06

172 25 18
                                    

Happy reading :)

"Kau?"

"Kau?" Marc dan Ellysha sama-sama terkejut. Bahkan Ellysha sampai menutup mulutnya dengan tangan.

Sontak Marc meneliti penampilan wanita di depannya. Berdiri canggung, memakai kemeja berwarna navy dengan kacamata yang membuatnya terlihat culun, dan rambut yang ia ikat satu ke belakang. Sedikit berbeda dengan pertama kali mereka bertemu, karena saat itu Ellysha memakai dress hitam selutut dengan rambut tergerai panjang. Ya, Marc mengingatnya dengan baik.

"Ellysha?" sebut Marc yang membuat mata indah mereka bertemu. Ellysha nampak canggung. Ia tampak bingung, apa yang harus ia lakukan di depan pria pendek, pembalap terkenal tampan itu. Ellysha menghembuskan nafas.

"Ya? Kau pelanggan terakhir," sahut Ellysa mencoba santai kemudian menunduk. Helaian rambut berjatuhan di dahinya, yang tak sengaja Marc perhatikan.

"Hm," gumam Marc menggerakkan tumitnya berjalan mengitari rak yang tertata rapi banyak buket bunga. Mawar, tulip, aster, dan lain-lain. Wanita itu mengekori langkah Marc, ia mengelap kacamatanya dengan sapu tangan yang ia raih di kantong kemejanya. Kacamata yang telah berembun,kemudian memasang kembali pada mata indahnya.

"Aku ingin anyelir merah muda." Marc spontan menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Ellysha.

Mereka berhadapan sangat dekat. Bahkan Marc bisa mendengar deruan nafas Ellysha yang tak beraturan karena terkejut, juga gugup.

Baik Marc maupun Ellsyha tak ada yang menjauh, sama-sama diam dengan yang satu menatap dan satunya lagi menunduk. Hingga suatu bunyi menggelitik muncul di perut Ellysha yang membuat Marc mengulum bibir menahan tawanya.

Hei, sungguh Marc merasa ini sangat lucu.

Kruyuk

What the hell?!  Ellysha merutuki dirinya, rasa lapar tidak bisa berkompromi dengan baik.
Ellysha segera mundur dan memegangi perutnya, kenapa harus ada momen memalukan seperti ini? Ia sangat malu, sangat. Tapi Marc yang beberapa langkah ada di depannya hanya tersenyum melihat wanita itu malu, pipinya memerah dan terlihat sangat cantik.

"Di mana letak anyelir merah muda?" Marc memecahkan kecanggungan Ellysha.

"A-akan aku ambilkan." Ellysha bergegas berlari kecil meraih buket bunga yang tak jauh dari langkahnya. Marc pun mengekorinya lagi.

"Terima kasih. Aku sangat lapar, kau mau menemaniku makan?" Marc menyambut buket bunga anyelir merah muda itu. Tatapannya beralih pada anyelir indah yang berada di tangannya.

"A-apa maksudmu?" Tanya Ellysha tak mengerti.

"Temani aku makan malam ini, kau juga lapar kan?" Marc menyeringai menatap Ellysha kembali. Ellysha bergeming.

Setelah membayar buket bunga, Marc berjalan keluar diikuti Ellsyha yang menyetujui permintaan Marc. Mereka memasuki mobil Marc, Ellysha memberanikan diri untuk bertanya dan bicara dengan Marc. Terjadi percakapan ringan antara mereka yang secara tak sadar membuat mereka berdua tertawa tanpa ada kecanggungan pada Ellysha.

-
Hari ke-10 berada di Spanyol, Ellysha membuka pintu di hampir tengah malam. Didapatinya seorang pria jangkung dengan senyumnya yang lebar. Sebelum mempersilakan masuk, mata indah berhias kacamata itu mengintrogasi penampilan pria dihadapannya. Sendal jepit, baju kaos polos warna biru, dan celana jeans. Tidak terlihat seperti penjahat, tapi penjahat bisa menyamar jadi apa saja.

"Siapa kau?" pria itu tetap tersenyum dan mengeluarkan suara serak basahnya, "Aku kekasihnya Harmonie. Aku ingin bertemu dengannya."

Ellysha hanya mengangguk dan memberi isyarat memperbolehkan pria itu masuk. Batinnya terkejut sendiri saat mengetahui Harmonie memiliki kekasih setampan pria ini.

Not Sacrifice (Marc Marquez Fanfiction)Where stories live. Discover now