2. Ada Yang Diajak Kencan

2.7K 197 50
                                    

Apa lagi yang sakit selain menyadari kamu ada di sini tapi tidak dengan ragamu. Apa lagi yang sakit selain selalu menjadikan kamu pembaca puisiku tanpa kamu tahu siapa sebenarnya inspirasiku. Ah, semesta, kenapa jatuh cinta bisa sepelik ini.

-Chicko Giovanny Leonidas-

Tidak ada yang lebih menyebalkan selain dibangunkan pagi hari dengan suara melengking serta permintaan yang aneh-aneh di minggu pagi. Waktu dan hari di mana seharusnya semua makhluk di muka bumi ini setidaknya bisa bangun siang. Ya, kira-kira begitu perasaan Ciko, ketika jam 5 pagi tadi sudah diganggu oleh Cia sahabatnya.

Lingkar hitam di bawah matanya tidak bisa menutupi bagaimana Ciko masih butuh tidur setidaknya 2 jam lagi. Semalam ia bergadang demi menyusun rencana pertandingan bola basket yang akan diadakan sebulan lagi. Tapi Cia tidak mau tahu, katanya justru Ciko harus lebih banyak olahraga bukan hanya sibuk mencorat-coret kertas demi membuat susunan formasi pertandingan.

"Ayo gece mandi!" Cia mendorong Ciko sampai di depan pintu kamar mandi. "Hari ini kita harus lari pagi abis itu terserah kalo mau lanjut tidur lagi! Ayo gece Ciko! Jangan jadi pemalas!"

Demi seluruh ikan mas koki peliharaan Mbak Dita, Ciko berani sumpah dia tidak ingin lari pagi hari ini. Bukannya Ciko malas, bukan juga karena Ciko tidak suka olahraga. Ciko tahu maksud terselubung atas ajakan Cia mengajaknya lari pagi. Tidak lain dan tidak bukan yaitu karena Gavin.

"Berhenti ih! Gue bukan gerobak!" desis Ciko sambil menguap menggaruk-garuk kepalanya.

"Yaudah atuh gece mandi, abis itu temenin Cia lari pagi," rengeknya berulang-ulang membuat suara itu seperti bergema di lorong panjang membuat pening kepala Ciko.

Ciko mengesah panjang dengan mata melotot tapi akhirnya mengiyakan. Hingga tersungging lebar senyum kemenangan Cia. Entah lah, mau sesebal apa Ciko pada sikap Cia yang kadang pemaksa, manja, dan aneh-aneh, Ciko tidak pernah bisa mengelak.

Cia asik bersiul-siul riang di kamar Ciko sambil memutar-mutar bola basket milik cowok itu di jari telunjuknya. Belum ada lima menit, Ciko keluar dengan wajah dan rambut basah. Bibir Cia terbuka lebar.

"Mandi apaan gak ada lima menit?"

Ciko memutar bola matanya malas. "Gue gak mau mandi. Udah lah cuci muka sama basahin kepala aja. Gue tuh tidur belom ada 2 jam, Ci, gak boleh mandi dulu."

Oh iya, sampai lupa. Kebiasaan Ciko memang begitu. Entah itu wejangan dari siapa, yang jelas Ciko tidak pernah mandi jika dia tidur kurang dari 2 jam. Katanya sih bisa berefek pada sakit kepala yang tidak berkesudahan. Jadi, begitu mengingat kebiasaan sahabatnya yang satu itu, Cia mengangguk pasrah.

"Yaudah ganti baju."

Ciko lantas berkacak pinggang.

"Ngapain diem? Ganti baju Ciko! Nanti keburu mataharinya tinggi," protes Cia dengan tangan terlipat di depan dada.

"Oh, lo mau gue ganti baju di sini?" Ciko mengambil langkah satu-satu dan mendekat. Membuat Cia turut mengambil langkah satu-satu ke belakang. "Yaudah gue ganti baju deh." Ciko baru mengangkat kausnya ke atas tapi Cia memekik.

"Oke, oke, oke, Cia keluar."

Begitu pintu kamarnya terbanting keras. Ciko lantas tertawa geli dan menggigit bibir bawahnya gemas. Ingin sekali rasanya Ciko memeluk sahabatnya itu kalau sudah bersikap sok malu-malu.

Realize Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang