"Key?" ucapnya pelan membuat Cassie mengucek matanya dan sedikit terkejut ketika menyadari orang yang sedang ingin ia hindari justru berada di sebelahnya sambil tersenyum.

"Eh hai, gue udah lama tidurnya?"

"Lumayan sih, masih ngantuk? kalau masih tidur lagi aja nggak papa, aku tunggu."

"Nggak usah, langsung pulang aja deh, keburu sore."

"Mau makan dulu?"

Cassie mengangguk lalu mengerutkan alis berfikir tempat mana yang akan dipilih untuk makan.

"Depan halte ada batagor kan? kesana aja yuk."

"Itu pinggir jalan lo Key?"

"Lha terus kenapa? kan tetep bisa dimakan?"

Danel tersenyum, ini yang membuat Cassie berbeda dari kebanyakan cewek diluar sana. Beda juga dengan Aurel, sejak dulu Danel belum pernah sama sekali makan di tempat seperti itu bersama Aurel. Gadis itu bilang, ia tidak bisa makan di tempat sembarangan. Padahal bukannya semua tempat sama saja? asalkan bersih kan?

"Nih pake jaket aku."

Cassie mengangguk lalu menerima uluran tangan Danel menuju parkiran. Mungkin untuk kali ini biarkan dia menghabiskan waktu bersama dengan orang yang ia cintai, meski entah hal ini akan menjadi sementara. Setidaknya, masih ada kenangan yang bisa dia ingat jika nanti Danel memutuskan pergi.

"Den Danel?"

"Sore pak, batagornya dua ya." ucap Danel tersenyum kepada tukang batagor tersebut dan menyuruh Cassie untuk duduk.

Tidak lama pesanan mereka sudah datang dan membuat mata Cassie yang awalnya masih setengah mengantuk langsung berbinar. Makanan bumbu kacang yang selalu enak jika ditambah sambal ini bisa membuat cacing di perut gadis itu semakin mendemo.

"Doyan, laper, apa rakus?" tanya Danel terkekeh membuat gadis di sampingnya hanya melirik sekilas dan melanjutkan makannya.

"Kode banget suruh bersihin." ucap cowok itu mengelap sudut bibir Cassie yang terkena bumbu kacang membuat pergerakannya mengunyah langsung berhenti.

Jangan terlalu berharap tinggi Ca.
-Cassie

"Habis ini mau ikut aku sebentar?"

"Kemana?"

"Pasar malem."

Cassie spontan menoleh dan mengangguk secara antusias membuat Danel juga tersenyum lebar. Mungkin hanya menjadi sebatas penikmat senyum sudah lebih dari cukup.

Senja itu, mereka berjalan berdampingan melewati beberapa kerumunan orang yang sedang mencari hiburan di tempat ini. Sekedar mengobrol sambil makan gulali, melihat senja ditemani bunga kapas, atau bahkan bermain di beberapa wahana yang ada disana. Tidakkah mereka lelah?

Dengan membawa gulali merah di tangan kanannya, Cassie berjalan melihat seorang gadis kecil sedang tertawa kencang ketika ayahnya harus menari bersama badut. Dia rindu masa kecil itu, dimana ia hanya menangis karena terjatuh bukan sakit hati.

Danel menggandeng tangan gadis itu menuju wahana bianglala. Ia memesan tiket lalu menoleh ke arah Cassie yang ternyata masih mengamati gadis kecil tadi. Perlahan senyumnya terangkat seiring dengan tawa Cassie yang sedang melihat ekspresi lucu dari objek di ujung sana.

"Lihat apa?"

"Anak kecil itu, lucu banget sumpah."

"Nggak mau naik sekarang? mumpung senjanya belum hilang."

Gadis itu menoleh dan terdiam ketika melihat wahana permainan yang dipilih Danel. Bianglala, permainan yang selalu mengingatkannya pada sesosok Ayah yang saat ini mungkin sedang berkutat dengan laptopnya di balik meja kerjanya di kantor. Dimana dia masih tertawa lebar bersama laki-laki itu, dimana dia menangis ketika mamanya tidak mau ikut, dan dimana dia naik sendirian karena ayahnya tiba-tiba pergi karena ada meeting. Beberapa suasana dalam satu tempat yang sama.

DANEL'sWhere stories live. Discover now