"Jangan beri aku jawaban itu." Sergah Kyungsoo. "Aku bertanya kau ini apa?"
"Aku adalah seperti apa yang kau lihat dan yang kau pikirkan." Jawabnya santai.
"Malaikat bersayap hitam? Malaikat kematian?"
"Kau bisa melihat sayapku?" Chanyeol justru bertanya dengan pandangan heran.
Yang membuat Kyungsoo bingung. "Tidak."
"Tentu saja tidak." Sela Chanyeol. Yang memunculkan tanya pada Kyungsoo saat nada suaranya menyisakan isyarat kelegaaan. Namun Kyungsoo menahan diri untuk mempertanyakan...
...sebelum Chanyeol memberi alasan "Karena hanya manusia yang berada dalam ambang kematian yang bisa melihat sayapku."
Kyungsoo terdiam. Apa ia harus merasa senang karena tidak bisa melihat sayapnya? Namun kemudian keningnya bertaut. "Lantas untuk apa kau mendatangiku?"
"Sudah jelas aku datang tidak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang takdirmu." Chanyeol menunduk menatap padanya.
"Lalu?" Cerca Kyungsoo.
"Melihat keputusanmu. Hanya itu."
"Memangnya apa hubungannya keputusanku denganmu?" Tuntut Kyungsoo, nada suara berubah sengit menggambarkan kefrustasiannya.
"Apa itu pertanyaan terakhirmu?"
Namun Kyungsoo diam terpaku saat tiba-tiba sorot mata gelap itu menatapnya tajam mengintimidasi.
"Kuberi kesempatan untuk menanyakan satu pertanyaan terakhir, dan aku akan menjawabnya." Ujar Chanyeol.
Kyungsoo berpikir. Pertanyaan terakhir? Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya namun ia harus memilih satu pertanyaan yang bisa menjelaskan tentang semua yang membingungkan.
"Jangan membuatku menunggu." Sela Chanyeol seolah ia dikejar waktu.
Kyungsoo masih terdiam. Apa yang harus ia tanyakan?
"Kalau kau tidak memilikinya, aku akan pergi." Chanyeol berdiri dari posisinya,
"Tunggu." Cegah Kyungsoo, selagi ia juga berdiri dari duduknya. "Benang merah, dikatakan bahwa benang merah pengikat takdir tidak akan pernah bisa putus, lalu kenapa aku memiliki gunting hitam itu?" Tanya Kyungsoo akhirnya, meskipun ia pikir itu bukanlah pertanyaan terbaik.
Chanyeol beranjak mendekatinya, di saat bersamaan bulu-bulu hitam berjatuhan dari tubuh tingginya. Pemandangan itu masih menimbulkan rasa takut sehingga Kyungsoo mundur satu langkah lalu terhenti saat kaki membentur kaki kursi di belakangnya.
"Hanya sedikit manusia yang bisa melihat benang merah pengikat takdir, dan yang memiliki gunting hitam pemotong benang merah hanyalah mereka yang istimewa," Jelas Chanyeol selagi berdiri di hadapan Kyungsoo, memperhatikan sosok mungilnya saat meninggalkan kalimatnya menggantung, sebelum melanjutkan, "...istimewa karena mereka berdosa, atau istimewa karena mereka hidup dalam kebaikan. Gunting itu bisa berarti anugerah, namun juga berarti kutukan, kau akan menemukan jawabannya setelah kau memutuskan pilihan mana yang kau ambil. Kalau kau memilih untuk tidak menggunakannya, maka gunting itu akan lenyap dengan sendirinya. Walaupun begitu, gunting itu tidak bisa memotong benang merah orang lain kecuali benang merah dari pemilik gunting itu sendiri."
Lalu ia berada dalam kategori istimewa yang mana? Hal buruk? Atau hal baik? Ia seperti berdiri di arena perjudian yang menggantungkan hidup dalam putaran dadu, menebak-nebak menerka-nerka sesuatu yang abu-abu.
"Aku sudah memberitahu apa yang seharusnya tidak kuberitahu, dan tiga hari yang lalu aku sudah memberitahu apa yang harus kau lakukan. Mungkin seharusnya aku tidak mencampuri kehidupanmu di sini." Suara Chanyeol berubah sendu sembari menatap Kyungsoo dengan pandangan terluka seperti seseorang yang tengah menanggung derita. "Jangan lupa bahwa setiap pertemuan dan perpisahan memiliki alasan."
YOU ARE READING
Red VOID [ Kaisoo ]
Fanfiction[ KaiSoo ] Menurut mitologi, benang merah tak terlihat menghubungkan mereka yang ditakdirkan untuk bertemu, terlepas dari waktu, tempat, dan keadaan. Benang merah dapat meregang atau kusut, namun tak akan pernah bisa putus. Profesor Kim hanyalah ora...
CH6/Part 5 - For a While
Start from the beginning
![Red VOID [ Kaisoo ]](https://img.wattpad.com/cover/110899759-64-k649812.jpg)