4

182 5 3
                                    

Melati mengeryit bingung saat namanya dipanggil melalui pengeras suara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melati mengeryit bingung saat namanya dipanggil melalui pengeras suara. Memintanya segera menuju ruang BP karena ada seseorang yang menjemputnya dengan alasan genting. Setengah hatinya bersorak gembira karena dia paling membenci hari senin, yang tepat hari ini. Jadi dia sedikit berharap dapat segera meninggalkan kelas yang sedang berlangsung. Sedangkan setengah hatinya yang lain was-was dengan kata kegentingan yang dimaksud, semoga tidak terjadi hal buruk. Terlebih hatinya berfirasat akan ada kejadian buruk yang menimpanya.

Colekan dari belakangnya sontak membuatnya membalik badan. Mengalihkan pikiran negatifnya barusan.

"Ada masalah apa?" tanya Gaby yang dibalas kedikan bahu Melati.

"Aku tidak yakin kalau ada masalah. semoga saja memang hanya masalah sepele." ucap Melati sembari memasukkan buku dan alat tulisnya kedalam tas.

Gaby mengangguk mengerti.

"Aku duluan." pamit Melati pada Gaby sebelum beranjak dari kursinya. Menyampaikan sepatah kata kepada Pak Tono, guru yang sedang brrceramah tentang sejarah, sebelum meninggalkan kelas. Sejarah merupakan pelajaran paling digemari Melati sepanjang hari ini, karena sisanya adalah Bahasa Inggris, Ekonomi dan Fisika. Pelajaran yang membuatnya selalu menjambak rambut atau sekedar menggigit ujung pulpen dengan gemas.

Melati menyusuri lorong menuju gedung utama dimana ruangan BP berada saat sebuah suara yang dihapalnya memanggil. Tania. gadis itu memang tidak sekelas dengan Melati dan Gaby di tahun terakhir ini dan dia sedang pelajaran olah raga sekarang. 

"Ada masalah?" tanya Tania setelah jarak mereka cukup dekat sembari membawa bola basket di tangannya.

"Aku belum tahu, semoga saja tidak." jawab Melati sambil mengedikkan bahunya yang sudah disampiri ransel.

"Oke, hati-hati. Jangan lupa berkabar." ucap Tania cepat karena teman-teman kelasnya memintanya segera kembali kelapangan agar permainan dapat dilanjutkan.

Melati mengangguk paham dan melambai lalu melanjutkan sisa perjalanannya.

Setibanya di depan ruangan tampak sepi, entah kemana seluruh guru BP yang bisanya sedang bergosib di dalam sana hingga suasana tampak sangat hening, membuat Melati sejenak ragu untuk membuka pintu. Namun, hal itu harus dia lakukan sekarang. 

Melati membukanya perlahan dan terbelalak mendapati siapa orang yang sedang menunggunya di ruang tunggu BP dengan berpangku kaki angkuh. Pandangan mata mereka bersentuhan membekukan tubuh Melati karena kuncian tatapan yang didapatnya. 

Hell! Bagaimana orang itu bisa ada di-. Batin Melati terpotong karena tubuhnya sudah tertarik masuk sebelum ia sempat menutup kembali pintu untuk lari dari neraka yang akan membelenggunya.

Terlambat. Tubuhnya berakhir terhimpit diantara pintu yang tertutup dan tubuh tegap di hadapannya. Bahkan bibirnya sudah terdesak oleh bibir milik orang tersebut. Dilumat dengan keras dan kasar, penuh tuntutan. Tangannya berusaha melawan tubuh kekar itu sekuat tenaga namun segera dibekukan dengan cekalan dari sang lawan yang jauh lebih berkuasa. Membuatnya kehilangan kendali. Itulah dunia, penguasa adalah raja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kiri atau KananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang