BAB 17

1.3K 174 6
                                    

Zidane terkejut mendapati seorang perempuan sedang duduk dengan kaki yang diluruskan di dalam ruangan penyimpanan barang ini. Terlebih lagi, dia sepertinya mengenali cewek di depannya. Entah kenapa, wajahnya memang sudah tidak asing lagi.

Cowok itu semakin dibuat penasaran saat si cewek langsung beranjak begitu melihatnya, kemudian merapatkan tubuhnya ke tembok dengan tubuh gemetar ketakutan. Padahal, Zidane tidak melakukan apa pun lagi selain berdiri di depan pintu dengan tangan yang masih memegang knop. Tapi, cewek itu bersikap seolah-olah dia orang jahat.

"Kita pernah ketemu sebelumnya?" tanya Zidane pada saat itu.

Melihat cewek di depannya semakin gemetar, Zidane berusaha mengingat di mana dia pernah melihat atau bertemu dengannya.

Hanya butuh waktu beberapa saat untuk berpikir, Zidane langsung menjentikkan jarinya begitu dia sudah menemukan jawabannya. "Lo cewek yang gue liat di rumah Lintang," katanya.

Sepertinya memang dia. Zidane mungkin tidak yakin karena saat itu jaraknya dengan jendela kamar memang jauh. Tapi, gaun rumahan yang saat ini dikenakan cewek di depannya benar-benar sama dengan yang dia lihat kemarin.

"Kamu siapa?" tanya Sakura dengan suara gemetar.

Zidane memaku di tempatnya selama beberapa saat. Sepertinya, dia bukan hanya orang yang sama yang dilihat di rumah Lintang. Jika mendengar dari suaranya, sepertinya cewek ini juga yang menelepon Lintang waktu itu.

Meski ingatan manusia memang terkadang lemah, tapi Zidane yakin betul kalau mereka orang yang sama.

"Gue Zidane," ujarnya setelah beberapa saat kemudian. Cowok itu lalu melangkah mendekat, sementara cewek di depannya semakin merapatkan tubuhnya pada tembok.

Dia pernah memiliki teman yang bercita-cita ingin menjadi psikiater sejak kecil. Jadi, Zidane seringkali menjadi tempat informasi atas segala sumber yang disampaikan temannya itu. Dia memang tidak yakin kali ini, tapi sepertinya semua yang ditunjukkan cewek itu membawanya berpikir ke arah sana.

"Lo menderita Social Anxiety Disorder?" tanyanya begitu mereka berdua berhadapan.

---

"Dia menderita Social Anxiety Disorder, kan?"

Lintang semakin mengepalkan kedua tangannya dan tatapannya menunjukkan seolah-olah dia ingin membunuh Zidane hidup-hidup.

Sementara Zidane menyunggingkan senyum tipisnya. Hanya sepersekian detik. Karena setelah itu, dia memasang wajah menyebalkannya. "Sekarang, gue tau kenapa lo melindungi dia banget."

"Ya udah, sekarang lo udah tau, kan? Jadi, lepasin Sakura," Lintang menggeram.

Sakura tidak berani melakukan gerakan sekecil apa pun karena takut memancing perkelahian di antara keduanya. Dilihat dari tatapan Lintang, sepertinya Zidane memang bukan orang baik-baik. Dan, keduanya tampak tidak akrab satu sama lain. Mereka mungkin bukan teman.

"Oh, namanya Sakura."

Gerakan Zidane yang menganggukkan kepalanya perlahan semakin membuat Lintang terpancing emosi. Sangat berbanding terbalik dengan Zidane yang benar-benar santai. Sangat jelas kalau cowok itu berusaha membuat Lintang berada di luar kendalinya.

"Sakura, lo pilih gue atau Lintang?" tanya Zidane, sementara tangannya sibuk mengusap rambut Sakura yang halus. Dia sudah melepaskan rangkulannya, dan sekarang mereka berdiri berhadapan.

STAY: The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang