Bagian 4

119 10 0
                                    

Reyhan menghampiri Eriska, tangannya terulur untuk membantu.

"Gue bisa sendiri ko." Kata Eriska kepada Reyhan.

"Jangan bawel dah. Sini gue bawain." Kata Reyhan sambil mengambil sebagian besar bawaan Eriska.

Alifa mengamati,

Perkenalan awal Reyhan ramah dengannya tetapi hari ini lelaki itu tampak datar.

Alifa melanjutkan jajannya.

Tanpa sadar, Alifa duduk disamping Reyhan.

Matanya melotot, ia pikir itu Eriska.

Ia ingin pergi ke dekat Eriska tapi ia urungkan.

"Reyhan" kata Verdy.

"Hm?"

"Hari ini ada jadwal engga?" mulutnya penuh makanan.

"Engga ada." Reyhan fokus pada makanannya.

Setelah semua sudah menyelesaikan makanannya.

"Gue duluan ya, ayo Alifa." Eriska berdiri.

"Mau kemana? Kan belum bel. Disini aja." kata Reyhan.

"Enggapapa, ayo Alifa." ajak Eriska.

"Duluan ya," kata Alifa.

Eriska dan Alifa berjalan menjauh

"Kita engga papa pergi duluan?" Tanya Alifa.

"Engga papa, gua ngeliat lu engga nyaman banget tadi, makanya gua ajak pergi,"

Eriska sangat peka.

"Maaf ya, temen-temen gue emang kalo sama orang baru udah kayak temen lama." Eriska tertawa kecil.

"Enggapapa ko."

"Gue mau nanya deh kenapa lu kalo sama gua dan temen-temen gue kelihatan canggung?"

Mereka sampai di depan balkon kelas.

"Gue engga biasa sama orang baru pasti canggung, dan lu itu artis yang dateng ke sekolah biasa, disaat ada orang yang dekat sama kalian pasti ada aja yang engga suka," kata Alifa.

"Kita itu engga pernah pilih-pilih teman dan engga ada maksud untuk membuat lu untuk di 'benci' sama orang orang,"

"Iya gua tau,"

"Sebelumnya lu udah denger Wyver?" Tanya Eriska.

"Udah, cuman gua engga begitu ngikutin kalian," jawab Alifa.

Eriska mengangguk.

"Reyhan dingin banget sama lu?" Tanya Eriska ragu.

Alifa tersenyum sebagai jawaban.

"Sebenernya Reyhan itu orangnya baik, seru, romantis, humoris lagi dan peduli banget. Kalau dia lagi ada masalah emang kayak gitu jadi dingin,"

Alifa membulatkan bibirnya.

"Reyhan itu leader paling top menurut gua. Sekalinya dia ngomong, pasti Wyver pasti nurut,"

"Humorisnya belum percaya," Alifa terkekeh kecil.

Eriska tertawa.

"Kalau kita lagi pada ngumpul terus tiba tiba Reyhan engga dateng, pada bubar,"

Alifa berpikir, Reyhan sosok yang sangat diandalkan untuk Wyver, ia mengatur dan berusaha membangun kekompakan timnya.

---

Alifa membereskan buku-buku.

"Alifa, main yuk." Eriska menghampiri Alifa.

"Main kemana?"

"ERISKA..." seseorang berteriak.

Wyver masuk ke dalam kelas.

"Ayo jadi engga?" Reyhan duduk di meja dekat Alifa.

"Jadi, tapi gue ajak Alifa ya." sahut Eriska.

"Yaudah, Alifa mau ikut?" kata Reyhan.

"Engga, gue pulang aja. Gue duluan ya." Alifa berjalan melewati tetapi Verdy menghadang.

"Engga sopan banget ninggalin orang banyak yang lagi nungguin lo. Emangnya kenapa si? ko lu selalu berusaha menghindar dari kita. Takut? Kita kan Cuma mau bertemen sama lu."

Reyhan mengalihkan matanya.

"Udah Alifa ikut ajah. Kalo lu di bully tinggal panggil Wendy, Verdy atau engga Reyhan, iya engga Rey?" Riyola menyikut Reyhan.

"Yaudah yuk ke mobil." Reyhan sedikit kesal karena Alifa menolak ajakannya.

Lelaki itu berjalan ke parkiran.

"Ayo," Eriska memegang tangan Alifa dan mengajak ia keluar.

Seperti biasa banyak sekali yang memperhatikan mereka menatap sinis ke arah Alifa.

"Kita mau kemana?" tanya Alifa kepada Eriska ditengah perjalanan.
"Kita mau ke Basecamp Wyver." sambung Wendy.
"Yehh.. nyambung ajah lu kayak tiang tembok." tangan Eriska menoyol kepala Wendy.
"Dari pada lu tiang botol." Balas Wendy .

Alifa sudah mulai menikmati perbincangan bersama mereka.

"Sudah sampe?"

"Udah, masuk yuk." Kata Eriska.

"Gue di luar dulu, nanti gue masuk." Kata Alifa.

Semua orang masuk kedalam, sementara Alifa menikmati pemandangan gunung.

"Dingin disini, masuk yuk." ajak Verdy

"Masih pengen disini. Pemandanganya bagus banget." Alifa menghembuskan napas sejuk.

"Iya, emang bangus banget disini. Makanya kita milih tempat ini buat jadi tongkrongan."

"Coba ajak bibi kesini pasti seneng," kata Alifa.

Verdy menengok ke arah Alifa.

"Bibi?" Tanya Verdy. Alifa mengangguk.

"Gua kira orang tua,"

"Gue engga butuh orang tua. Gue cuman butuh bibi. Selama orang tua engga ada, cuman bibi yang ada disamping gue, Saat gue sedih, bahagia, terpuruk, dan dalam keadaan apapun selalu bibi gue yang nemenin gue." Alifa tersenyum kecut.

Verdy menatap Alifa keluh, mendengar itu, membuat Verdy berpikir inilah hambatan terbesar.

Alifa membenci orang tua nya.

"Alifa, Verdy masuk, dingin banget diluar. Di dalam udah disiapin makanan." Wendy dari kejauhan.

mata Alifa berkeliling, mulutnya terbuka, bener-bener basecamp idaman.

Ada berbagai macam alat music, karoke, playstation, televisi, sampai kasur pun ada.

ALIFA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang