Silvia : The Worst is Yet To Come

23.6K 3.9K 197
                                    

Author's Note :D

Siapin tisu buat ngelap ingus.

Selamat menikmati!

___________________________________




Aku membuka mata saat deringan ponsel membangunkanku. Aku melirik jam. 3.47. Haduw, apaan sih Kale nelpon-nelpon jam segini! Yang tahu nomor ponsel sementaraku cuma Kale, jadi dia adalah satu-satunya tersangka! Emangnya dia nggak tahu, bumil butuh tidur biar sehat!

"Apa!" Sahutku ketus.

"Sil, Saka masuk rumah sakit. Sebentar lagi gue jemput, gue antar ke sana," suara Kale membuat kantukku lenyap seketika.

"Ap... Saka? Kok bisa? Kenapa?" tanyaku panik. Astaga! Sakaku!

"Nanti gue jelasin. Siap-siap," Kale menutup ponselnya. Aku segera bangun dari tempat tidur, secepat yang aku bisa dengan perut gendut dan kaki lemas karena gemetar. Air mataku sudah mengalir deras.

Saka, kamu kenapa?

Aku mengganti dasterku dengan celana jeans bumil selutut dan kaus putih. Untung tadi siang Kale mengantarku belanja baju di mal dekat hotel. Dia yang bayar, tentu saja. Hutangku padanya semakin banyak saja.

Ting tong!

Tak lama, bel pintu berbunyi. Kale. Aku yang sudah menunggu di balik pintu, langsung membukanya. Kale menatap wajahku yang penuh air mata dengan tatapan prihatin.

"Saka kenapa, Le?" tanyaku.

Kale hanya diam, menggandengku menuju lift.

"KALE!"

"Gue ditelpon sama Bima, katanya Saka dirampok orang di Jatibening. Sekarang dibawa ke Mitra Bekasi. Bima menduga lo sama gue, jadi gue disuruh bawa lo ke sana," ujar Kale saat kami masuk ke lift.

"Terus Sakanya gimana?" isakku. Astagaa, Saka... Maafkan akuuu...

"Bima nggak bilang. Cuma disuruh bawa lo secepatnya," ujar Kale sambil menatapku. Aku balas menatapnya. Ada yang dia sembunyikan. Aku tahu itu. Aku terisak makin keras, kehilangan kata-kata. Ya Tuhan. Kalau sampai Saka...

Saat sudah duduk di dalam mobil, aku menelepon Bima. Tidak diangkat. Ayo dong, Biimm... Please... Aku menangis tak terkendali. Bayangan malam itu, saat Pierre meninggal...

Ya Tuhan, tolong jangan ambil Saka...

Sebelah tangan Kale menggenggam tanganku. Ia menatapku cemas.

"He'll be okay, Silvia... He'll be okay," bisik Kale, menenangkanku. Aku meremas tangannya.

Perjalanan ke Bekasi bagaikan perjalanan ke luar Bumi, nggak nyampe-nyampe. Saat sampai di RS, aku menghambur keluar mobil sebelum Kale bahkan berhenti dengan sempurna.

"Sil, pelan-pelan!" Kale mengejarku yang berlari ke IGD.

Di depan ruang IGD, aku melihat wajah yang aku kenal. Bima.

"Bim!"

Bima menoleh. Aku berlari ke arahnya.

"Saka mana? Gimana?" Tanyaku penuh kepanikan.

"Dia di dalam, masih ditangani. Lo kemana aja, Sil? Saka nyariin lo kaya' orang gila!" Bima menatapku marah. Aku mengabaikannya. Mataku terpaku pada pintu IGD yang tertutup rapat.

"Aku mau masuk," aku berjalan ke arah pintu. Bima meraih lenganku.

"Jangan ngawur! Ini bukan rumah sakit bapak lo!" omelnya.

SAKA - SILVIA : SELALU BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang