Core 2.0

469 94 31
                                    

"Ini adalah hari terburuk bagiku!"

Bagaimana tidak? Aku di pindahkan ke sekolah yang tidak ingin ku masuki, di introgasi oleh adik sendiri?, setelah ini aku tidak bisa bersantai-santai lagi.

Ku langkahkan kaki ku yang mulai berat, mungkin pasokan energiku habis, sial!

Kenapa aku harus berjalan kaki? Kereta sialan! Kenapa jadwalnya bisa berubah? Akibatnya aku harus pulang dengan berjalan kaki sejauh 7 km.

Dan buruknya lagi, aku tidak membawa koin, jadi aku tidak bisa naik kendaraan apapun.

Jika bisa, aku ingin teleport saja, tetapi biaya satu kali teleport sama dengan seminggu uang jajanku, shit!

Aku duduk di sebuah kursi di trotoar, hanya sekedar mengistirahatkan kakiku yang kesemutan dan bengkak(?)

"Apa yang kau lakukan sialan!" teriak seseorang.

Aku mencoba mencari Sumber suara, ternyata sebuah tindak kriminal.

Seorang laki-laki tengah di pukuli oleh 3 orang dengan postur tubuh yang lebih besar dariku.

'Sekarang aku harus apa? Berpura-pura tidak tahu dan mengabaikannya? Atau membantunya? Tapi, apa aku bisa? Energiku sudah habis, lagi pula tidak ada untungnya aku menolong orang itu.' batinku

Tunggu! Aku punya ide.

Tiba-tiba ide brilian muncul seketika, meskipun agak menyusahkan, akan ku lakukan.
.
.
Aku menghampiri laki-laki yang tengah di pukuli oleh ke 3 orang tadi.

Seketikan aktivitas memukul mereka terhenti, dan mata ke 3 brandalan itu mengarah padaku dengan tatapan seolah mengatakan 'arek naon sia Kadieu?!(¹)' mungkin seperti itu.

Aku menutup mataku dan menarik napas dalam-dalam. Dan menatap balik ke 3 brandalan di hadapanku.

Laki-laki yang tadinya di pukuli itu, langsung bersembunyi di belakangku dan mengguna ku sebagai tamengnya.

'Dasar tidak tahu diri!' batinku

"Apa yang kau mau hah? Ini tidak ada urusannya denganmu." bentak laki-laki berambut cepak.

Seketika ku rasakan hujan lokal berhasil membasahi wajahku, oh!  HollyShit!

Ku keringkan wajahku yang terkena hujan lokal tersebut menggunakan punggung tanganku, dan setelah tiba di rumah, aku harus membersihkannya dengan tanah.

"Mm,, bagaimana mengatakannya ya, kalian jangan melakukan tindakan kriminal di muka umum, atau kalian akan menyesalinya sendiri." ujarku memperingatkan mereka bertiga.

Sebenarnya aku berniat mengancam mereka, tapi mereka semakin menjadi-jadi setelah ku beri peringatan.

"Ouh kau mengancamku hah? Apa kau belum pernah meminum darahmu sendiri hah?" ancam laki-laki berambut cepak dengan wajah yang di sangar-sangarkan(?)

"Aku pernah meminum darahku, saat gigiku copot dan darahnya tidak sengaja tertelan."

Setelah mendengar ungkapan dariku, ketiga brandalan tersebut semakin menunjukkan ekspresi penuh kekesalan.

Tanpa menunggu aba-aba lagi, pria berambut cepak itu melayangkan pukulannya kearahku, beruntung aku berhasil mengelak.

Aku mengambil 3 langkah mundur hanya untuk bernapas. Laki-laki yang berdiri di belakangku terjatuh karena aku mundur dengan tiba-tiba.

Dia mengusap pantatnya yang mendarat terlebih dahulu dan terlihat kesakitan.

Aku tidak perduli, dan sekarang aku harus menyingkirkan ke 3 brandalan yang berada di depanku ini.

Ku rogoh saku celaka dan mendapati sebuah bola kecil yang pagi tadi aku buat.

Tanpa membuang waktu lagi, aku melemparkan bola kecil tersebut kearah para brandalan, dan menarik laki-laki yang menyedihkan yang tadi di aniaya.

Seketika muncul asap mengerumuni ke 3 brandalan tersebut.

"Apa itu?" tanya laki-laki menyedihkan itu dengan ekspresi terkejut.

"Itu bom ilusi."
"Bom ilusi?" dia menatapku dengan tatapan penuh tanya.

Aku hanya menghela napas melihatnya berekasi seperti itu.

"Tidak perlu ku jelaskan pun kau sudah tahu kan cara kerja bom itu?" ujarku dengan nada sedikit kesal.

Dia hanya mengangguk kemudian berdiri dari posisi duduknya.
Tanpa di duga dia tersenyum puas ke arah 3 brandalan yang tengah berimajinasi tersebut.

"Rasakan akibatnya! Kutu seperti kalian pantas menerimanya, kalian tidak se-level denganku!"

Laki-laki menyedihkan itu seketika berubah menjadi laki-laki songong.

"Oi! Mana bayarannya?!" pintaku dengan nada bicara sedikit menindas.
"Eh? Apa maksudmu?"
"Kau pikir aku sudi menolong seseorang tanpa imbalan apapun hah? Jangan melawak! Kau harus membayar upahku."

Matanya membulat seketika dan mulutnya menganga, seketika aku mencium bau tidak sedap.

"Cepatlah!" bentak ku yang sukses membuatnya kelabakan, dia merogoh sakunya dan mendapati 16 keping koin.
Tanpa menunggu lagi, koin itu ku ambil dan kini telah berpindah tangan.

"Terimakasih atas pengertiannya, semoga harimu menyenangkan." aku membungkung dan berjalan menjauhi laki-laki menyedihkan tersebut yang masih berdiri di tempat dengan mulut menganga.

Kau tahu, seorang warga sipil yang baik bisa berubah menjadi seorang kriminal jika kondisi memaksakan. Ya, seperti apa yang aku lakukan tadi.

Aku berjalan menuju box teleport dan segera memasukan semua koin yang aku dapat tadi.

Dan...

Dalam hitungan detik, aku sudah berada di rumah. Aku langsung masuk dan melemparkan tubuhku ke sofa di depan TV, berusaha melakukan peregangan sambil berbaring, ku lirik jam yang menunjukkan pukul 7 malam.
Agar aku lebih rileks, ku pejamkan mataku.

1 detik..

2 detik..

3 detik..

4 detik..

5 detik..

Dan aku telah berada di alam mimpi sekarang.


-TBC-


(A/N (¹) : mau apa kau kesini)

Berikan kritik dan saran anda, saya akan senang jika anda memberikan vote-nya :v *slap*

World Freak (END)Where stories live. Discover now