4. Perfect Love

10.7K 333 6
                                    

Wanita itu Eliza... Mau apa dia?
"Good morning... I've good news for you.." tanpa ragu2 Eliza menghampiriku dan duduk disampingku.
"Hei... Aku tak tahu angin apa yang membawamu kemari setelah sekian lama.. oh ya.. kenalkan ini istriku... Baby.. ini kenalkan." Aku menoleh pada Alinka yang menatap kami bingung.
"Alinka... Smith" Alinka mengulurkan tangannya, Eliza menyambutnya dengan malas malasan..
"Eliza Adora... Hmm Alinka bolehkah aku pinjam suamimu sebentar, ada hal pribadi yang ingin ku bahas dengannya."
Alinka menoleh padaku, aku menggeleng,"Apapun yang ingin kau sampaikan bicaralah.. aku tak ada yang kusembunyikan dari istriku." Kutekankan kata kusembunyikan sambil melirik Alinka yang menunduk padaku.
"Kau tak akan menyesal, apa yang kusampaikan tidak akan menyenangkan istrimu."
Aku rangkul bahu Alinka kukecup bibirnya sekilas, "Bicaralah cepat..kau menganggu kami."
"Baiklah.. aku ingin kau bertemu anak kita" Eliza berkata santai, aku menoleh.. berani benar dia batinku, kutatap Alinka matanya membulat kaget menatapku, ku belai bahunya lembut, kucoba menenangkan Alinka.
"Liza..jangan berdusta, setelah kita putus aku menyuruh seorang detektif mencarimu dan menyelidikimu." Kutatap mata Eliza tajam, kali ini matanya bergerak gugup, bibirnya bergetar saat berucap "Detektifmu salah, Alice anak kita"
Aku mendengus pelan, bangkit dari kursi dan menarik Alinka bangun.
"Sudah.. kau pergi saja, aku memang sangat menginginkan anak, tapi bukan darimu.. tapi dari istriku." Alinka menoleh menatap mata Eliza yang berair, langkahnya tertahan, ku hela bahunya mengikutiku, tiba tiba Eliza berdiri dihadapan kami, menghalangi langkahku.
"Aidan please... Listen to me... you've got to see her." Suaranya terlihat sangat putus asa. Aku menghentikan langkahku, "Eliza.. aku tahu saat kau meninggalkanku lari dengan bajingan itu kau tidak sedang hamil, jujurlah ada apa sebenarnya."
"Baiklah.. Alice bukan anakmu, dia anak David. Tapi aku selalu menunjukan fotomu pada Alice dan bilang kau ayahnya, sekarang Alice ada dirumah sakit, dia ingin bertemu ayahnya."
Alinka mengelus dadaku, menyentuh lembut tanganku,"Kau mau menemui Alice?"
Aku memandang Alinka, dibalik sikap kerasnya, Alinka mempunyai hati hati yang sangat lembut."Baiklah.. kau temani aku ya.."
Alinka menganguk.
"Liza.. kau pergilah dahulu, berikan aku alamat dan kamar rumah sakitnya, nanti aku dan Alinka kesana."
"Kita pergi bersama saja Aidan.. aku naik taksi kemari."
"Maaf tidak bisa, kalau begitu kau diantar sopirku saja." Cepat2 kubawa Alinka kekamar tanpa menoleh lagi pada Eliza, begitu pintu tertutup aku menunggu Alinka bertanya padaku, namun Alinka diam saja.
Aku hampiri dia kupeluk dari belakang, kukecup ujung rambutnya yang harum."Baby..hmmh aku..." Belum sempat aku meneruskan kata kataku Alinka mengecup bibirku lembut.."Semua orang punya masa lalu dear..akupun begitu.."
Hatiku sangat berbunga bunga, Alinka sangat sempurna bagiku, kukecup lembut bibirnya, ku hisap perlahan bibir bawahnya, dia mengalungkan lengannya padaku, kami berciuman dengan lembut dan dalam kunikmati bibir lembutnya, kuhisap lidahnya, ooh wanita ini benar2 sangat sempurna untukku, semoga dia memaafkanku jika aku menceritakan semuanya."

Kami menemui Alice, dia demam berdarah dan tanpaknya Eliza membutuhkan biaya.. hmm sudah kuduga sebelumnya, namun aku bingung kenapa dia harus datang padaku, bukan pada laki laki lain, atau pada ayahnya, setahuku ayahnya Eliza seorang kaya raya.
Hmmh perasaanku tidak enak, merasa ada yang tidak beres. Kutelepon asistenku, untuk mengetahui siap ayah dari Alice sesungguhnya, siapa David yang dimaksud.
Kami pergi dari rumah sakit setelah kutuliskan cek buat Eliza, kuancam dia supaya tidak mengangguku lagi.
"Eliza.. aku tidak tahu apa maksudmu tiba2 menemuiku, aku harap kau tidak menganggu hidupku lagi, kau harus berterimaksih pada Alinka, dia sangat baik padamu dan Alice." Kataku sambil mengulurkan cek.
Eliza menerima cek ku dan buru buru memasukan ke dompetnya, matanya berbinar melihat nominal yang kutuliskan.
"Baiklah.. aku akan menemui Alinka dan berterimaksih, apakah kau tidak ingin berduaan denganku, bermesraan seperti dulu" Eliza berusaha mengelus lenganku, aku menghindar.
"Kau tahu Liza.. dulu kau membuatku tergila gila dan hampir jadi gila saat kau pergi begitu saja dengan sahabatku, tapi Alinka adalah cinta sejatiku dan aku tidak akan membiarkan dia meninggalkanku, aku sangat mencintainya, jadi jangan mimpi aku tergoda denganmu, aku adalah laki laki pertama buatnya, dan dia bukan wanita genit dan mata duitan sepertimu, dia bahkan sangat menguntungkan buat perusahaanku. Jadi kau tidak ada apa apanya dibanding dia... Dan satu lagi.. untuk seorang perawan.. dia sangat hebat diranjang, dia tahu bagaimana memuaskanku.." ucapku sambil tersenyum, puas rasanya aku mencurahkan semua isi hatiku pada Eliza meninggalkan nya yang shock dengan perkataanku.
Alinka sudah menungguku dan aku segera membimbingnya ke mobil, bersentuhan dengan nya dan menatap matanya membuat hatiku bergetar, aku bergidik seandainya kemarin aku bodoh dan melepasnya, mungkin Alinka sudah meninggalkanku, dan tentunya ia akan pergi ke Australia dengan status janda, dan si Green sialan itu pasti akan mencuri hati Alinka yang sedang risau. Alinka menoleh padaku, menatapku bingung, "Sir... Kau kenapa? Boleh aku tahu?" suaranya yang lembut terdengar mendesah ditelingaku seperti ajakan bercinta bagiku.
Aku mendehem, menyembunyikan hasratku yang muncul tiba2 aku tidak mungkin mencumbunya dimobil, apalagi saat menyetir.
"Kita bicara di rumah ya...baby." kuelus pahanya sekilas. Alinka menganguk meski aku tahu dia belum puas dengan penjelasanku.

Tiba di rumah, Aku langsung membopong Alinka kekamar, dia menjerit kaget.. dan langsung mengalungkan lengannya keleherku.
Kurebahkan tubuhnya diranjang, kulucuti semua pakaian nya dan kuciumi setiap senti tubuhnya, Alinka mengelinjang dan mendesah nikmat, aku akan memberikannya kenikmatan. Kami bergulat dan bercumbu, saling memuaskan, Alinka benar benar sangat hebat, kadang ia begitu pasrah membuat gairahku tertantang, namub kadang dia begitu agresif membuat gairahku hampir meledak, akhirnya setelah Alinka mencapai puncak berkali kali, ku ajak dia mencapai puncak bersama...

Alinka melingkar dibawah ketiakku, tertidur kelelahan, rasanya hidupku begitu lengkap, Alinkaku sangat cantik, dia tak pernah memakai make up berlebihan, tubuhnya mungil rasanya begitu pas dalam pelukannya, rasanya seperti bermimpi mempunyai istri seperti Alinka begitu pengertian, cantik, lembut dan pintar, Aku memang banyak uang, tubuhku tinggi besar tapi aku bukan pria berwajah tampan, Sanders sepupu sialanku jauh lebih ganteng dan digandrungi banyak wanita. Aku tidak pandai merayu wanita, hatiku tertutup karena aku kecewa pada Eliza, aku sangat mencintainya dan memberikan semuanya, tiba2 dia selingkuh dan kabur dengan sahabatku Eric, kudengar Eric dicampakan 6 bulan kemudian, dan dia bersama David.

Alinka bergerak dalam pelukanku, suaranya menyadarkanku dari lamunanku, "Sir... How's Alice?"
"Hi baby, are you awake? Alice... Nothing serious I guess, hey wanna eat something honey?"
Alinka mengangguk, kepalanya bergeser ke atas lenganku, tangannya memeluk pinggangku,"Kita minta room service saja ya pada Sully.. aku ingin berduaan saja dikamar." Aku mengangguk, mengecup pipinya sekilas dan menginterkom Sully, menyuruhnya membawakan makan malam.
Alinka meletakan kepalanya didadaku,"Sir.. aku minta maaf soal kesepakatan dengan David Green, aku tidak bermaksud tidak memberitahukanmu, tapi saat aku mulai kesepakatan dengan Green and co, kau tak pernah mengacuhkanku, aku pikir kau tak akan perduli." Mata bulatnya menatapku.
"Aku mengerti.. I'm just too jealous baby.. aku hanya tak mau berpisah denganmu." Kubelai lembut rambutnya.
"Percayalah honey.. aku akan menjaga diriku baik2, honey.. kenapa dulu kau mengacuhkanku?"
Aku menghela nafas.. rasanya ini saat yang tepat untuk menceritakan semuanya.
"Aku akan mengatakan semuanya setelah kita makan, tapi kau harus jujur padaku, kau sering bertemu dengan Andrian? Untuk apa?" Kutatap tajam matanya, Alinka menghela nafas,"Andrian kan masih rekan bisnis kita Sir, kalau aku tidak pernah membicarakannya, alasannya sama dengan masalah kerjasama dengan Green and Co.
"Tapi Andrian itu mantan tunanganmu, kau hampir menikah dengannya kalo saja.."aku menghentikan ucapanku, Alinka menoleh padaku menunggu kelanjutan bicaraku, " mau apa dia besok menemuimu, ini bukan yang pertama kan.."
"Iya, kami ada kesepakatan, percayalah tak ada hubungan lain diluar kerja, aku ingin kau percaya padaku, seperti aku percaya padamu honey.."
Pembicaraan kami terpotong dengan ketukan Sully, membawakan makanan untuk kami. Rasanya nikmat makan dikamar, berduaan dengan Alinka, kadang2 dia menyuapiku dan mengelap ujung mulutku, aku memang makan terburu buru, aku ingin segera menghabiskan makan malam kami dan mengajak Alinka bercinta dikamar mandi, pasti menyenangkan.
Hayalanku terhenti saat handphone Alinka berbunyi, aku sempat melirik layarnya... Andrian..! Sialan mau apa laki laki itu malam2 menelepin istriku, "Hallo.. kenapa Dri.?
..........
"Baiklah.. besok jam 10."
..........
"Aku sedang makan dengan Aidan, ya.. see you"

Aku mendengus kesal, Alinka menoleh padaku
"Linka.. baby.. aku harap besok adalah pertemuanmu terakhir dengan Andrian, kau tau aku sangat pencemburu."
Aku menaruh piringku kesamping, rasanya nafsu makan ku hilang, memikirkan istrinya berduaan dengan mantan tunangannya.
"Aku tidak tahu kau sangat pencemburu sir.. dulu kau selalu dingin dan tak acuh padaku, sampai saat ini pun aku belum percaya kau mencintaiku."
Kuarahkan bahu Alinka sehingga menghadapku,"Aku bodoh Alinka.. aku takut pada perasaanku padamu, aku takut perasaan cintaku padamu akan menyiksaku. Aku trauma pada cinta."
"Kapan kau mulai jatuh cinta padaku..?"Alinka menatapku serius membuatku gugup..
"Oh baby.. bisakah kita tidak membahas ini?
Alinka merengut... "Tidak bisa, aku tidak mau bercinta lagi denganmu kalo aku tidak yakin dengan cintamu." Alinka menatapku serius sambil berlalu dari hadapanku.
"Linka.. baby..."
Alinka tidak memperdulikan panggilanku, dan menutup pintu kamar mandi.
"Baby.... Please open the door."
Tiba tiba terdengar teriakan Alinka dari dalam kamar mandi...

Tbc..

Love for Alinka (End)Where stories live. Discover now