Bab 4 : Pameran Buku

7.4K 321 11
                                    


"Lama....hati ingin berkata

Lama....hati memaki ku tak punya nyali

Kepada dia yang slalu....

Memeluk hati dan rinduu....

Tuhan mengapa, hati tak sejalan

Dengan senyali tuk katakan cinta

Kepada dia yang kucinta...." Hati vs Nyali - Teuku Rizky Cjr

Suara Anesha mengalun lembut bersama petikan gitar yang ia mainkan. Matanya menerawang. Menatap langit-langit kamarnya yang terang. Tok tok tok... suara pintu diketuk, Anesha melihat kakaknya bersandar di ambang pintu.

"Melamun aja lo dek." ucap Rei kepada Anesha yang tersenyum.

"Tumben nyanyi, suara lo bagus." puji Rei sembari memasuki kamar adiknya.

"Nggak juga kok. Udah lama nggak latihan soalnya." balas Anesha sejenak kemudian.

"Hm, iya ya. Semenjak kejadian itu kan?" tanya Rei sambil duduk di samping Anesha.

"Yah, gitu deh." jawab Anesha mengangkat bahu. Rei merebahkan badannya di kasur.

"Uwah, empuk, jadi ngantuk nih,"ujarnya pelan.

"Eeh, nggak! Gue nggak mau gotong lo sampe kamar ya kak! Tidur di kamar sendiri sana!" seru Anesha menatap Rei tajam.

"Alah, bentar doang kok!" kilah Rei lalu mengambil guling dan memeluknya. Anesha menghela napas. Ia membiarkan kakaknya tiduran. Dia tahu kakaknya itu juga pasti lelah kuliah seharian.

"Nesh," panggil Rei tidak jelas, karena mulutnya tertutup guling.

"Hm..."

"Lo, ngerasa terbebani nggak sih sama peraturan mama?" tanya Rei beranjak bangun. Anesha mengangkat alisnya.

"Ya terbebanilah. Capek tau, disuruh belajar terus."

"Yang sabar ya dek. Cobaan anak SMA tuh ya gitu."

"Emang lo dulu juga di suruh belajar keras kayak begini ya kak?" tanya Anesha heran.

"Lebih parah kali!" jawab Rei meninggikan suaranya.

"Masa?"

"Lo bayangin aja, les di lima bimbel, setiap hari! Pr sejagat, eskul basket, badminton, ngelukis, musik, bahasa inggris, belum lagi latihan soal di rumah and pelajaran tambahan di sekolah. Coba pikir deh, nih otak lama-lama meledak nggak sih?" cerocos Rei tanpa jeda. Anesha menatap prihatin kakaknya yang ternyata senasib sama dengannya.

"Tapi, gue beruntung juga sih bisa masuk universitas terbaik dan jurusan yang gue suka, hehe..." lanjut Rei setelah menarik napas.

"Selalu ada buah yang manis di balik penanaman yang susah. Ye kan?" ujar Anesha tersenyum simpul. Rei tertawa kecil. Ia mengacak-acak rambut adik perempuannya.

"Iih, paan sih kak!" seru Anesha merapikan rambutnya yang kusut.

"Hahaha, udah ah. Kakak bobok ganteng dulu ya. Bayy!" pamit Rei melambaikan tangannya manja. Anesha bergidik ngeri.

"Alaay kaaak! Jijay woi!" seru Anesha melempari Rei bantal sampai Rei keluar dari kamarnya dengan lari terbirit-birit.

Anesha menggeleng tak percaya melihat tingkah kakaknya yang masih seperti anak kecil. Ia mengalihkan pandangan pada layar handphone di samping tubuhnya.

1 message from Aline

Tak seperti biasanya Aline menghubunginya lebih dulu. Aline biasanya langsung membahas di group chat daripada chat pribadi.

Anggara ✔ Where stories live. Discover now