eighteen

2.3K 292 9
                                    

Irene menyedot ice americano-nya sambil mendengar cerita dari Soojung yang panjang lebar, gadis itu menceritakan perjalanan hidupnya setelah keluar dari sekolah kelamnya, ia bercerita bahwa ia juga pernah masuk ke dalam kelompok Sehun, ia bercerita tentang terlupakannya oleh orang tua dan berjuang sendirian untuk bertahan hidup, sangat menyedihkan jika dijadikan sebuah film bersambung.

Irene menatap Soojung dengan tatapan prihatin, ia baru tahu bahwa kehidupan Soojung se-menyedihkan itu, berbeda dengan Irene yang selalu penuh kasih sayang dari orangtuanya.

"Tapi, sekarang aku sudah punya uang, bahkan uangku mungkin lebih banyak dari penghasilan ibuku, biarlah mereka tahu anaknya bisa sukses tanpa mereka." Soojung mengakhiri ceritanya dengan meminum lattenya di dalam cangkir yang berasap karena panas.

"Kau bekerja apa?"

Soojung tertegun. Lalu memulai menjawab dengan helaan nafas terlebih dahulu.

"Kau tahu dulu aku sebagian dari kelompok Sehun, kan?" Irene mengangguk. "Semua uang bayarannya sangat besar, aku tidak menggunakan semua uang itu, aku selalu simpan semuanya di bank, belum lagi orangtuaku hanya memberi aku uang tanpa pernah bertemu denganku, dengan semua hasil itu, aku membuka sebuah butik karena kebetulan aku bisa menjahit walaupun lebih terbiasa memegang pisau atau pistol." Soojung berhenti sejenak. "Aku kira semua tak akan berjalan dengan baik, tapi ternyata semua diluar dugaanku, aku bisa membuka tujuh cabang di Korea." Mata Soojung berbinar saat bercerita, Irene kagum dengan usaha Soojung.

"Kau hebat, kau patut di cap sebagai orang sukses," puji Irene. Senyum Soojung merekah mendengar pujian itu.

Soojung menyelipkan anak rambutnya ke telinga. "Kau berlebihan, Rene."

Sekarang mereka berdua lebih terlihat seperti dua orang sahabat tak pernah punya masalah, padahal masalah mereka sampai hampir meregangkan nyawa orang lain. Mereka terlihat akrab tertawa bersama, bertukar cerita, bahkan Irene menceritakan semua pengalamannya saat ia di sandera oleh Sehun, Soojung tak menyangka bahwa Sehun akan mengeluarkan Irene semudah itu.

--

Angin malam menerbangkan beberapa helai rambut Irene yang sedang menikmati suasana malam di Seoul. Ia memandangi jalanan dari balkon rumahnya, ia memandangi bulan berharap hidupnya bisa seterang bulan yang indah saat bercahaya penuh.
Irene bersenandung kecil, suasana hatinya tidak terlalu buruk hari ini. Semenjak masalah dengan Soojung selesai, semuanya berangsur baik. Masih ada satu masalah yang belum selesai, Sehun belum membuatnya merasa tenang. Apa ia perlu menemui Sehun lagi dan kembali mengingatkan? Tapi ia juga tahu, Sehun menghindarinya, seperti saat di rumah sakit Sehun tak menoleh ke arahnya sama sekali.

Ponsel Irene bergetar di genggamannya, Irene menatap layar yang terlihat lebih terang di langit gelap malam. Irene menatap malas layarnya, menunjukan nama 'Sehun' disana. Entah saat kapan ia bisa menyimpan nomor Sehun, tapi semua tiba-tiba ada di ponselnya.

From : Sehun
-ada yang ingin aku bicarakan, besok aku menjemput di rumahmu-

To : Sehun
-jangan, biar aku saja yang datang ke rumahmu-

From : Sehun
-baiklah, aku tunggu besok-

Irene menatap layar ponselnya hingga menggelap kembali, baru saja Sehun muncul dipikirkannya, ternyata langsung ada pesan masuk dari orang yang dipikirkannya.
Irene mendesah pelan.

***
Irene bersiap-siap menuju rumah Sehun, ia hanya menggunakan kaos putih dengan celana jeans, rambutnya diikat satu ke belakang. Ia mengoleskan liptint merah ke bibirnya, lalu memasukannya ke dalam tas.

Irene masuk ke mobilnya lalu melajukannya dengan kecepatan normal. Matanya menuju ke sebuah kertas yang tertempel di mana-mana, ia terkejut.

"Sehun? Bagaimana bisa?" Gumamnya. Irene melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal.

Black Rose [Hunrene]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora