[II] Chapter 3: 403 Mind Error

4K 572 297
                                    

(Still standing for ChaeTae, anyone?)

Chaeryong

Ini memang bukan pertama kalinya aku melihat billiard, tapi ini bisa dibilang perdananya seorang Kim Chaeryong memegang stick sendiri dan mencoba untuk memasukkan bola.

Biar aku sederhanakan bahasanya. Well, this is the first time for Kim Chaeryong playing billiard.

Hm. Wait. Did I just called myself with Kim? Nampaknya otakku sedang sedikit bermasalah.

Maksudku tadi... Jung Chaeryong. Better I correct it myself, karena aku takut mungkin Bapak Kim Taehyung akan marah jika aku menggunakan namanya.

Sejak menerima ajakan dari Mami tanpa memberi alasan sepatah kata pun, aku pribadi tahu kalau hal seperti ini pasti terjadi.

But seriously, I didn't have any idea that it will turns out like this. Dengan Taehyung di belakangku, memegang tanganku dengan posisi kami yang sudah sama seperti kertas dan perekat.

Diriku, bertahanlah. Ini bukan apa-apa.

"Coba dorong bola yang birunya, Chae."

Suara Taehyung terdengar tepat di belakang telinga kananku, memberikan sensasi sengatan aneh yang...

Astaga. Aku benar-benar harus mengatur otakku.

Perlahan angin mulai menyelimuti lengan dan punggungku ketika Taehyung menjauhkan diri, memberikan keluasan bagiku untuk bergerak dan memukul bola dengan stick yang kupegang.

Well, Taehyung. Seharusnya kamu begini dari tadi.

Perlahan, aku mencoba menggerakan stick yang kupegang, memukul bola berwarna biru-seperti yang Taehyung bilang sebelumnya. Bunyi bunyi bola yang bertabrakan terdengar sebelum beberapa bola masuk ke dalam.

"Anak Papi ini jago ternyata. Sudah sering main ya, Chae?" Papi yang awalnya berdiri dengan Mami di pojok ruangan kini mendekat. "Bisa-bisa Taehyung sama Papi kamu kalahin kalau gini."

Aku menolehkan kepalaku ke arah Taehyung sejenak sebelum beralih memandangi papi dan mengeluarkan respon yang dikeluarkan oleh menantu yang baik: tersenyum sambil tertawa.

"Nggak kok, Pi. Ini juga Taehyung yang ngajarin tadi," kataku. Kembali aku menatap Taehyung lalu tersenyum. "Thank you."

Ini bagian dari sandiwara yang kami lakukan, percayalah. Aku tidak akan bisa benar-benar tersenyum padanya, dan begitu juga dengannya.

But we did good. We did. Kenyataannya Papi dan Mami tersenyum ketika Taehyung mengatakan, "Anytime, Sayang."

Beberapa perempuan mungkin akan ikut tersenyum mendengar suaminya mengucapkan kalimat itu. Tapi tidak denganku.

Mungkin beberapa akan berpikir kalau aku perempuan yang tidak normal. Harus kuakui... ya. Dan perempuan ini sedang berada dalam ketidaknormalan rumah tangga.

Jadi wajar, kan?

Mami yang tadinya masih ada di pojok ruangan nampaknya tidak betah sendirian dan akhirnya bergabung dengan kami.

Awalnya, aku sudah berharap kalau semuanya sudah selesai. Terlalu lama bersandiwara itu lebih melelahkan dibandingkan duduk hampir seharian di meet and greet.

Saat meet and greet itu adalah saat yang paling bebas. We can openly express ourself and sharing laughs. Tapi tidak dengan ini.

Well, we do laughs. But actually, we use laugh to cover something. Dan menutupi sesuatu itu melelahkan.

Black Jeans (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang