[6] P.E Class

370 43 1
                                    

"Aku sudah menjelaskan tentang keadaan yang akan kau temui di kelas 3E saat nanti kau kembali masuk," Tsukasa bersama dengan dua agen dari department pertahanan duduk di ruang tamu rumah keluarga Takamasa, "kau harus merahasiakan apapun yang kau dengar dari kami dari murid-murid lainnya."

"Hee, aku tidak keberatan dengan itu sih," pemuda berambut merah itu tampak tersenyum lebar dan tampak tenang setelah salah satu agen memberitahu tentang tugas dan apa yang terjadi disana, "daripada itu, kenapa aku diikat seperti ini? Bukankah ini namanya kekerasan?"

Pemuda itu tampak dibiarkan duduk dengan kedua tangan diikat dengan tali meskipun berada didepan tubuhnya.

"Tidak, lagipula baru besok aku resmi menjadi guru. Kau yang melakukan perbuatan tidak senonoh pada adikku terlebih dahulu, makanya kuikat kau," Tsukasa tersenyum namun dengan aura gelap disekelilingnya membuat kedua agen lainnya tampak sweatdrop dibuatnya, "jadi, bagaimana?"

"Tetapi aku tidak yakin dengan senjata yang digunakan. Pisau karet seperti ini bisa membunuhnya?"

"Bahan dari pisau itu yang bisa. Tidak akan melukai kalian jika terkena, namun itu akan mematikan untuk gurita itu," Tsukasa tampak menjelaskan sambil melemparkan pisau kearah pemuda itu yang segera ditangkap olehnya, "ah, maaf~"

"Yah, aku tidak peduli dengan pisau ini bisa melukai atau tidak," meskipun tangannya terikat pemuda itu tampak senang memainkan pisau itu. Lalu, dengan kertas bergambar Korosensei didepannya, ia segera menancapkan pisau itu hingga tembus pada kertas tersebut, "tetapi, aku sangat menantikan saat dimana aku bisa membunuh seorang guru..."

.
.

Rena tampak mengayunkan pisau anti senseinya seirama dengan yang lainnya saat pelajaran olah raga berlangsung. Namun, pikirannya sepertinya terlalu berfokus pada apa yang terjadi kemarin. Bagaimana seorang pemuda seenaknya berada di kamarnya dan nyaris saja melakukan sesuatu yang tidak ingin ia bayangkan (menurutnya) jika saja kakaknya tidak datang tepat waktu.

'Siapa pemuda itu?! Kalau dia tamu kakak, berarti ada hubungannya dengan pembunuhan Korosensei? Tetapi,' wajahnya kembali memerah saat mengingat bagaimana pemuda itu berada di atasnya, dalam jarak yang cukup dekat untuk membuatnya bisa merasakan hembusan napas dari pemuda itu, 'akan kutanya nanti padanya...'

"Takamasa! Ayunanmu berhenti!" Lamunannya tampak buyar saat Karasuma membentaknya dan membuatnya tersentak. Ia tampak mengangguk cepat dan kembali berkonsentrasi dengan apa yang dikerjakannya.

"Jangan terlalu keras pada mereka Karasuma. Ini hari pertama kita mengajar bukan?" Di sisi lain Karasuma mengajar dengan tegas, Tsukasa tampak mengajarkan dengan lembut pada murid perempuan, "kau harus mensejajarkan sikumu saat mengayunkannya agar tidak cedera Touka-chan."

"Kalau kau memanjakan mereka, mereka tidak akan cepat belajar bodoh," Karasuma memandang kesal Tsukasa yang hanya tersenyum sambil menatap Karasuma, seolah tidak menganggap serius perkataan Tsukasa.

"Kalian berdua benar-benar bertentangan ya," Korosensei tampak menatap dengan tawa mengejek, "tetapi sama-sama pengajar yang bagus."

"Kurasa itu pujian."

"Kenapa kau masih ada disini? Sudah kubilang kau tidak boleh mendekat saat aku dan Tsukasa memberikan pelajaran olah raga," Karasuma memandang kesal Korosensei.

"Tetapi kalau begitu apa yang harus kulakukan Karasuma-sa--maksudku Karasuma-sensei?"

"Hm?" Tsukasa berpikir sambil bergumam pelan, "bagaimana kalau membuat istana pasir di pojok sana Korosensei?"

"Kau... kejam mengatakan itu sambil tersenyum Tsukasa-sensei..."

"Heee~?"

"Padahal pelajaran olah ragaku disukai oleh semua murid..."

Her MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang