8.Alinka my Endless Love

12.1K 398 20
                                    

Kulihat cahaya lampu dari Libary diujung tangga, ku melongok kedalam, pintunya tidak tertutup, kulihat Alinka sedang tercenung, ada sebuah buku terbuka dihadapanya. Kuhampiri Alinka perlahan, dia masih melamun tidak menyadari kehadiranku,"Baby...kau sedang apa." Bisikku sambil kusentuh lembut bahunya
Alinka terkaget, buku dipangkuannya terjatuh,"Aidan.. kau bangun..?" suaranya terdengar gugup
Kududuk disampingnya, kupeluk bahunya, "Kenapa kau disini, sudah berapa lama?"tanyaku.
"Aku tidak tahu, rasanya aku ingin sendiri." Alinka berbisik dan menundukan wajahnya.
"Kau ingin minum sesuatu? Atau makan mungkin? Tanyanya lagi, kali ini Alinka memandangku. Dia selalu perhatian padaku ," Baby. .. I love you so much..." Kataku sambil mengecup keningnya.
Aku bangkit dan menghampiri dispenser membuatkan hot chocolate untuk kami berdua, biarlah kali ini aku yang melayani istriku.
Alinka menyambut chocolate nya dan meneguknya sedikit. Wajahnya tampak risau.
Aku tahu, inilah saatnya aku jujur pada Alinka, toh dia sudah tau semuanya. Meski aku tidak tahu sebatas mana rahasiaku diketahui.
"Linka.. are you ready, to hear my confession?"
Linka menganguk, wajahnya mengarah padaku.
"Akulah yang secara tidak langsung membuatmu batal menikah dengan Andrian, dulu aku menarik semua sahamku dari perusahaan ayahnya Andrian, dan ayahnya kelabakan, sehingga Andrian harus melupakan pernikahannya denganmu dan menikahi Nesya, waktu itu Nesya hamil oleh pacarnya yang kemudian lari meninggalkannya, makanya oleh ayahnya Andrian dipaksa menikahi Nesya, dan sebagai gantinya, perusahaan Andrian diberi suntikan dana oleh ayah Nesya. Sayangnya Nesya adalah sahabatmu
sendiri kan."
Alinka menganguk,"Aku sudah tahu itu, sayang sekali Nesya harus keguguran, sehabis bertengkar dengan Andrian."
"Sejujurnya aku tidak menyesal menarik sahamku waktu itu, seandainya aku tidak menariknya, mungkin sekarang kau sudah menikah dengan Andrian
Bukan dengan ku. Kita memang berjodoh." Kataku setengah berbisik.
"Kau tidak tahu luka dan malu yang keluargaku alami saat itu, keluarga Andrian sama sekali tidak mau bertanggung jawab, aku sadar aku bukan keluarga kaya dan terpandang seperti mereka, sehingga begitu saja kami dicampakan dan dibiarkan menutupi aib sendiri, tanpa penjelasan apapun dari mereka, sejak itu aku berusaha mati matian menjadi orang sukses dan terpandang, sisa tabungan aku pakai untuk sekolah ke aussie, secara kebetulan aku menolong seorang ibu  yang ternyata dia adalah ibunya David, makanya aku bisa magang sebagai asistennya David ." Alinka bercerita, tampak kesedihan menggantung disana.
Aku mengangguk,"Aku minta maaf, saat itu aku tidak mengenalmu, aku hanya menarik sahamku karena papanya Andrian melanggar kesepakatan kami, aku tidak tahu imbasnya padamu dan keluargamu." Suaraku melembut, kuusap punggungnya perlahan.
Alinka menoleh padaku dan menatapku, tatapannya tak bisa ku mengerti. Alinka menghela nafas,"katakanlah Aidan.... apalagi yang belum kau ceritakan."
"Pertemuan kita dipesawat, itu bukan kebetulan, aku tertarik dengan email proposalmu, aku ingin tahu apakah itu karya originalmu, aku sengaja menyuruh karyawan dicounter maskapai memberimu diskon upgrade ke kelas bisnis, untungnya kau tertarik." Aku tersenyum mengingat kejadian itu, Alinka pun tersenyum dan menyahut,"Jika aku menolak upgrade apa yang akan kau lakukan?" "Aku terpaksa duduk dikelas ekonomi, disampingmu." Aku tersenyum merasa geli dengan tingkahku waktu itu.
"Apakah kau sering melakukan ini?" Alinka menatapku dengan penuh selidik.
"Hmm, ya beberapa kali tapi aku hanya menukar tempat duduk biasanya."
Alinka menganguk, sepertinya masih ada yang mengganjal hatinya.
"Soal pemecatanmu di kantor lama... Itu ulahku, karena kau begitu sombong menolak tawaran kerja di perusahaanku, aku mengancam bossmu."
Alinka menoleh dengan kaget, rasanya ini rahasia yang tidak dia ketahui, mulutnya terbuka, hmm kalau saja kita tidak sedang serius, aku sudah melumat habis bibirnya yang terbuka. Otakku seringkali memikirkan hal mesum saat berdua dengannya.
"Kenapa kau ingin aku dipecat? Bossku sangat baik padaku, kau mengancam dia apa? Tega sekali kau.." suara Alinka berlumur kekecewaan.
"Aku membutuhkan seorang asisten sepertimu, aku mengancam akan menghentikan kerjasama dengan bossmu, seharusnya kau senang bekerja denganku, aku menawarkan salary 5x lipat, dan karier serta kemampuanmu sangat berkembang di perusahaanku bukan?"
Alinka melengos, "kau tau gajiku memang 5x lebih besar, tapi waktu kerjaku lebih panjang, aku menjadi asisten seorang gila kerja yang kejam, tak mengenal waktu, dan pelit bicara."
Kurengkuh tubuhnya dan kukecup ubun ubunnya,"Sayang... Bisa kita sudahi dulu dan pindah ke kamar?"
Alinka menggeleng, "kita selesaikan malam ini ya"
Aku menghela nafas dan menganguk, juniorku harus bersabar sepertinya.
"Soal pernikahan kita.. apakah ada konspirasi lainnya?" Selidik Alinka
"Hmm.. ya, aku sengaja membuat kita kepergok oleh ibumu saat kita berciuman di kamar." Suaraku melemah, kulirik pelan wajah Alinka, Alinka mencengkram tanganku.
"Kau tahu... Sehabis kita kepergok, kakakku memarahiku habis habisan, mengatakan aku wanita murahan, ibuku menangis semalaman, dan Nesya selalu menyindirku dimanapun, caramu itu sangat kejam." Alinka mulai terisak, air matanya mengalir  perlahan,"Katakan semuanya, sebelum aku mengetahui dari orang lain, kau sangat kejam." Kata Alinka disela sela tangisnya, kurengkuh bahunya, kuelus rambutnya, Alinka menepis tanganku.
"Sayang... Maafkan aku, aku sangat egois, dan aku lelaki bodoh yang tidak tahu cara mendapatkanmu, aku begitu putus asa ingin memilikimu, please forgive me... don't hate me, please." Aku berlutut dihadapannya, menangkup wajahnya, mengusap airmatanya.
Tiba tiba Alinka berdiri,"Sir.. aku butuh waktu sendiri, memikirkan kembali pernikahan ini. Terlalu banyak kebohongan diantara kita, aku perlu waktu untuk mengetahui ketulusan cinta kita. Ijinkan aku pergi untuk berfikir, atau aku akan membencimu seumur hidupku."
Aku tersentak, aku sangat menyesali kenapa aku begitu egois, aku merasa lututku begitu lemas menyadari Alinka akan meninggalkanku, ingin rasanya aku mengunci Alinka dirumah, melarangnya pergi. Tapi itu semua akan membuat Alinka makin membenciku.
"Sayang... Kau mau kemana? Aku sangat mencintaimu, please don't hate me baby." Kerongkonganku tercekat, setitik air mataku mengalir.
Alinka memandangku,"Sir.. aku tidak tahu, apakah pernyataan cintamu adalah konspirasi lainnya? Aku tidak mau terjebak lagi, lusa aku akan kembali ke Aussie, selama aku disana sebaiknya kita tak perlu bicara."
"Alinka... Please... Aku tidak berdusta, aku sangat mencintaimu, percayalah." Kutatap matanya, kudaratkan ciumanku ke bibirnya, meski bibirnya kaku tak merespon, aku terus berusaha mengulumnya meluapkan cintaku padanya, Alinka tidak bergeming, perlahan ia mendorongku, pagutanku terlepas dan ia meninggalkanku sendirian. Hatiku sangat hancur.

Love for Alinka (End)Where stories live. Discover now