10 - Hari H semakin dekat

22.5K 1.7K 16
                                    

Kiran tertawa terbahak bahak saat scramble diatas teflonnya berantakan saat di hentakkan ke atas. Sergio yang sedang menggulung shushi hanya geleng geleng kepala.

"Sudah mau nikah kok belum bisa masak," seloroh Sergio.

Kiran melirik dengan dua pipinya menggembung, ia tidak terima dengan ledekan yang di lontarkan oleh Sergio.

"Ini semua karena saya dilamar langsung terus dinikahi pak. Kalo ndak, saya gak mungkinlah menikah muda," kata Kiran membela diri.

"Melihatmu bapak setuju dengan calon suamimu. Jaman sekarang sudah edan. Di negara bapak banyak anak anak lahir di luar nikah karena banyak pasangan yang tinggal serumah tanpa menikah," terang Sergio.

"Kumpul kebo maksudnya, Pak," kata Kiran sambil mencomot shushi yang baru dipotong Sergio.

Sergio memandang gadis di depannya dengan rasa heran karena sedari tadi sibuk mencicipi makanan.

"Sepertinya tak perlu memberi hiasan diatas masakan kita. Kita letakkan di piring terus kita nikmati makan siang kita," kata Sergio memutuskan

Kiran mengangkat dua jempolnya dengan pipi menggembung sambil tersenyum .

***

Bima dan Bram menyumpah serapah setelah tahu mobil box segera melaju sesaat setelah dua anak buah Bima menodongkan pistolnya. Keduanya segera keluar dan segera masuk ke dalam mobil untuk melakukan pengejaran. Bima meraih HTnya.

"Bagaimana TKP?" tanya Bima melalui HT yang di genggamnya.

"......"

"Ok. Selidiki rumah itu," perintah Bima.

"....."

Mobil di pacu dengan kecepatan tinggi untuk mengejar mobil box yang berada di depannya. Tiba-tiba pintu belakang mobil box terbuka dan terdapat seorang pria nekat berdiri dengan bazooka lalu meledakkan pelurunya hingga

"BOOM.."

***

Bima membanting setir ke kanan saat melihat arah bazooka tertuju pada mobilnya. Sedetik setelah bazooka memuntahkan pelurunya, truk tronton di belakang mobil Bima meledak. Bram yang memegang pistol segera menembakkan pistolnya beberapa kali dan satu kalinya mengenai bahu kanan pria yang masih memegang bazooka, bazooka terarah keatas dan menyemburkan satu isinya.Sedetik kemudian tiang listrik di pinggir jalan meledak lalu roboh tepat di depan mobil Bima. Bima menghentikan laju kendaraannya lalu mundur beberapa meter kemudian ia membelokkan arah kemudi untuk melanjutkan aksi kejar kejarannya.

Kejar kejaran berpindah ke jalan tol yang cukup lengang. Baik mobil box maupun mobil Bima seperti melakukan balapan hingga mobil Bima jauh di depan mobil box dan memutar kemudinya hingga berputar menghadap mobil box dan memacunya menantang adu keberanian dan kenekatan dengan mobil box di depannya.

Pengendara mobil box yang tak lain buronan yang dicari Bima terperangah namun tetap memacu mobilnya ke depan. Kedua pengemudi mobil itu yang tak lain Bima dan Santiago sedang benar-benar menguji keberaniannya hingga saat kedua moncong mobil hampir berciuman, Santiago membanting setirnya ke kanan lalu menabrak pagar pembatas jalan sebelum terlempar berputar membalik mobil dengan empat rodanya yang kini berada di atas.

Bram menghela nafas lega setelah tahu keduanya selamat. Dalam hati Bram mengumpat kenekatan sahabatnya yang kini sudah keluar mobil dan berlari menyeberang jalan untuk menjemput pria yang telah membuatnya pusing kepala.

Bima berlari menuju mobil box yang terbalik dan segera menjemput Santiago yang terluka akibat kecelakaan yang dialaminya. Bima membantu Santiago keluar dari mobil dengan membuka seatbelt dan menarik tubuh Santiago hingga tubuh pria itu benar benar keluar.

Bima membaringkan tubuh Santiago yang terluka cukup parah dan memeriksanya. Sementara itu Bram memeriksa mobil box yang terisi senjata api yang ditimbun dibawah makanan. Bram tersenyum senang dengan hasil buruannya yang ia yakini kasus berhasil ditutup.

***


Kiran dan keluarga melakukan malam midodareni atau acara siraman. Acara dilaksanakan dengan sangat khidmat dan penuh haru. Kiran yang biasanya cenderung penuh emosi dan ekspresif terlihat sangat tenang saat prosesi acara. Satu demi satu acara dilewati hingga selesai dan para tamu undangan acara yang merupakan tetangga kanan kiri akhirnya pulang sambil membawa bingkisan ditangan.

Selepas acara midodareni, seluruh keluarga besar Joko yakni saudara kembar identiknya Jaka Saputra dan 3 putri kembarnya Rara, Rere dan Riri serta keluarga besar dari Hikari yakni orangtua dan adik kembarnya Takeru Yamada yang baru saja kembali dari Amerika. Ia bersama istrinya Diane yang merupakan wanita asli Amerika dan 2 anak kembarnya Steven dan Satsuki. Seluruh keluarga duduk di dojo yang disulap menjadi ruang makan besar lengkap dengan makanan aneka rupa.

Satoru tersenyum tipis melihat cucu perempuan satu- satunya itu duduk tenang. Satoru sadar betul seorang calon pengantin selalu mengalami semacam baby blues beberapa hari sebelum pernikahannya termasuk cucunya.

"Kiran tenang saja. Bima pria baik, kakek sudah melihat auranya. Bima memiliki aura air yang bisa meredammu yang memiliki aura api," kata Satoru berusaha menenangkan hati Kiran.

"Kakek, bagaimana kalo pernikahan ini gagal. Aish, aku kok jadi ragu ragu. Ibu, bagaimana kalo pernikahan ini kita tunda," pekik Kiran setengah panik.

Hikari memicingkan mata, tak menyangka anak gadisnya yang awal- awal begitu bersemangat kini malah mundur di malam sebelum pernikahannya.

"Coba saja kalo kamu tidak jadi menikah dengan Bima. Ibu akan membuatmu sengsara seumur hidup," ancam Hikari penuh penekanan.

"Ibu ini bagaimana sih. Ibu, bagaimana kalo mas Bima itu seorang gangster seperti mas Bram. Oh, seingatku uncle Takeru juga sering ngilang pasti juga punya pekerjaan seperti mas Bram bahkan kakek mantan Yakuza. Ibu, aku maunya menikah dengan orang baik baik seperti ayah dan Pakde Jaka," rengek Kiran.

Rara yang paling dewasa diantara saudaranya tersenyum berusaha meredam rasa ragu saudaranya.

"Wajar kalo calon pengantin wanita jadi gugup sepertimu. Meski mbak Rara belum melihat calon pengantin prianya tapi kalo kakek Satoru sudah mengatakan kalo Bima orang baik, berarti dia memang orang baik. Ehm, daripada mikir macam-macam kita pesta piyama buat pesta bachelorete gimana?" usul Rara.

Kiran menggerakkan kepalanya lalu tersenyum, dua tangannya di tangkupkan dan pandangannya menerawang membayangkan keseruan acara yang di usulkan oleh sepupunya.

"Ide bagus mbak. Bagaimana kalo kita perang bantal nanti. Wow, pasti seru sekali," ucap Kiran bersemangat.

Steven yang notabene mahasiswa super playboy tersenyum, ia membayangkan bagaimana keempat perempuan seksi bermain perang bantal di dalam sebuah kamar.

"Aku ikut ya. Tapi, daripada piyama bagaimana kalo pake lingerie. Tubuh kalian berempat sangat seksi," celetuk Steven yang langsung kena lemparan jeruk dari ayahnya.

"Kamu sekarang bukan di Amerika. Jaga mulutmu, disini kita harus menjaga tatakrama," nasehat Takeru.

"Bram dimana sekarang? Aku ada perlu sama dia," tanya Takeru.

"Uncle jangan bikin onar disini ya. Pokoknya selama disini uncle tidak boleh macam macam sama mas Bram," ucap Kiran penuh penekanan.

Satsuki terkekeh geli mendengar sepupu perempuan satu satunya yang masih saja berpikir daddy dan Bram sepupunya seorang gangster.

"Key, kamu masih berpikir kalo..." Satsuki berhenti karena Takeru mengkodenya untuk diam.

"Kamu Satsu dan Steve, jangan pernah mengikuti jejak uncle. Ber ba ha ya," kata Kiran mengingatkan.

Jaka menatap Joko saudaranya penuh tanda tanya, namun Joko yang tahu rahasia keluarga istri yang kini menjadi keluarganya mengedikkan bahu. Joko memang harus menutup rapat profesi yang digeluti hampir seluruh keluarga Hikari bahkan putranya sendiri demi menjaga kode etik profesi mereka dan juga demi keselamatan keluarganya.


HE IS MY HUSBANDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora