[8] Untold Secret

328 37 1
                                    

Tsukasa membenahi lengan kemeja putihnya dan memperbaiki kancing lengannya dengan rapi. Ia beranjak dari tempatnya, berjalan kearah sofa dimana jas miliknya berada.

"Seharusnya pengobatanmu harus dilanjutkan selama 1 minggu penuh ini Tsukasa-san."

"Muridku tidak akan mau selama itu menunggu. Lagipula aku tidak ingin membuat Rena lebih khawatir daripada sekarang," Tsukasa hanya tertawa dan hendak mengambil jasnya, sebelum jas itu terlepas. Seolah tangannya tidak bisa menggenggam jas itu untuk ia kenakan, "tanganku licin..."

"Penyakitmu sudah menyebar cukup jauh. ALS bukanlah penyakit yang sederhana Tsukasa-san, syaraf di tanganku semakin lama akan berhenti perlahan fungsinya hingga akhirnya kau tidak akan bisa menggerakkan tanganmu," Tsukasa tidak begitu memperdulikan perkataan sang dokter saat ia mengenakan jasnya kembali.

"Tetapi tidak ada juga yang bisa dilakukan untuk menyembuhkannya bukan," Tsukasa tampak tersenyum menanggapinya. Mendapatkan jawaban itu, para dokter dan perawat disana hanya bisa diam sebelum keluar dari kamar Tsukasa meninggalkannya sendirian, "aku tidak peduli dengan apa yang terjadi pada tubuhku. Lagipula, lambat laun aku tidak akan bisa menggunakan tubuhku dengan normal. Tetapi, aku harus melindungi Rena dari apapun yang terjadi..."

"Kalau itu yang kau inginkan," Tsukasa tampak berbalik menatap kearah pintu masuk yang terbuka, "aku bisa membantumu..."

...

"Kau?"

.
.

"... i.. kasa-sensei... Tsukasa-sensei!"

Tsukasa tampak terkejut saat seseorang meneriakinya dan membuyarkannya dari lamunan. Ia menoleh kearah semua murid yang tampak menatapnya aneh dan juga beberapa menatapnya cemas.

"Ah, ada apa dengan tatapan kalian?"

"Hari ini seharusnya kita membuat apple pie dan kau malah berhenti menjelaskan setelah mengatakan untuk kami mengupas kulit apel sambil terus mengukir apel di tanganmu," Karma yang duduk di kursi tanpa apron tampak menjelaskan membuat Tsukasa menoleh pada Apel yang sudah berubah menjadi bentuk mawar.

...

"Ah, aku sedang mencoba membuat naga sepertinya," Tsukasa menggaruk kepala belakangnya dan membuat semua murid facepalm mendengarnya, "Karma-kun seharusnya kau pakai apron juga kan?"

"Malas."

"Nurufufu~ kau memang harus menaati peraturan sekolah Karma-kun~" dan saat suara terdengar adalah saat Korosensei sudah mengganti pakaian Karma dengan celemek bunga-bunga.

"Kenapa harus bunga-bunga," Karma menggerakkan pisau di tangannya untuk menebas Korosensei yang tampak menghindar.

"Kenapa kau ada disini Korosensei... dan kau, terlihat lebih cepat," Tsukasa tampak sweatdrop melihat bagaimana kecepatan dari Korosensei yang ada di depannya.

"Sebenarnya," Nagisa yang menjawab karena berada di barisan paling depan, "Okuda-san ditipu oleh Korosensei untuk membuat ramuan yang bisa membuat tubuhnya lebih cepat... kurasa efeknya masih ada."

"Ramuan?"

"Awalnya ingin meracuni Korosensei tetapi gagal dan malah membuat ramuan bersama..."

"Racun seperti apa?"

"Kalau tidak salah," Nagisa berpikir sambil bergumam.

"Sodium Hidroksida, Talium Asetat, dan Aqua Regia," Korosensei berada di belakang Tsukasa dan menjelaskan dengan wajah tenang, "kau yang sering bertemu kasus pembunuhan tentu tahu seberapa bahayanya tiga racun itu bukan? Okuda-san benar-benar hebat dalam membuat ketiga racun itu."

Her MaskWhere stories live. Discover now