Chapter 3: Grey Eyes (Zayn)

226 22 0
                                    

Hiii! It's me again! 

Bailee Madison as Zanna Malik on multimedia <3

“Where do we go, dad?” Tanya Zanna dengan semangat. “I don’t know. I just want to go out with you. Bukankah kita jarang bepergian berdua seperti ini?” Tanya Zayn sembari tersenyum kearah putrinya. Selain itu, Zayn harus menerima bahwa putri pertamanya itu sangat suka berpetualangan, kemanapun itu.

“Dad, kapan kau akan membawaku bertemu teman-temanmu? Bukankah waktu itu kau menjanjikan itu?” Tanya Zanna kemudian. Zayn tersenyum menanggapinya. “Zanna, aku berjanji akan membawamu bertemu mereka, tetapi setelah kau bisa mengendalikan rasa hausmu.”

Oh, Zanna dan Carrie sepenuhnya mengerti kewajiban ayahnya untuk berkeliling dunia bersama keempat teman idiotnya. Hanya saja mereka semua tidak akan pernah mengerti bahwa Zayn sudah memiliki anak yang terlihat normal. “But you know you have to keep your promises, right, dad?” Tanya Zanna. “Tentu.” Zayn tersenyum sembari mengelus rambut Zanna.

“Oh ya, apa benar di hutan ada banyak binatang buas?” Zanna kembali membuka pembicaraan—tidak, itu sifat alami Zanna yang selalu ingin tahu. “Dari mana kau tahu?” Tanya Zayn sembari mengerutkan dahinya. Sementara Zanna hanya mengangkat bahu sebelum menjawab. “Entahlah, Jack yang bilang seperti itu. Kemarin saat kami—aku, Carrie, Jack, dan Josette—hendak berjalan ke puncak tebing, Jack melarang kami mendekati hutan karena Kim berkata seperti itu.”

“Tunggu, kau bilang puncak tebing? Zanna, apa yang kau lakukan disana? Tidakkah kau tahu disana bahaya?” Zanna memutar matanya sembari mendesah kesal, ayah pasti akan memarahiku dan berbicara tentang bahaya ini itu.

“Ayah, kami hanya ke puncak tebing! It was fun and I didn’t see any trouble there, I swear it. Hutan sepertinya.. baik-baik saja.” Zanna membela diri. “Anyway, bukankah kita adalah makhluk yang paling buas diantara semua binatang buas?” Ia menggunakan kalimat Josette sebagai alasannya. Zayn terkekeh melihat bagaimana keras kepalanya Zanna, ternyata Anna benar, Zanna memang benar-benar sepertiku.

“Zanna, ayah tahu kau suka berpetualang. Itu memang baik untukmu agar bisa bersosialisasi dengan manusia, tetapi ayah tetap ingin kau mematuhi batas-batas wilayah mana yang boleh kau lewati dan yang tidak boleh kau lewati.” Zanna memutar matanya, benar kan? Ayah sangat menyebalkan jika sudah seperti ini. “Hey, aku mendengar pikiranmu, nona kecil.” Zayn menjitak halus kepala Zanna. Putrinya hanya mendengus dan memberengut.

“Hey, sudahlah. Kau mau pergi keluar dari hutan ini bersama ayah?” Tanya Zayn sebagai pengalih topik. “Benarkah? Ayah mengijinkan?” Sebuah senyuman khas Zanna yang sangat mirip sekali dengan Anna segera menghiasi wajah gadis berambut hitam itu. “Ya, tentu saja.”

“Where do we go?” Tanya Zayn dengan senyuman penuh. “London? You and mom always talked about London.” Zanna mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum. Nada berbicaranya yang semangat membuat Zayn ikut bersemangat. “Okay, take my hand.” Zayn menengadahkan tangan yang segera disambut oleh putrinya.

But instead of running as fast as he can to get to London, he looks upon the trees and see a pair of grey eyes are watching them.

 

 

 

 

•••

So how was the sequel going so far? Any suggest or critics? Tell me about it! <3

Can I get AT LEAST 15++ VOMMENTS for the next chapter? The next chap is depends on your FEEDBACKS. And please COMMENT! I want to know your opinion <3

My Immortal [Sequel to: Behind the Eyes] (Discontinued)Where stories live. Discover now