oleh berpuluh-puluh murid dengan kegiatan mereka masing-masing.

"Ini sekolah apa istana presiden? gede banget," gumamnya lalu menoleh kembali ke arah kaca mobil. "Pak, nanti jemput jam 2 ya. Jangan sampai telat, awas kalau telat." lanjutnya lalu segera berjalan masuk ke dalam sekolah setelah mendapat acungan jempol dari supir pribadinya.

Semua mata memandang ke arah gadis asing itu dengan berbagai tatapan. Ada yang kagum, ada yang iri, ada juga yang bingung dia siapa. Pasalnya, wajah cantik serta rambut pirangnya yang sangat kontras dengan seragam membuat ia terlihat berbeda.

Sepatu sneaker biru yang dia gunakan melangkah mengikuti kakinya menuju ke ruang kepala sekolah yang dari gerbang sudah terlihat. Namun belum sampai gadis itu berjalan hingga 3 langkah, kakinya sudah kembali mundur ketika seseorang sengaja lewat di depannya dengan mengendarai motor berkecepatan lumayan tinggi.

Ia menghembuskan nafas pelan dan memutar bola mata malas sambil meneruskan langkahnya yang sempat terhenti karena ulah entah siapa itu, dia tidak peduli. Yang jelas, mulai detik ini ia percaya bahwa benar kata adiknya, Jakarta itu dipenuhi orang tak terduga, aneh.

"Permisi pak."

"Iya silahkan masuk, tunggu sebentar, kamu cucunya pak Bramantyo yang baru saja pindah dari Amerika itu?"

DANEL'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang