sixteen

2.2K 307 20
                                    

"Luhan?!"

Semua tertuju pada Luhan yang tergeletak bersimbah darah, mungkin karena satu tusukan di perutnya cukup dalam sehingga darah yang keluar dan mengalir cukup banyak.

"Minta bantuan sebelum darahnya terus mengalir!" Perintah Irene sambil menahan darah yang terus mengalir, gaunnya ikut terkena darah.
Soojung yang bersalah hanya terlihat panik tanpa bertindak, untuk menghindari masalah, ia berlari menjauh.

"Ya! Jung Soojung, jangan pikir kau bisa lolos!" Teriak Seulgi lalu ikut berlari mengejar cepatnya lari Soojung, untung saja dulu Seulgi adalah seorang juara bertahan dalam perlombaan lari tingkat nasional, kalau tidak, mungkin Soojung sudah tak terlihat. Heels setinggi 7 cm Seulgi tidak mengganggu aktivitas berlarinya.

Soojung sudah tertangkap, ia meronta-ronta untuk berusaha melepaskan cengkraman Seulgi di lengannya.

"Berapa orang lagi yang akan kau sakiti, pecundang?" Seulgi menyeret Soojung untuk kembali ke tempat dimana Luhan masih tergeletak.

Pria itu telah diangkat oleh beberapa temannya saat dulu, Irene masih menahan darahnya agar tidak terus mengalir. Bahkan ia merelakan kain bagian lengannya untuk menahan darah.

"Bertahanlah, Lu." Irene hanya bisa berbisik ditengah kepanikan semua orang. Mereka melewati orang-orang yang tengah menikmati acara, semuanya langsung panik begitu melihat manusia bersimbah darah. Suasana ribut saling bertanya apa yang terjadi.

--

Di rumah sakit, Irene dan yang lainnya menunggu dengan cemas. Soojung hanya termenung menyesali kelakuannya, ia meneteskan air mata di balik kesalahannya.

"Aku ceroboh, aku gila, aku bodoh, aku tak berguna, aku hanya orang bodoh tak punya otak." Hanya itu yang Soojung ucapkan selama menunggu kabar dari dokter yang memeriksa Luhan.

"Soojung-a," panggil Irene dengan suara gemetar menahan tangis. Soojung mengalihkan pandangan pada Irene yang duduk di sampingnya. Mereka bertatapan singkat, lalu Soojung memeluk Irene.

"Mianhae, Joohyun-a. Aku menyesal, sungguh. Aku gila, maafkan aku, jika kau ingin membunuhku, bunuh saja. Aku siap," ujar Soojung. Setiap butiran air matanya jatuh ke bahu mulus Irene, Irene mengelus punggung Soojung untuk menenangkan.

"Tak apa, semua telah terjadi, aku tak bisa memutar waktu, aku tidak ingin melukai siapapun, aku hanya ingin kau merubah sikapmu, dan-- ayo kembali berteman." Ucapan Irene membuat hati Soojung terenyuh.

"Aku tak bisa berteman denganmu, aku bukan orang baik untukmu, aku pantas menjadi sampah dihidupmu, dan kau layak membuang dan melupakannya."

"Tidak, Soojung. Kau tetap temanku, sampah itu hanya benda buangan yang sudah tak berharga, dan kau masih berharga untukku."

"Gomawo."

Pelukan mereka kembali erat dan kembali terlepas saat seorang pria ber-jas putih keluar dari ruangan.

"Keluarga pasien?" Tanya Dokter muda itu pada Irene dan teman-temannya.

"Emm--"

"Dia kekasihnya," celetuk Soojung menyela. Irene terkejut atas ucapan Soojung yang asal, Irene menggeleng cepat pada Soojung.

"Saya teman dekatnya, bagaimana, Dok?" Tanya Irene cemas.

"Keadaan pasien lemah karena kekurangan banyak darah, untungnya kalian cepat membawanya ke rumah sakit, pasien mendapat 12 jahitan luar dan dalam, saya anjurkan untuk tidak memakan makanan yang terlalu keras karena keadaan lambung yang juga terganggu," jelas Dokter ringkas namun jelas.

Black Rose [Hunrene]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum