Chapter 2 - National Gallery Of Art

46 6 0
                                    


Sudah tiga jam Olive dan Scarlet mencari gaun di toko-toko yang ada di dalam mall besar itudan belum ada satupun yang Scarlet suka. Setiap kali Olive memperlihatkan sebuah gaun, Scarlet selalu mengomentarinya. Entah itu berliannya terlalu banyak, gaunnya terlalu berat, warnanya terlalu terang, gaunnya sempit, dan masih banyak lagi.

"Toko ini yang terakhir. Sudah tidak ada lagi toko yang menjual dress di mall ini" ucap Olive dan Scarlet malah mengacuhkannya. Mata Scarlet tertuju pada dress yang ada di etalase toko itu. gaun berwarna biru langit yang lembut tanpa lengan. Scarlet langsung masuk ke dalam toko diikuti Olive.

"Selamat datang" seorang pramuniaga menyambut mereka. Scarlet malas berbasa-basi jadi dia langsung mengucapkan keinginannya. "Ambilkan gaun itu" ucap Scarlet dan dengan sigap pramuniaga itu mengambilkan gaun yang ditunjuk oleh Scarlet.

"Beaded illusion pop over long jersey dress" ucap pramuniaga itu ketika Scarlet sibuk mengamati gaun yang ada di tangannya.

"Aku suka. Bungkus yang ini" Scarlet menyerahkan gaunnya kepada Pramuniaga itu. setelah membayar gaun yang tadi dia pilih, Scarlet menerima kantung belaja yang berisi gaun biru langitnya. Olive mendesah lega membuat Scarlet memicingkan matanya.

"Kau menyesal menemaniku?" tanya Scarlet.

"Tidak" jawab Olive cepat.

"Oh ya? Perlu kau ingat, aku tidak pernah memintamu untuk menemanimu. Aku bukan tipe orang yang suka mengganggu apalagi mengganggu seseorang yang baru menikah dua hari yang lalu" ucap Scarlet. Olive terdiam. Dia tahu Scarlet masih marah padanya karena pernikahannya dengan Ferdinand, pria yang Scarlet suka. Tapi, Olive sama sekali tidak berdaya untuk menolak perjodohan itu. Jika Olive menolak perjodohan itu, nyawa ayahnya yang menjadi taruhan.

"Maaf. Kau sendiri tahu aku tidak punya pilihan" ucap Olive pelan. Membuat langkah Scarlet terhenti.

"I am kidding. Aku tidak marah padamu"

...

"Pertemuan dengan Mr. Anston pukul tujuh malam di National Gallery of Art, Sir" pria itu memutar kursinya ketika sekertarisnya menyelesaikan ucapannya.

"National gallery of art? museum?" kening pria berjas hitam mahal itu berkerut.

"Temannya mengadakan pertunjukan di sana dan itu pertunjukan pertamanya. Sebelum menikah dengan Mrs. Anston, Mr. Anston sudah berjanji untuk hadir di pertunjukan pertama temannya itu. Jadi, Mr. Anston meminta agar tuan menyetujui tempat pertemuan yang dipilih olehnya"

"Oke, katakan padanya, aku menerima permintaannya. Dan siapkan mobil, aku butuh istirahat"

"Yes, Sir" pria itu bangkit dari kursinya dan berjalan melewati sekertarisnya, Maria Taylor. Maria memejamkan matanya saat David melewatinya. Aroma David yang begitu maskulin membuat Maria semakin menyukai David meski David tidak pernah sama sekali meliriknya. Siapa yang tidak kenal dengan David Martinez? Seorang pengusaha italia yang sukses di bidang perhotelan bahkan hotelnya ada di mana-mana dan salah satunya ada di Washington.

David seperti penyedot perhatian saat turun ke lobby hotel miliknya, semua orang menatap ke arahnya. Banyak yang memuji ketampanan dan kesexy-an David. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang berandai menjadi pasangan seorang David Martinez.

Supir itu membuka pintu mobil dan menyerahkan kuncinya pada David karena David menolak diantar supir. Bugatti veyro vitesse le diamant noir berwarna hitam dengan kap mobil terbuka milik David melaju dengan cepat meninggalkan hotel. Saat bugatti david tidak lagi terlihat, barulah pandangan semua pasang mata yang ada di hotel itu teralihkan.

 Saat bugatti david tidak lagi terlihat, barulah pandangan semua pasang mata yang ada di hotel itu teralihkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kurang dari sepuluh menit, David sampai di mansionnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kurang dari sepuluh menit, David sampai di mansionnya. Semua maid berbaris di sepanjang jalan menuju pintu masuk mansion saat David turun dari bugatti hitam miliknya.

"Selamat datang, Tuan" semua maid berucap sembari membungkukkan badannya saat David berjalan masuk ke dalam mansionnya.

"Kau langsung ke hotelmu dan baru pulang setelah tujuh jam, David." David berhenti melangkah dan menyerahkan jas hitamnya kepada seorang wanita yang seumuran dengan ibunya yang baru saja berucap kepada David.

"Hotelku membutuhkanku, Lidya". David melonggarkan dasinya. Lidya adalah pengasuhnya ketika David masih bayi. Kemanapun David pergi, dia selalu membawa Lidya. Suami Lidya telah meninggal dan anaknya bekerja di hotel milik David yang ada di Washington.

"Apa dua ratus orang tidak cukup untuk mengurusi hotelmu?" Lidya mencibir sedangkan David hanya tersenyum tipis menanggapi cibiran Lidya.

"Aku harus turun tangan, Lidya"

"Kau memang gila kerja. Oh ya, apa kau bertemu dengan Chad?" tanya Lidya.

"Anakmu itu baik-baik saja. Aku sudah menyampaikan salammu padanya." David terdiam sebentar dan melihat jam yang ada di mansionnya, pukul lima sore.

"Aku ingin istirahat, bangunkan aku satu setengah jam kemudian." David menaiki tangga menuju kamarnya. "David, kau bahkan belum makan sejak pesawat mendarat pagi tadi!" Lidya meneriaki David membuat langkah David terhenti dan berbalik.

"Aku sudah makan di hotel dan kau tidak perlu memasak untuk makan malam, aku ada pertemuan pukul tujuh" setelah mengucapkan hal itu David melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam kamarnya sedangkan Lidya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melih...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku sudah makan di hotel dan kau tidak perlu memasak untuk makan malam, aku ada pertemuan pukul tujuh" setelah mengucapkan hal itu David melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam kamarnya sedangkan Lidya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah David. Semenjak Melinda meninggal, David berubah. Mata Lidya beralih ke arah panggung mini yang ada di mansion besar itu. Di sana ada sebuah alat musik, bukan piano yang kebanyakan orang simpan di rumah tapi sebuah cello.

TBC

THE JERK's TONEWhere stories live. Discover now