one

8.1K 559 16
                                    

Seorang gadis berjalan menyusuri jalan sepi kota Seoul, sesekali menengokkan kepala ke belakang. Suasana mencekam menyelimutinya, setiap hari ia pulang melewati jalan itu. Tapi kali ini berbeda, ia merasakan seseorang mengikutinya dari belakang, ia merasakan seluruh tubuhnya menegang sulit di gerakan.

Ia berjalan cepat, semakin cepat, semakin cepat, akhirnya berlari karena penguntit yang mengikutinya terus membuntuti.

"Aaaaaaa!" teriaknya begitu seorang pria menangkapnya dari belakang.

"Selamat datang di kehidupanku."

Black Rose.
.
.
.
.
.

Mata tajam Sehun mengamati gambar pada layar laptopnya, Sehun memijat pelipisnya untuk berpikir sejenak bagaimana cara untuk menyelesaikan targetnya kali ini. Ia tersenyum ketika membayangkan begitu senangnya keberhasilan menjalankan misinya.

--

"Kau tahu kejadiannya, kan? Sangat dekat dengan rumahmu," ujar Wendy.

"Ya, aku sangat takut saat pulang larut malam. Kalau aku menjadi korbannya, aku akan menggentayanginya seumur hidupnya," jawab Irene menanggapi Wendy yang sedari tadi meringis ngeri.

"Polisi belum menemukan identitasnya?" lanjut Irene pada Joy yang tepatnya anak dari salah satu petugas penyelidikan kasus ini.

Joy menggeleng.
"Belum, dia menggunakan nama samaran hingga sulit dilacak. Tempat tinggalnya pun tidak terdeteksi," jelas Joy membuat mulut Irene dan Wendy membentuk huruf 'o' untuk menyatakan mereka mengerti.

Sejak dua Bulan yang lalu kasus ini menggemparkan Seoul, semua warga tentu panik saat mendengar berita mengerikan ini. Terutama Irene, salah satu korbannya terbunuh di daerah tempat tinggalnya.

--

Ponsel Sehun terus berbunyi. Tertulis nama di layar ponselnya,

Kim Kai

Sehun menjawab panggilan orang bernama Kai tersebut.

"Ada apa?"

"Siap menerima tawaran lagi?"

"Sejak kapan aku tidak siap?"

"Baiklah. Yoon Hyejin, Dobong-gu, Ssangmun-dong, anak dari seorang pengacara, pemilik toko kue pie yang cukup terkenal. Good luck."

"Ya."

Sambungan terputus, Sehun melempar ponselnya ke meja disampingnya.

"Baik.. Saatnya mulai," gumamnya, lalu ia beranjak dari tempat duduknya lalu mengenakan pakaian samarannya.

Ia tidak pernah menutupi wajahnya dengan sehelai benang pun, tidak pernah bertopi, masker atau pun barang yang mencurigakan lainnya.
Ia keluar rumah dengan santai seperti tidak memiliki misi apapun. Ia menyelidiki target saat siang maupun malam, tidak akan ada yang mengetahui bahwa ia sedang memperhatikan target karena ia selalu memakai kostum apapun yang tidak mencurigakan. Ia hanya mengenakan penutup jika saat melaksanakan misi utamanya saja.

Sehun menyalakan mobilnya lalu melajukannya dengan kencang menuju tempat yang ditujukan oleh Kai. Saat ini Sehun hanya memakai jaket tebal berwarna biru navy dengan bulu di bagian leher, celana jeans dan juga sandal biasa. Sama sekali tidak ada tampang yang mencurigakan.

Sehun memarkirkan mobilnya di depan cafe kecil yang terletak tak jauh dari daerah target. Ponsel Sehun kembali berbunyi. Kai mengirimkan foto target untuk memudahkan Sehun mencari keberadaannya.

Seorang gadis berambut sebahu keluar dari toko kue pie itu, Sehun membandingkan wajahnya dengan seorang gadis di ponselnya.

"Ya, dia," gumamnya.

Sehun kembali mengendarai mobilnya untuk kembali ke markas persembunyian pribadinya. Ia keluar hanya untuk memastikan orang mana yang akan menjadi target, selanjutnya ia akan mencari tahu seluk beluknya pada laptopnya.

Suara ketukan pintu terdengar nyaring di telinga Sehun sehingga dirinya refleks menoleh ke arah sumber suara.

"Siapa?" tanyanya pada orang diluar yang mengetuk pintu.

"Luhan," jawabnya dari luar sana.

"Masuk."

Pria bernama Luhan itu masuk setelah mendengar perintah masuk dari pemilik rumah.

"Kai memintaku untuk memberikan ini padamu, ini data pribadi korban bernama Yoon Hyejin yang ia dapatkan dari suruhannya," ujarnya. Sehun berdecak sebal.

"Kenapa dia memerintah orang lain untuk mencari data pribadi?" tanya Sehun pada Luhan.

"Entahlah, ia hanya memerintahkanku untuk ini saja, aku tidak tahu apapun tentang ini," jawab Luhan.

"Seperti tidak percaya padaku saja," gumamnya. "Sudahlah, kembali bekerja pada misimu sendiri, aku akan melaksanakan ini sendiri," lanjut Sehun.

Luhan terdiam mematung sambil duduk di meja kerja Sehun, bukan tidak sopan tapi memang Luhan sudah sering menjadi partner dalam misi Sehun.

"Ada apa? Sudah kubilang silakan jalani misimu sendiri," ucap Sehun.

"Bukan begitu, aku belum bicara tentang ini pada Kai atau pun yang lainnya, aku akan berhenti," jelas Luhan.

Sehun mengerutkan keningnya heran, Luhan yang sudah sangat mahir dalam hal ini tiba-tiba saja ingin berhenti? Aneh.

"Kenapa?" tanya Sehun.

"Aku akan pulang ke China, tanpa membawa nama aku seorang pembunuh, walaupun nama mantan pembunuh pasti akan selalu ada dalam diriku," jelas Luhan, tentu saja nama pembunuh itu pasti ada. Bisa saja jika semua orang tahu pasti akan menjuluki 'Luhan sang pembunuh' Luhan tak ingin julukan itu. Sehun mengangguk mengerti.

"Pergilah, bicara pada yang bersangkutan, aku tidak ikut masalah kau ingin keluar ataupun tidak," ujar Sehun. Luhan mengangguk lalu keluar.

Sehun menghela nafas.
"Semoga saja tidak berkhianat seperti Kris sialan itu," gumam Sehun.

.

.

Malam datang, semua data pribadi telah siap. Kapan ia pulang, berjalan, dan sampai dirumah, semua sudah lengkap. Sehun mengenakan pakaian untuk misi utama, memakai topi hitam, jaket hitam dan sarung tangan untuk menyamarkan sidik jari pada korban. Sehun menyembunyikan senjatanya dibalik jaket tebal yang ia kenakan.

Sehun melajukan mobilnya menuju dimana target berada, sekarang ia tahu bahwa target sedang berjalan menuju rumah di jalanan yang sepi.
Sehun mengamati gadis bernama Yoon Hyejin yang sedang berjalan sendirian di sebuah gang. Sehun melihat gadis itu mulai risih dan gelisah karena ia terus melihat ke belakang lalu berjalan cepat.

Saatnya Sehun beraksi.

Sehun menangkap gadis itu dari belakang, sesekali gadis itu berteriak meminta tolong namun terlambat. Belati Sehun sudah menancap terlalu dalam di bagian perutnya, gadis itu sudah lemas tak berdaya.

"Sayang sekali gadis cantik sepertimu harus menjadi korban," ucapnya pada gadis itu yang sedang menahan sakitnya tusukan di perutnya. Sehun memegang denyut di leher Hyejin, sudah hilang. Sehun berdiri lalu mengeluarkan mawar hitam dengan secarik kertas di bagian batangnya yang bertulisan,

These black rose for you.
-Willis

.

.

.

.

To be continue..

Hehe. Hai. Aduh ff baru lagi, semoga awet.
Semoga suka yaa.

Give me oxygen(vomment)
Thank you...

Black Rose [Hunrene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang